Edisi Cetak Tribun Kaltim
Lengser dari Kursi Gubernur Kaltim, Awang Faroek Ishak Ungkap soal Fitnah yang Menerpanya
Awang lengser dari jabatan Gubernur Kaltim digantikan Restuardy Daud sebagai Penjabat Gubernur hingga pelantikan Gubernur dan Wakil Gubernur terpilih.
Laporan wartawan Tribun Kaltim, Anjas Pratama
TRIBUNKALTIM.CO, SAMARINDA - Awang Faroek dan istri, Ence Amelia Suharni tampak duduk santai di depan televisi saat Tribun Kaltim berkunjung di kediamannya, Jalan Barito Samarinda, akhir pekan (22/9/2018) lalu.
Kedatangan Tribun, enam jam berselang, Awang lengser dari jabatan Gubernur Kaltim digantikan Restuardy Daud sebagai Penjabat Gubernur hingga pelantikan Gubernur dan Wakil Gubernur terpilih, Isran Noor-Hadi Mulyadi nanti.
"Jadi bagaimana sekarang pak, rasanya sudah tak lagi menjadi Gubernur?" ucap Tribun mengawali perbincangan.
"Oh, sudah lega sekali. Karena tanggung jawabnya cukup berat untuk jadi Gubernur itu. Tak sembarangan, tanggung jawab itu diberikan oleh rakyat, melalui pemilihan, kalau sebelumnya melalui DPRD," ujar Awang santai.
Mengenakan baju polos biru, Awang kini sudah tak miliki beberapa fasilitas yang biasa ia punyai.
Ajudan pribadi hingga staf khusus yang biasa mendampingi dirinya mendorong kursi roda sudah tak terlihat lagi di rumah pribadinya.
Wawancara selama kurang lebih satu jam, Awang buka‑bukaan terkait apa yang terjadi selama 10 tahun kepemimpinan, yakni saat bersama Farid Wadjdy periode 2008‑ 2013 dan bersama almarhum HM Mukmin Faisyal pada 2013‑ 2018.
"Saya tak minta disebut apa‑apa. Hanya saja masyarakat harus percaya, bahwa semua yang saya bangun itu untuk rakyat. Yang saya bangun itu program jangka panjang. Kereta api misalnya, tak bisa setahun dua tahun jadi. Ada proses. Tetapi bagi saya, yang penting sudah dimulai. Apalagi kerjasama KA ini melibatkan dua negara. Ini harus sukses, tidak boleh tidak," tutur Awang ketika ditanya apakah siap mendapat julukan 'Bapak Pembangunan Kaltim'.
Rilis Oktober Mendatang, Ini Penampakan dan Spesifikasi Huawei Mate 20 Pro yang Bocor di Dunia Maya
Selama 10 tahun memimpin Kaltim, banyak proyek fisik yang dikerjakan Awang Faroek.
Seperti Bandara Samarinda baru (APT Pranoto), Jalan tol Balikpapan‑Samarinda, Jembatan Mahakam IV (jembatan kembar), Maloy, rencana pembangunan kereta api jalur utara dan selatan, Convention Hall, hingga masjid di Lapangan Kinibalu Samarinda .
Beberapa proyek ada yang selesai, beberapa lagi masih dikerjakan sampai akhirnya ia lengser.
Pola pembangunan yang tak bisa dinikmati sekarang, disebut Awang jadi alasan mengapa ia lebih memilih membangun dasar pembangunan di Kaltim.
Disebutnya, proyek‑proyek tersebut pasti akan bermanfaat justru ketika dirinya sudah tak lagi memimpin Kaltim.
"Infrastruktur. Itu mulai darat laut dan udara. Lihat saja misalnya bandara Balikpapan yang dampaknya sangat besar. Untuk jalan tol, harus nunggu 1‑3 tahun. Jembatan harus nunggu 2 tahun. Tetapi lihat ketika jadi, itu akan mempercepat laju ekonomi Samarinda dan Kaltim. Semuanya punya dampak yang positif. Masyarakat akan menikmati nanti, ketika beberapa tahun setelahnya," ungkap Awang.
Berperan sebagai Suzzanna, Luna Maya Sulit Tirukan Tawanya yang Menakutkan
Bagaimana proses pembangunan berkesinambungan, akan dilakukan bertahap dengan periode kepemimpinan yang akan datang.
"Saya kira semuanya nanti akan dilaporkan. Apa masalahnya. Dinas PU yang laporkan. Seperti misalnya tol, yang saya tahu, tol Seksi I sampai IV itu sudah beres, tinggal Seksi IV yang belum beres soal penggantian lahan. Padahal sebenarnya sudah selesai. Tetapi masyarakat keberatan. Kalau pengadilan negeri belum memutuskan ya kami tak bisa apa‑apa," ucapnya.
Tak melulu soal proyek, Awang juga ikut bercerita terkait gonjang‑ganjing selama masa pemerintahannya.
Semua tak berjalan mulus. Salah satunya soal aspek kesehatan. Awang sempat "ditawarkan" Panitia Khusus Kesehatan oleh DPRD Kaltim.
Penyebabnya, kondisi kesehatan Awang dianggap tak sanggup untuk bisa terus memimpin Kaltim.
Saat itu terjadi, Awang bahkan sempat berujar jika tak disuruh berhentipun ia pasti juga akan berhenti.
"Ini yang namanya wheel chair adalah alat bantu. Supaya saya bisa lebih cepat bergerak. Bersabarlah. Saya tinggal dua tahun lagi. Saya pasti berhenti, tak usah disuruh berhenti. Nanti berhenti sendiri pada 18 Desember 2018," kata Awang tepat di akhir 2016 lalu saat isu Pansus Kesehatan bergulir di Karang Paci.
Luka Modric Dinobatkan menjadi FIFA The Best 2018, Kalahkan Cristiano Ronaldo dan Mohamed Salah
Menjawab hal itu, Awang kembali berpikir sebentar kemudian langsung ikut menjawab.
"Itu biasa bagi saya. Kita ikuti saja kebenaran. Kebenaran itu tidak pernah berpihak. Sama seperti wartawan yang juga tak pernah berpihak. Banyak yang terjadi, seperti misalnya masjid. Saya diganggu terus. DPRD juga tak konsisten. Mestinya ketika sudah sepakat dengan persetujuan DPRD, ya biarkan. Jangan di tengah jalan, mau diganggu lagi. Itu proyek yang tak bisa dihambat. Termasuk IMB. Kami sudah ajukan kepada PTSP Samarinda. Menurut UU, apabila 21 hari tak dijawab, dianggap sudah diterima. Makanya kami jalan terus," katanya.
Dua Kali Difitnah
10 Tahun memimpin Kaltim, dua kali cobaan besar menerpa Awang. Ada fitnah besar dari lawan politik yang ia alami, termasuk penetapan tersangka dalam divestasi saham KPC.
"Saya pernah dua kali difitnah. Pertama, waktu saya bangun Bukit Pelangi (Kutim). APBD waktu itu sedang defisit. Saya pinjam uang di BPD. Berhasil saya bangun Bukit Pelangi Rp 270 Miliar. Tetapi, saya sadar, uang tak saya ambil di BPD. Dikeluarkan sesuai progress pembangunan. Jadi, uangnya tak saya tarik," ucapnya.
Berlanjut waktu, disebut Awang ketika dirinya maju dalam Pemilihan Gubernur isu tersebut kemudian muncul.
"Saya diisukan pakai uang itu, sempat saya diperiksa oleh jaksa. Itu (fitnah) lawan politik saya. Saya disebut gunakan uang untuk pemilihan Gubernur yang pertama saya ikuti. Yang saya gagal itu. Akhirnya, dibuktikan (jika tidak). Lagipula, kalau saya pakai uang itu, tak mungkin saya kalah kan?" kata Awang.
Fitnah kedua, adalah tuduhan menjual saham KPC. Penetapan Awang sebagai tersangka tersebut terjadi pada 2010.
Saat itu, sebelum nama Awang jadi tersangka, dua nama lain, yakni Anung Nugroho (Direktur Utama PT Kutai TImur Energi) dan Apidian Tri Wahyudi (Direktur PT. Kutai Timur Energi) telah lebih dulu ditetapkan Kejagung sebagai tersangka.
Namun, menurut Awang, semua orang tahu kalau dirinya tidak melakukan. Intinya, kalau kita tak korupsi, kenapa kita risih. Akhirnya Awang justru diberi penghargaan oleh Kejaksaan Agung.
"Bayangkan saya jadi tersangka 3 tahun. Pak SBY bantu saya. Beliau katakan, saya akan berikan izin agar pak Awang diperiksa, tetapi, buktikan dahulu apa buktinya pak Awang korupsi. Akhirnya kan di-SP 3 kan. Beliau (SBY) anggap saya Gubernur yang baik," kata Awang.
Bagi Awang modal PDLI (prestasi, dedikasi, loyalitas, dan integritas) hingga bermain golf jadi modal, dari sejak ia maju di birokrat, politik hingga akhirnya lengser.
Untuk jaga integritas itu, tidak gampang. "Saya pernah jadi Bupati, Gubernur. Banyak godaannya. Saya bisa keluarkan izin tambang, perkebunan, hutan. Tetapi sampai 10 tahun saya jadi Bupati dan Gubernur tak ada tambang hutan, kebun yang saya miliki sampai sekarang," tutur Awang.
Edy Rahmayadi Naik Pitam saat Diwawancarai Live soal Ini, Apa Urusan Anda Menanyakan Itu
Tetap Maju ke DPR
70 Tahun sudah usia Awang Faroek Ishak. Karir mulai staf Gubernuran hingg menjabat Gubernur dua periode sudah dilakoni. Tak ingin pensiun, Awang kembali ajukan diri sebagai calon legislatif DPR RI pada Pemilu 2019.
Apa alasan kembali maju ikut dijawab, termasuk bagaimana tanggapan keluarga untuk keputusan maju kembali tersebut.
"Saya adalah kepala keluarga. Mereka harus ikut saya. Itu namanya pemimpin. Pemimpin itu diminta pertanggung jawabannya tak hanya di dunia, tetapi juga di akhirat. Alhamdulillah Ibu (istri) orang yang paling sabar. Bayangkan suka duka hidup bersama saya. Dulu di DPR, gaji hanya Rp 5 juta, dipotong Rp 2,5 juta untuk angsuran mobil. Hanya uang Rp 2,5 juta hidup di Jakarta dengan tiga anak, " kata Awang.
Menimang cucu di akhir masa jabatan, sudah terbersit saat masa‑masa akhir jabatan. Namun, hal itu harus ditepikan sebentar karena ada hal lain yang jadi prioritasnya.
Menurut Awang jiwa politisi, tak mau berhenti berjuang sebelum cita‑ciatanya terwujud. Apa cita‑citanya? Ingin rakyat Kaltim sejahtera, dan keadilan sosial bagi rakyat Indonesia.
Modal dua kali lolos sebagai Gubernur disebutnya cukup untuk kembali sukses di pemilihan legislatif DPR RI.
"Saya yakin, kemenangan Jokowi yang lalu pun itu di tangan saya. Ada 63 persen, dan itu terpelihara sampai saat ini. Mulai organisasi kesukuan, keagamaan, etnis, bermunculan. Jadi, itulah, track record. Saya tak mungkin dicintai rakyat, kalau tak didukung rakyat. Jadi, saya yakin masyarakat masih ingat saya," ujar Awang.
Keputusan kembali maju di DPR RI ikut dijelaskan istri Awang Faroek, Ence Amelia, saat diwawancara di hari dan tempat yang sama.
"Dia kalau sudah mau, ya harus. Kadang‑kadang beliau keras. Kalau mau sesuatu itu harus dapat. Saya di samping ya ingatkan. Sampaikan hati‑hari. Kalau dilarang juga dia tak mau. Yakin saja jika pilihan itu pasti terbaik untuk keluarga dan orang banyak," kata Ence.
Untuk istri sendiri, tak disangka Ence termasuk dalam tipe istri pencemburu, yang seringkali merasa tak senang jika Awang dikelilingi para wanita.
"Ya maksud saya itu, orang‑orang itu, gimana ya, senang untuk foto‑foto. Tetapi sebatas itu, saya tak melarang. Asal jangan melebihi yang itu. Ya iya dong (cemburu pasti ada). Sekarang juga (cemburu), biar sudah tua," kata Ence.
Jika ada seorang, khususnya wanita yang terkesan terlalu akrab, Ence pun tak segan untuk bertanya langsung.
Saat Awang dinilai salah pun Ence jadi salah satu orang yang kerap menegur Awang.
"Ya saya biasa ketika saya rasa salah, ya saya tegur.Misalnya saya ngomong sama sekretarisnya. Dilihat misalnya ketika di kamar kerja, ketika tak ada orang, jangan sampai hanya berdua. Takutnya, ketika ada orang masuk, kesannya bagaimana, ketika ada tamu perempuan dan berdua. Harus ada ajudan. Jangan hanya berdua di kantor kerja," tandas Ence. (*)