Gempa dan Tsunami di Sulteng

Melepas Trauma, Korban Gempa Menatap Masa Depan

Kini, para korban sedang berjuang melawan trauma dan bersiap menata kehidupan baru.

TRIBUN KALTIM / RAHMAD SUJONO
Pengungsi korban gempa disertai tsunami di Kota Palu mendiami asrama embarkasi haji, Balikpapan, Senin (8/10/2018). Sebagian masih trauma, sebagian lagi mulai bisa menerima keadaan dan mulai menatap masa depan. 

Sembari menunggu, untuk menghilangkan trauma, di pengungsian, pria 27 tahun ini, mengabdikan diri sebagai ‘relawan’ sesama korban. Ia rajin membantu distribusi makanan, mengajak penghuni baru bercerita masa depan, dan mendongeng buat anak-anak korban gempa. Sesekali, ia berkeliling kompleks asrama mencari suasana baru.

“Intinya jangan emosi, dan jangan sedih, kalau diam saja, nanti kepikiran anak belum ketemu. Kalau kepikiran, nanti kepala malah goyang-goyang,” katanya.

Pengunjung Diharap tak Mengorek Kronologi Kejadian

Sedikitnya, hingga Senin (8/10/2018) 71 pengungsi korban gempa dan tsunami Palu ditampung di Asrama Embarkasi Haji, Balikpapan. Mayoritas tiba di hari sama menumpang KM Labobar yang singgah di Pelabuhan Semayang, Balikpapan. Masih banyak korban yang datang dalam kondisi trauma.

“Ada anak kecil yang masih trauma dengan laut. Ada juga sebagian orang dewasa yang sudah bisa menerima keadaan,” kata Romiansyah, Kordinator Tagana Wilayah Balikpapan Timur yang ditunjuk sebagai Koordinator Relawan Asrama Embarkasi Haji, Balikpapan, ditemui Senin (8/10/2018).

Di lokasi penampungan sementara, pengungsi diinapkan selama beberapa hari dalam beberapa kamar berisi 10 ranjang yang tertata, toilet pun terlihat bersih. Sesama penghuni nampak asyik mengobrol, sebagian shalat magrib, dan sebagian lagi beristirahat dengan anak balita.

Rencananya, malam nanti, tim mendata jumlah balita, anak-anak, pra sekolah, dewasa dan lansia untuk memudahkan pemberian logistik dan program penyembuhan trauma yang dibantu, tim Layanan Dukungan Psikosisial.

“Mereka (pengungsi) makannya masih kurang kuat, dan kurang konsentrasi. Tapi, yang penting, kami berikan nasi kotak setiap kamar 10 orang,” katanya.

Dari hasil pendataan, akan terlihat mana saja pengungsi yang ingin berpindah lokasi, bersama keluarga di kota lain, menetap di Balikpapan, atau kembali ke Palu. Data ini, yang mereka serahkan ke tim lain untuk ditindaklanjuti.

Karena masih diliputi trauma mendalam, ia mengajak warga yang hendak bertemu dan menyerahkan bantuan, tidak mengorek-ngorek kronologi peristiwa gempa dan tsunami. Sebab, dikhawatirkan, hal itu malah memperlambat proses penyembuhan trauma, ibarat membuka luka lama yang menyulitkan menata masa depan.

Untuk logistik, diambil dari posko pusat pemkot dan di lapangan udara Dhomber. Romiansyah, belum berani menyebut berapa lama stok mampu bertahan.

“Stok di gudang masih berlimpah,” katanya. (*)

Sumber: Tribun Kaltim
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved