Kekeringan di Kulon Progo Yogyakarta Bertambah Parah, Tanah Retak dan Sumur Warga Mulai Mengering

Sungai hingga saluran irigasi pun kering. Daun gugur, tanah pecah-pecah, ladang tandus, pohon mengering, dan banyak yang sebentar lagi mati.

Editor: Doan Pardede
(KOMPAS.com/ DANI J)
Sungai hingga saluran irigasi di beberapa kecamatan di Kulon Progo mengalami kekeringan. Ribuan kepala keluarga terdampak kesulitan air bersih. BPBD Kulon Progo kini masih mengelola ratusan tangki air untuk membantu warga. 

Pada hari normal, semua penampungan selalu penuh tiap hari. Lebih dari 2 keluarga memanfaatkan penampungan itu.

"Sekarang 3 jam sudah habis. Ya kami sekarang meminta dari sumur-sumur yang masih ada airnya tapi perlu waktu lama," kata Noor Edi. "Pekerjaan"tambahan ini sudah berlangsung 3 bulan belakangan.

Baik Kasmi dan Noor tidak mengeluh lantaran "biasa". Kemarau yang menyebabkan warga kesulitan air bersih itu terjadi musiman tiap tahun.

"Bedanya kali ini lebih lama. Biasanya 5 bulan saja. Sekarang bisa lebih 7 bulan kemaru. (Maka) kesulitan air (bersih) juga jadi lebih lama," kata Noor Edi.

Warga terpaksa meminta bantuan dari pemerintah dengan mengirim proposal permintaan bantuan pada masa tanggap darurat kekeringan yang dicanangkan sejak beberapa bulan lalu.

Kasmi dan Noor Edi memperoleh bantuan air bersih itu. Mereka mengisi bak mandi hingga air gentong di dapur.

PMI dan BPBD Kulon Progo mengelola bantuan itu dan terus menyalurkan bantuan air bersih, termasuk pada hari Sabtu.

Mereka mengelola bantuan air bersih, baik dari anggaran tanggap darurat kekeringan hingga bantuan lewat kegiatan CSR perusahaan, bakti sosial kelompok masyarakat, maupun sumbangan pribadi.

"(Sabtu) ada 8 tangki (5.000 liter per tangki) dari baksos masyarakat yang kami kirim ke Tangkisan," kata Sunardi dari BPBD.

Gawat, Negara Ini Dilanda Kasus Kekeringan, Bunuh Diri, dan Air Bersih Sekaligus

BMKG Sebut Jangan Takut Kekeringan

Tanggap darurat kekeringan diperpanjang

Kekeringan terus berlanjut. Pemerintah pun berupaya kembali memperpanjang status tanggap darurat kekeringan untuk periode 1-19 November 2018 ini.

Ini perpanjangan darurat yang ke-2 kali sejak pertama ditetapkan pada Juli 2018.

Kekeringan tersebar di 30-an desa dalam 8 kecamatan. Sebanyak 7.400-an kepala keluarga merasakan dampak kesulitan mendapat air bersih.

Ini menyebabkan permintaan bantuan air bersih terus berdatangan. Dari 12 kecamatan, hanya Wates, Lendah, Galur, dan Temon yang tidak mengalami dampak tersebut.

"Sekalipun turun hujan, air tidak langsung meresap sampai ke sumur-sumur. Kekeringan bisa saja sampai ke wilayah lain yang sebelumnya tidak masuk dalam peta dampak kekeringan ini, karena sekarang ada yang mulai minta bantuan air bersih," kata Kepala Pelaksana BPBD Kulon Progo, Ariadi, pada kesempatan yang berbeda.

Pihaknya mengelola sekitar 400-an tangki air bersih. Jumlah itu diyakini cukup untuk kebutuhan warga sampai beberapa pekan ke depan. Dropping air paling sering ke Kecamatan Samigaluh, Kalibawang, Girimulyo, Kokap, dan Pengasih.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Kekeringan, Kasmi Berjalan 100-an Meter Gendong Jeriken Isi Puluhan Liter Air", 

Sumber: Kompas.com
Halaman 2 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved