Kisah di Balik Pemulihan Pascabencana Gempa Sulteng, Saling Berbagi Makanan hingga Dilarang Bekerja
Sebagian warga setempat melarang para pekerja membersihkan puing-puing. Alasannya, mereka hendak memanfaatkan kembali sisa-sisa reruntuhan.
“Kalau pun ada, harganya jauh di atas harga normal,” ujar Rudi kepada Kompas.com.

Anggota Tim 10 lainnya Agustinus Catur Nugroho menuturkan, pembersihan area pemukiman terdampak tsunami pun tak berjalan mulus. Sebagian warga setempat melarang para pekerja membersihkan puing-puing. Alasannya, mereka hendak memanfaatkan kembali sisa-sisa reruntuhan untuk membangun kembali rumah yang telah hancur.
”Keberadaan para pemulung besi bekas pada area reruntuhan bangunan menghambat eskavator untuk bermanuver,” keluh Catur. Proses pemulihan area pemukiman, jalan, dan jembatan di masa awal pasca bencana dilakukan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR).
Kementerian pun membentuk Tim 10 yang terdiri atas sepuluh orang Aparatur Sipil Negara (ASN) dari Direktorat Jenderal BinaMarga. Mereka ditugaskan melakukan perbaikan sementara agar jalur-jalur logistik aman, utamanya pada ruas-ruas jalan utama.
Mereka juga melakukan desain untuk jalan dan jembatan rusak yang membutuhkan waktu cukup panjang dalam proses perbaikannya. Adapun proses perbaikan atau pembangunan kembali infrastruktur yang membutuhkan waktu panjang itu akan dilakukan pada tahap rehabilitasi dan rekonstruksi.
Sinergi bangun negeri Seluruh anggota Tim 10 yang terjun ke Sulawesi Tengah bekerja sama dengan sejumlah BUMN konstruksi untuk menangani kerusakan infrastruktur pada masa tanggap darurat dan masa transisi, mulai 25 Oktober hingga 25 Desember 2018. Bekerja jauh dari keluarga di lokasi bencana tidak semuanya berupa cerita sendu.
Pengalaman manis pun tak jarang mereka alami. Masyarakat kadang memberi perhatian lebih pada Tim 10 dengan cara-cara yang unik. Di sini, lanjut Rudy, semua pihak bekerja secara bersinergi mulai dari anggota Kementerian PUPR, PLN, Telkom, sampai pihak swasta.

Situasi pascabencana gempa bumi, likuifaksi, dan tsunami di Kota Palu, Sulawesi Tengah, akhir September 2018(Dok. Humas Ditjen Bina Marga Kementerian PUPR) Pada suatu hari, ada karyawan perusahaan consumer goods yang datang membawa sekotak penuh minuman berenergi ketika seluruh pekerja sedang mengawasi pekerjaan.
"Biar seger, Pak!" kata karyawan itu seraya menyerahkan minuman seperti yang ditirukan Rudy. Warga setempat pun tak menutup mata atas apa yang dilakukan para pekerja. Sebagai ucapan terima kasih, mereka tak segan mengupaskan kelapa muda di saat para pekerja bekerja keras.
“Pernah juga, suatu hari kami ikut solat di masjid darurat mereka. Sebagai rasa terima kasih, mereka memberikan peci sebagai kenang-kenangan,” ujar dia.
Catur pun mengakui banyak peristiwa unik yang terjadi selama terjun ke lokasi bencana di Sulawesi Selatan. Keajaiban-keajaiban yang dialami para korban bencana di antaranya. “Banyak cerita dari warga setempat terkait keajaiban yang menyertai para korban selamat,” kata dia. Ikuti
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Kisah di Balik Pemulihan Infrastruktur di Lokasi Bencana"