Mancanegara

Posisi Pangeran Mohammed Bin Salman Mendapat Ancaman dari Keluarga Kerajaan

Sumber internal kepada Reuters via Al Jazeera Selasa (20/11) berkata, mereka bakal mencegah MBS untuk naik takhta.

Sky News
Pangeran Muhammad bin Salman, utra Mahkota Arab Saudi 

> Buntut Kasus Pembunuhan Jurnalis Khashoggi

TRIBUNKALTIM.CO, RIYADH - Status Putra Mahkota Arab Saudi Pangeran Mohammed bin Salman
(MBS) dilaporkan mendapat ancaman dari sesama anggota kerajaan.

Penyebabnya adalah kabar pembunuhan jurnalis Jamal Khashoggi di Konsulat Saudi di Istanbul, Turki, yang mengemuka satu bulan terakhir.

Sumber internal kepada Reuters via Al Jazeera Selasa (20/11) berkata, mereka bakal mencegah MBS untuk naik takhta.

Si sumber menjelaskan, puluhan pangeran maupun sepupu dari Dinasti Al Saud ingin adanya perubahan dalam suksesi kekuasaan. Namun, mereka tak akan melakukannya sepanjang sang ayah, Raja Salman, yang bertakhta sejak 23 Januari 2015 masih hidup.

Mereka berdiskusi setelah Raja Salman wafat, mereka bakal mengajukan adiknya, Pangeran Ahmed bin Abdulaziz, menjadi putra mahkota.

Pengajuan Wakil Menteri Luar Negeri Saudi selama 40 tahun terakhir itu tidak saja mendapat dukungan dari internal kerajaan maupun pejabat negera.

Seorang pejabat Amerika Serikat (AS) anonim menuturkan, negaranya dan beberapa kekuatan dunia Barat lainnya bakal menjagokan pangeran berusia 76 tahun tersebut.

Pangeran Ahmed yang terhitung merupakan paman MBS dilaporkan telah kembali ke Riyadh pada Oktober setelah dua bulan sebelumnya menetap di luar negeri.

Selama di luar negeri, Pangeran Ahmed kerap mengkritik kepemimpinan Saudi, dan menemui pengunjuk rasa di London yang menuntut Dinasti Saudi runtuh.

Sumber Saudi berujar, Ahmed merupakan satu-satunya anggota Dewan Kesetiaan yang menentang penunjukan MBS sebagai putra mahkota pada 2017.

Baik Pangeran Ahmed maupun perwakilannya tidak memberikan komentar. Begitu juga ketika Reuters mencoba mengonfirmasi ke Riyadh.

Tradisi Kesukuan
Dinasti Saud terdiri dari ratusan pangeran dan menganut sistem suksesi takhta yang berbeda jika dibandingkan monarki dunia lainnya.

Di belahan Bumi lain, seperti Eropa, pergantian kekuasaan bakal langsung terjadi dari seorang raja kepada putra sulungnya. Namun di Saudi yang menerapkan tradisi kesukuan, raja maupun para pangeran dari keluarga cabang bisa mengajukan kandidat yang mereka anggap pantas.

Sumber Saudi itu meyakini jika naik takhta, Pangeran Ahmed tidak akan mengubah reformasi yang sudah dilakukan oleh MBS.

Sumber: Kompas.com
Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved