Ternyata Sebutan Imlek untuk Tahun Baru China Hanya ada di Indonesia, Begini Sejarahnya

Imlek selalu dirayakan dengan semarak oleh mayoritas kalangan Tionghoa di Indonesia. Lantas, mengapa perayaan ini disebut “ imlek”?

Tribunkaltim/Rachmad Sujono
Prosesi rutinitas pemandian dewa-dewi dalam rangka menjelang Imlek pada (5/2) mendatang di Kelenteng Guang De Miao Pasar Baru Balikpapan, Selasa (29/1). Sebanyak 36 patung dimandikan, selain itu juga membersihkan bangunan juga mengecat ulang warna yang sudah pudar. 

Ternyata Sebutan Imlek untuk Tahun Baru China Hanya ada di Indonesia, Begini Sejarahnya

TRIBUNKALTIM.CO - Tahun Baru Imlek akan datang tak sampai seminggu lagi.

Tercatat, sejak era kepemimpinan Abdurrahman Wahid alias Gus Dur, Imlek selalu dirayakan dengan semarak oleh mayoritas kalangan Tionghoa di Indonesia.

Lantas, mengapa perayaan ini disebut “ imlek”? Kepala Kajian dan Riset Asosiasi Peranakan Tionghoa Indonesia (Aspertina) Aji Bromokusumo menyebut, sebutan “imlek” lahir melalui proses serapan penduduk Nusantara terhadap istilah Hokkian, “yin li”.

Baca: Tahun Baru China 2570 - Sebutan Imlek Hanya Ada di Indonesia, Ini Arti dan Sejarahnya

“Imlek berasal dari kata yin li, artinya lunar calendar. Jadi tahun baru China itu sama dengan tahun baru Islam karena dihitung berdasarkan peredaran bulan,” ucap Aji kepada KompasTravel di Restoran Lei Lo, bilangan Senopati pada Kamis (31/1/2019).

 

Usut-punya usut, sebutan “imlek” ternyata hanya bisa ditemui di Indonesia.

Bahkan, di China sendiri, istilah untuk perayaan ini disebut sebagai “chunjie” yang secara bebas dapat diterjemahkan sebagai festival menyambut musim semi.

Baca: Gong Xi Fa Cai, Kumpulan Ucapan Selamat Imlek dalam Bahasa Indonesia, Inggris dan Mandarin

“Kalau di Indonesia disebut demikian jadi aneh, karena Indonesia tidak punya musim semi,” tambahnya.

Di samping itu, beberapa kalangan keturunan Tionghoa di Indonesia pun kerap menyebut Tahun Baru Imlek sebagai “sincia”.

Penyebutan tersebut sama-sama diserap dari dialek Hokkian untuk menyebut “xin zheng” yang dibaca “sin ceng”.

Di tempat terpisah, masih menurut Aji, istilah “xin zheng” merupakan singkatan dari istilah “xin zheng yue” yang berarti “bulan pertama yang baru”.

Istilah “zheng yue” sendiri, yang berarti “bulan pertama”, jika diucapkan dalam dialek Hokkian akan berbunyi “cia gwe”.

Maka, penyebutan “sincia” merupakan pelafalan ringkas alias kependekan dari istilah-istilah tadi.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Mengapa Tahun Baru China Disebut "Imlek?" 

Artikel ini telah tayang di Tribunstyle.com dengan judul Tahun Baru China Jatuh di Bulan Februari, Ternyata Ini Sejarah Istilah 'Imlek' di Indonesia, http://style.tribunnews.com/2019/02/01/tahun-baru-china-jatuh-di-bulan-februari-ternyata-ini-sejarah-istilah-imlek-di-indonesia?page=all.


Simak 8 Mitos yang Dipercaya Orang Tionghoa Jelang Tahun Baru Imlek

TRIBUNKALTIM.CO - Jelang Tahun Baru Imlek, ada beberapa mitos yang dipercaya oleh orang Tionghoa

Mitor-mitos tersebut bahkan ada yang sudah mendarah daging.

Beberapa mitos tersebut mungkin sudah sering didengar, namun mungkin ada juga mitos-mitos yang belum pernah kamu dengar sebelumnya.

Seiring dengan berjalannya waktu, ada orang-orang Tionghoa yang masih memegang erat mitos tersebut, namun ada juga yang sudah menganggapnya sebagai satu tradisi kebudayaan.

UPDATE Lowongan Kerja BUMN PT Brabtas Abipraya (Persero) Pendaftaran hingga 14 Februari 2019

Nikmatnya Soto Balikpapan, Perpaduan Multikultur di Kota Minyak yang Dituangkan Dalam Bentuk Soto

Menyayat Hati, Tepat di Hari Ultah, David Temukan Istrinya Tewas Saat Menginap dengan Selingkuhan

Tribun Travel merangkum 8 mitos dari orang Tionghoa yang dipercaya secara turun-temurun yang perlu kamu ketahui.

1. Makan Onde Sejumlah Umur Plus Satu

Orang Tionghoa sering sekali membuat onde-onde ketika hari ibu pada setiap 22 Desember.

Makan onde-ondenya harus sesuai dengan jumlah umur kita dan ditambah sebutir onde karena dipercaya hidup kita akan mengalami hoki terus dan umur kita bertambah setahun.

Namun saat ini, tradisi ini sudah tidak dilakukan oleh para orang tua.

2. Jangan Pakai Aksesoris Warna Putih di Kepala

Bagi orang Tionghoa memakai aksesoris berwarna putih dianggap sebagai tindakan menyumpahi orangtua agar cepat meninggal.

Sehingga, biasanya ikat putih di kepala hanya dipakai saat menghadiri pemakanan orangtua yang meninggal.

3. Jangan Jadi Pengapit Pernikahan Lebih dari Tiga Kali

Pengapit pernikahan adalah orang yang membantu segala kebutuhan pengantin ketika hari pernikahan.

Pada umumnya, para pengapit pernikahan ini akan didandani dengan jas dan dress ala pengantin juga.

Namun, katanya menjadi pengapit pernikahan tidak boleh dilakukan lebih dari tiga kai karena dipercaya akan mengalami berat jodoh.

4. Jangan Pakai Baju Pengantin bila Belum Hendak Menikah

Terdapat juga mitos yang menyebutkan orang yang sudah memakai baju pengantin dengan tujuan iseng dan keperluan pemotretan maka jodohnya akan jauh.

Prosesi rutinitas pemandian dewa-dewi dalam rangka menjelang Imlek pada (5/2) mendatang di Kelenteng Guang De Miao Pasar Baru Balikpapan, Selasa (29/1). Sebanyak 36 patung dimandikan, selain itu juga membersihkan bangunan juga mengecat ulang warna yang sudah pudar.
Prosesi rutinitas pemandian dewa-dewi dalam rangka menjelang Imlek pada (5/2) mendatang di Kelenteng Guang De Miao Pasar Baru Balikpapan, Selasa (29/1). Sebanyak 36 patung dimandikan, selain itu juga membersihkan bangunan juga mengecat ulang warna yang sudah pudar. (Tribunkaltim/Rachmad Sujono)

5. Buat Kamu yang Single, Harus Makan Kue dari Pengantin

Dalam pernikahan orang Tionghoa terdapat ritual yang bernama mingle.

Dalam ritual mingle tersebut, pasangan pengantin akan berkeliling dan menghampiri tamu undangan terutama yang belum mempunyai pasangan.

Pasangan pengantin tersebut akan membagikan sesuatu seperti kue atau cokelat yang harus dimakan oleh mereka yang belum memiliki pasangan.

Hal ini dilakukan supaya orang yang memakan kue atau cokelat tersebut bisa mendapatkan pasangan dan menyusul untuk menikah.

6. Hindari Angka 4, Perbanyak Angka 8

Angak 4 bagi orang Tionghoa adalah angka yang tidak terlalu bagus dikarenakan dalam Bahasa Mandarin dilafalkan 'shi' yang artinya mirip dengan kata 'mati.'

Oleh karena itu, di mal-mal atau hotel dan gedung biasanya tidak memakai angka 4 dan diganti dengan angka 3A.

Sedangkan angka 8 dipercaya bisa membawa keberuntungan, hal ini dikarenakan simbol angka 8 yang tidak mempunyai ujung sehingga dipercaya rezeki akan terus mengalir dan tidak ada ujungnya.

7. Harus Makan Mi Ketika Ulang Tahun

Memakan mi ketika sedang ulang tahun dipercaya sebai simbol panjang umur karena bentuk dari mi itu sendiri yang panjang.

8. Meninggal di Hari Selasa atau Sabtu Pertanda Buruk

Orang-orang Tionghoa pada zaman dahulu percaya bahwa hari meninggal yang baik adalah hari Minggu, di saat orang sedang libur dan tidak sibuk.

Namun kita tidak bisa menentukan kapan dan dimana kita meninggal.

Namun ada juga yang percaya orang yang meninggal pada hari Selasa atau Sabtu bisa menjadi pertanda buruk.

Dikarenakan bila ada yang meninggal pada hari Selasa atau Sabtu, maka orang meninggal berikut akan mengajak anggota keluarga yang lain untuk juga meninggal. (*) 

Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul "8 Mitos yang Dipercaya Orang Tionghoa Jelang Tahun Baru Imlekhttp://travel.tribunnews.com/amp/2019/01/30/8-mitos-yang-dipercaya-orang-tionghoa-jelang-tahun-baru-imlek?page=all

Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved