Mantan Preman dan Pemabuk Ini Akhirnya jadi Petani Sukses, Berubah saat Ingat Uang Sekolah Anak
Dulunya, Bagas Suratman sering mabuk-mabukan dan gemar berjudi. Ia juga bekerja di sejumlah bidang, tetapi akhirnya selalu dipecat.
Setelah belajar cukup lama, Bagas kemudian mencoba bertani. Ia menyewa lahan tanah tidur seluas 3.000 meter persegi untuk ditanami sayuran dan buah-buahan.
Tanah tersebut tepat berada di pinggir Bandara Soekarno-Hatta.
"Modalnya dari hasil dagang sedikit-sedikit. Sebelumnya saya juga sempat dagang," kata Bagas.
Hari berlalu. Usaha tani Bagas berjalan lancar.
Bahkan, ia sudah mampu menyewa lahan seluas 26 hektar untuk ditanami sayuran dan buah-buahan seperti melon.
Ia memasok hasil usaha taninya ke pasar-pasar tradisional dan supermarket-supermarket di wilayah Jakarta,
Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek).
Pada 2007, Bagas mengalami musibah.
Kebun sayur yang dikelolanya diterjang banjir. Semua tanaman sayur dan buah-buahan terendam.
"Padahal, besok mau dipanen. Semuanya habis karena terendam banjir," kenang Bagas.
Namun, musibah itu tidak membuat Bagas menyerah.
Ia tetap bangkit untuk menjalankan usaha taninya yang sudah dirintis cukup lama itu.
Kini, dari transaksi sayuran dan buah-buahan, Bagas meraup omzet kotor hingga Rp 15 juta per hari.
Pendapatan itu belum dipotong untuk membayar gaji pekerja dan biaya lain.