Curah Hujan di Berau Menurun, Waspadai Kebakaran Hutan dan Lahan

Di Berau mengantisipasi berkurangnya curah hujan berdasarkan ramalan Badan Meteorologi dan Klimatologi atau BMKG di Berau. Bakal rawan kebakaran hutan

Editor: Budi Susilo
Tribunkaltim.co/GeafryNecolsen
Anggota Kodim Tanjung Redeb siap siaga mengatasi kebakaran lahan. Turunnya curah di Kabupaten Berau menyebabkan naiknya suhu udara yang ditandai dengan kemunculan titik panas atau hot spot. 

Laporan Wartawan Tribunkaltim.co GeafryNecolsen

TANJUNG REDEB, TRIBUNKALTIM.CO – Meski belum memasuki musim kemarau, namun Badan Meteorologi dan Klimatologi atau BMKG di Berau memastikan, tahun 2019 ini.

Yakni curah hujan di Kabupaten Berau dipastikan menurun dari biasanya.

Kisah Fela Gadis 21 Tahun Dilelang Berbandrol Rp 19 miliar, Ada 60 Pengusaha Kaya Dunia Ikut Lelang

Kaltara Tahun 2023 Berencana Menjual Listrik ke Sabah Malaysia, Berikut Ini Potensinya

“Tahun ini curah hujan di Berau di bawah normal, sehingga terjadi kekeringan dan peningkatan suhu udara yang fluktuatif, tapi cenderung memanas,” kata Kepala BMKG Berau, Tekad Sumardi kepada Tribunkaltim.co, Senin (25/2/2019).

Sumardi mengatakan, penurunan curah hujan ini mulai terlihat di pertengahan bulan Februari 2019 ini.

Polisi Usut Persekusi Jurnalis di Acara Malam Munajat 212, Sudah Selidiki dan Kumpulkan Bukti

Satu Tersangka Resmi Dijebloskan ke Rutan Samarinda, Begini Kondisinya

Sumbangan Dana Pembaca Tribunnews, Kerja Sama ACT dan Tribunnews Disalurkan pada Warga di Banten

“Memang belum masuk musim kemarau, tapi curah hujan menurun. Bahkan sudah dua minggu tidak ada hujan,” imbuhnya.

Turunnya curah hujan ini, kata Sumardi menyebabkan naiknya suhu udara dan menurunnya tingkat kelembapan sehingga memicu terjadinya kekeringan, yang ditandai dengan kemunculan titik panas (hotspot) di sejumlah kecamatan.

Dalam beberapa hari terakhir, kata Sumardi, titik panas ini mulai bermunculan.

“Jumlahnya tidak banyak, dan tingkat kepercayaan masih di bawah 50 persen. Tapi tetap harus diwaspadai, untuk mencegah terjadinya kebakaran hutan atau lahan,” jelasnya.

Seperti diketahui, sensor panas yang diterima satelit BMKG, tidak selalu tepat.

Beberapa titik panas dengan tingkat kepercayaan di atas 90 persen bisa disebabkan oleh pantulan suhu udara dari atap rumah-rumah warga, atau bengkel las yang biasa menghasilkan citra suhu udara tinggi.

Asyik Plaza Balikpapan Kini Ada Area Main Bilyard dan WiFi Gratis Loh, Ini Jam Bukanya

Bertengkar Jelang Laga Bubar, Kepa Arrizabalaga dan Maurizio Sarri Jadi 2 Top Trending Topic Dunia

Pada hari Senin (25/2/2019) tepantau dua titik panas di Kecamatan Sambaliung dengan tingkat kepercayaan 36 sampai 53 persen.

Kemunculan titik-tik panas ini, kata Sumardi harus diwaspadai saat memasuki musim kemarau yang diperkirakan akan terjadi pada bulan Juli 2019 nanti.

“Kami mengimbau masyarakat, khususnya para petani atau peladang berpindah agar berhati-hati saat membuka lahan. Terutama pembukaan lahan dengan cara dibakar," ujarnya. 

Karena selain curah hujan yang menurun dan tingkat kelembapan yang menurun, "Kecepatan angin juga mencapai 5 hingga 10 knot,” paparnya.

Halaman
12
Sumber: Tribun Kaltim
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved