Sejarah Hari Ini

17 Maret, 56 Tahun Lalu Gunung Agung Meletus Paling Mematikan, Hari Ini Meletus Lagi

Sejarah hari ini, 56 tahun lalu tepatnya 17 Maret 1963 terjadi letusan paling dahsyat dari Gunung Agung di Bali.

Penulis: Syaiful Syafar |
Tribun Jabar via qubicle
Foto letusan Gunung Agung di Bali pada tahun 1963. Letusan tersebut dianggap paling mematikan dan yang terkuat di abad ke-20. Setelah 56 tahun, hari ini (17/3/2019) Gunung Agung kembali erupsi. 

TRIBUNKALTIM.CO - Sejarah hari ini, 56 tahun lalu tepatnya 17 Maret 1963 terjadi letusan paling dahsyat dari Gunung Agung di Bali.

Letusan Gunung Agung tahun 1963 dianggap paling mematikan pada era setelah Indonesia merdeka.

Sejarah mencatat peristiwa itu berlangsung hampir setahun (Februari 1963 hingga Januari 1964).

Puncaknya adalah 17 Maret 1963, Gunung Agung meletus dengan Indeks Letusan sebesar VEI 5 (setara letusan Gunung Vesuvius yang menghancurkan kota Pompeii di Italia). 

Letusan Gunung Agung sepanjang tahun 1963 juga dikenal sebagai salah satu yang terkuat di abad ke-20.

Bagaimana kisahnya? 

Berikut rangkuman fakta yang TribunKaltim.co himpun dari sejumlah sumber:

Gunung Berapi Tipe Stratovolcano

Gunung Agung difoto dari udara.
Gunung Agung difoto dari udara. (KOMPAS.com/BAMBANG P. JATMIKO)

Mengutip wikipedia.org, Gunung Agung merupakan gunung tertinggi di pulau Bali dengan ketinggian 3.031 mdpl.

Gunung ini terletak di kecamatan Rendang, Kabupaten Karangasem, Bali, Indonesia. 

Pura Besakih, yang merupakan salah satu Pura terpenting di Bali, terletak di lereng gunung ini.

Gunung Agung adalah gunung berapi tipe stratovolcano (mengerucut), yang terdiri atas lava dan abu vulkanik yang mengeras.

Gunung ini memiliki kawah yang sangat besar dan sangat dalam yang kadang-kadang mengeluarkan asap dan uap air.

Dari Pura Besakih gunung ini tampak dengan kerucut runcing sempurna, tetapi sebenarnya puncak gunung ini memanjang dan berakhir pada kawah yang melingkar dan lebar.

Letusan Gunung Agung dari Masa ke Masa 

Tahun 1808:

Kompas.com mencatat, Gunung Agung pertama kali meletus pada 1808. Saat itu, Gunung Agung mengeluarkan abu dan batu dengan jumlah yang banyak ke luar.

Tahun 1821:

Letusan selanjutnya terjadi 13 tahun kemudian.

Letusan kedua ini dikategorikan normal dan jangkauan letusan tak seluas pada 1808. Setelah letusan itu, aktivitas Gunung Agung kembali normal.

Tahun 1843:

Pada 1843, aktivitas Gunung Agung kembali meningkat dengan didahului sejumlah gempa bumi dan memuntahkan abu vulkanik, pasir, dan batuan.

Tahun 1963:

Letusan kembali terjadi pada 1963. Dampak letusan ini luar biasa.

Sebelumnya, terjadi gempa yang terdengar dari wilayah di sekitar Gunung Agung.

Tragedi berawal pada 20 Februari 1963 saat Gunung Agung mengeluarkan asap tebal.

Seorang perempuan Bali mengangkut kebutuhan dasar di kepalanya, dengan Gunung Agung yang masih mengepulkan asap di kejauhan pada tahun 1963.
Seorang perempuan Bali mengangkut kebutuhan dasar di kepalanya, dengan Gunung Agung yang masih mengepulkan asap di kejauhan pada tahun 1963. (TERENCE SPENCER/THE LIFE IMAGES COLLECTION/GETTY IMAGES)

Pada 17 Maret 1963, tinggi awan letusan mencapai klimaksnya.

Hujan abu dan kerikil mulai turun dari arah kawah ke permukiman warga sekitar.

Aktivitas ini baru berhenti berbulan-bulan kemudian, tepatnya Januari 1964.

Dampak yang ditimbulkan dari aktivitas tersebut adalah sekitar 1.148 orang meninggal dunia dan 296 orang mengalami luka-luka.

Tahun 2017:

Pada 2017, aktivitas Gunung Agung kembali aktif, dengan peningkatan seismik dan gemuruh.

Status normal dinaikkan menjadi waspada.

Warga di sekitar Gunung Agung juga mulai dievakuasi.

Asap dan abu vulkanis menyembur dari kawah Gunung Agung pascaletusan freatik kedua, terpantau dari Desa Culik, Karangasem, Bali, Minggu (26/11/2017).
Asap dan abu vulkanis menyembur dari kawah Gunung Agung pascaletusan freatik kedua, terpantau dari Desa Culik, Karangasem, Bali, Minggu (26/11/2017). (ANTARA FOTO/NYOMAN BUDHIANA)

Puncaknya, pada 22 September 2017, status Gunung Agung dinaikkan dari siaga menjadi awas.

Intensitas gempa vulkanik terjadi ratusan kali hingga Oktober 2017.

Letusan freatik juga terjadi pada sekitar gunung tersebut.

Sampai akhirnya semburan abu vulkanik sampai 7,5 kilometer ke arah utara-timur laut, tenggara, dan selatan-barat daya.

Tahun 2018:

Penampakan Gunung Agung meletus, Juli 2018
Penampakan Gunung Agung meletus, Juli 2018. (IST)

Pada 2 Juli 2018, Gunung Agung kembali mengeluarkan tumpahan magmanya.

Letusan tercatat sampai 3 kali dengan tinggi kolom abu mencapai 2.000 meter di atas puncak kawah.

Letusan ini disertai lontaran lava pijar sejauh 2 km yang menyebabkan kebakaran di sekitar puncak dan lereng gunung.

Menurut rekaman seismograf di pos pengamatan Gunung Agung di Desa Rendang, pada erupsi pertama, gempa letusan berlangsung 3 menit 47 detik dengan amplitudo maksimum 18 mm.

Kolom abu teramati setinggi 1.000 m dan 700 meter di atas puncak.

Kolom abu teramati berwarna kelabu dengan intensitas tebal condong ke arah barat.

Masyarakat yang bermukim dan beraktivitas di sekitar aliran sungai yang berhulu di Gunung Agung diminta waspada terhadap potensi bahaya dari aliran lahar.

Tahun 2019:

Gunung Agung mengeluarkan asap terlihat dari Denpasar, Bali, Jumat (22/2/2019). Terjadi dua kali letusan Gunung Agung pada Jumat (22/2/2019) pukul 16.31 Wita dan 17.01 Wita yang mengeluarkan asap kawah hingga setinggi 700 meter.
Gunung Agung mengeluarkan asap terlihat dari Denpasar, Bali, Jumat (22/2/2019). Terjadi dua kali letusan Gunung Agung pada Jumat (22/2/2019) pukul 16.31 Wita dan 17.01 Wita yang mengeluarkan asap kawah hingga setinggi 700 meter. (ANTARA FOTO/Fikri Yusuf)

Gunung Agung kembali meletus pada Minggu (17/3/2019) pukul 08.30 Wita, tepat 56 tahun dari tragedi letusan dahsyat 17 Maret 1963.

Saat terjadi letusan pagi tadi, Gunung Agung mengeluarkan abu berwarna kelabu yang bergerak condong ke arah timur.

Asap letusan ini dapat terlihat dari wilayah Sanur, Denpasar.

"Erupsi ini terekam di seismogram dengan amplitudo maksimum 5 mm dan durasi sekitar 39 detik," kata Kepala Pos Pengamatan Gunung Agung, I Dewa Mertayasa saat dihubungi Kompas.com melalui pesan WhatsApp, Minggu pagi.

Menurut dia, berdasarkan pengamatan, tinggi kolom abu teramati sekitar 500 m di atas puncak.

Puncak berada di ketinggian 3.642 meter di atas permukaan laut.

Letusan kali ini sama sekali tidak diawali kemunculan gempa vulkanik sebagaimana biasanya.

"Tidak disertai gempa vulkanik ya, hanya kemarin sekali ada gempa vulkanik," kata Dewa.

Saat ini, Gunung Agung berstatus level III (siaga) dengan radius bahaya 4 kilometer dari puncak kawah.

"Zona perkiraan bahaya sifatnya dinamis dan terus dievaluasi dan dapat diubah sewaktu-waktu mengikuti perkembangan data pengamatan Gunung Agung," ucap Dewa.

(TribunKaltim.co/Syaiful Syafar)

Follow Instagram tribunkaltim:

Subscribe channel YouTube newsvideo tribunkaltim:

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved