Warga SKM Bongkar Sendiri Rumahnya, Terima Uang Kerohiman Rp 3 Juta per KK

Warga sekitar hanya sekedar membangun kandang ayam peliharaan warga. Berjalannya waktu, karena tak ada 'teguran' warga pelan-pelan membuat rumah kayu

Editor: Budi Susilo
Tribunkaltim.co/Nalendro Priambodo
Sekitar 4 hari sebelum batas akhir pengosongan permukiman pinggir Sungai Karang Mumus (SKM), warga yang persisnya berdiam di gang Rahmat, jalan Perniagaan, Samarinda sudah mulai membongkar sendiri bangunannya, Rabu (20/3/2019). 

Warga lain, Herry Siswanto, mengaku pasrah saja membongkar bangunan kayu yang sudah 12 tahun ia tempati bersama 6 anak dan istrinya.

Ia tak punya pilihan lain, karena warga lain sudah setuju membongkar sendiri bangunan ketimbang dibantu pembongkaran oleh Satpol PP.

"Kecewa sih ada. Tapi, apa boleh buat. Yang penting, kita sadar, tanah ini punya pemerintah," katanya.

Dijelaskan Kabid Perencanaan Fisik dan Prasarana Bappeda Kota Samarinda, Firdaus Akbar, terdata ada 37 kepala keluarga yang mendapat santunan.

Pemkot Samarinda melebihkan 40 Kepala Keluarga sebagai antisipasi. Totalnya ada Rp 120 juta dana yang disebut uang kerohiman ini.

"Kalau sumber dana khoriman ini sesuai instruksi arahan Wali Kota menggunakan dana infaq dari potongan gaji seluruh pegawai lingkungan pemerintah kota. Tidak boleh lagi menggunakan dana hibah," kata Firdaus.

Dia optimistis proses berjalan sesuai jadwal yang ditetapkan.

Menurutnya, proses ini sudah melalui sosialisasi dari hingga ke tingkat bawah. Lanjutnya, penggantian uang kerohiman ini, merupakan kebijaksanaan Pemkot mengedepankan upaya sosial.

Apalagi, masih banyak kawasan SKM lainnya yang harus ditata.

"Mudah-mudahan sukses dan bisa menjadi virus baik bagi perencanaan penataan kawasan kumuh selanjutnya di sepanjang Sungai Karang Mumus," ucapnya.

Dia menyebut, dari koordinasinya dengan PDAM dan PLN, jika ada warga yang masih membandel tak mau pindah, instalasinya akan dicabut.

Karena itu, kembali ia tegaskan, penataan kawasan dengan pemberian uang kerohiman adalah tawaran terakhir yang tak dapat ditawar lagi.

"Tak ada lagi kendalanya. Selanjutnya, tak ada tawaran solusi alternatif bagi warga. Ini sudah yang terakhir," tandasnya.

Klik Like & Follow Facebook Tribunkaltim.co:

Follow Instagram Tribunkaltim.co di bawah ini:

 Subscribe official YouTube Channel Tribun Kaltim, klik di sini

Sumber: Tribun Kaltim
Halaman 2 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved