Hasil Riset Anak kedua Susah Diatur? Pola Asuh Jadi Sorotan, Begini Faktanya

Ada sebuah riset menunjukkan perbedaan sifat anak kedua yang perlu Ibu ketahui. Anak kedua digambarkan jadi sosok yang lebih susah diatur

Tribunnews/Jeprima
Ilustrasi - Seorang anak sedang membaca Iqra di Masjid Layur Semarang, Jawa Tengah Sabtu (26/5/2018). Membaca surat Al Kahfi di Hari Jumat memiliki sejumlah keutamaan. 

Tapi tak selamanya anak kedua atau si bungsu tidak bisa diatur.

Semua itu tergantung bagaimana pola asuh yang Ibu terapkan kepada anak.

Ibu perlu paham apa yang menjadi kebutuhan si kecil.

Kepribadian anak yang berbeda-beda juga membuat Ibu perlu mencari akal dalam melakukan pendekatan.

Misalnya pada anak yang terlalu sensitif, ada baiknya Ibu tak terlalu memberinya tekanan agar si kecil tidak merasa stres dan malah berujung pada pemberontakan.

Main Games
Psikolog Anak dan Keluarga, Klinik Terpadu Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, Anna Surti Ariani, memberikan saran bagi orangtua yang memiliki anak penggemar games Player Unknown's Battlegrounds (PUBG).

Perempuan yang biasa disapa Nina ini mengatakan, orangtua perlu meningkatkan hubungan emosional dengan anak.

"Tingkatkan kualitas hubungan orangtua dan anak, usahakan lebih banyak mengobrol bersama dan tertawa bersama," ujar Nina saat dihubungi Tribunnews.com, Senin (25/3/2019).

Nina menilai orangtua harus bisa memberikan alternatif kegiatan lain dan memastikan lingkungan pertemanan anak seperti apa.

"Berikan alternatif-alternatif kegiatan buat anak dan remaja agar tak hanya bermain game online saja. Pastikan anak memiliki teman-teman yang saling memberikan pengaruh positif," ucapnya.

Link Pendaftaran UTBK Tahap II Sudah Dibuka, Cek di Sini Persyaratan dan Tahapannya

Siapa yang Ingin Makan Siang dengan Valentino Rossi? The Doctor Buka Kesempatan Ini untuk Penggemar

Jika memang anak bermain, Nina mengatakan, ada baiknya orangtua mengawasi, memberikan batasan durasi permainan.

"Batasi durasi bermain, saat ini banyak orangtua tak berdaya kalau anaknya terus-terusan memegang handphone di depan laptop game," kata Nina.

"Pembatasan bermain boleh aja dilakukan. Tapi perlu disadari bahwa kalau hanya dibatasi namun tidak ada alternatif lain, maka anak atau remaja hanya akan berpindah ke masalah lain," sambung dia.

Games PUBG menjadi perbincangan hangat dimasyarakat usai kejadian penembakan brutal di dua masjid di Selandia Baru beberapa waktu lalu.

PUBG bahkan dinilai oleh MUI dikhawatirkan berdampak pada perilaku kekerasan dan teroris.

Sumber: Tribunnews
Halaman 2 dari 4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved