Pilpres 2019

Tolak Rabu Putih Jokowi, Ferdinand Hutahaean: Langgar Asas Kerahasiaan, Bibit Konflik Mudah Terpicu

Selain itu, Ferdinand juga berpendapat, jika Rabu putih benar dilaksanakan, maka akan ada pengelompokan antar pendukung.

Tribunnews.com/Ilham Rian Pratama
Ketua Bidang Advokasi dan Hukum Partai Demokrat Ferdinand Hutahaean, Ferdinand Hutahaean. 

TRIBUNKALTIM.CO - Anggota Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo Subianto-Sandiaga Uno, Ferdinand Hutahaean menyampaikan kritiknya terkait gerakan 'Rabu Putih'.

Diberitakan TribunWow.com, hal tersebut disampaikan Ferdinand Hutahaean di program Special Report iNews, Rabu (27/3/2019).

Awalnya, Ferdinand memaparkan, Undang-Undang pemilu no 7 tahun 2017 pasal 2 menyatakan bahwa azas pemilu di Indonesia memiliki prinsil 'luber', yaitu langsung, umum, bebas, rahasia.

Menurut Ferdinand, jika seseorang menggunakan identitas tertentu ke TPS, misalnya seperti pakaian berwarna putih, maka sama saja dengan tidak ada lagi unsur kerahasiaan dalam pemilu.

 

Baca Juga:

Kepanasan di Jakarta, Mantan Raja Slam Dunk NBA Beri Wejangan untuk Anak-anak Indonesia

Unggah Jurus Ayahnya Atasi Suasana 'Rikuh Pakewuh', Hanum: Hati-hati kalau Dekat Pak Amien Rais

L'Equipe: Real Madrid Siapkan 500 Juta Euro demi Rekrut Kylian Mbappe, Eden Hazard, dan Paul Pogba

"Kerahasiaan itu bubar semua. Tidak ada lagi unsur kerahasiaannya," kata Ferdinand.

Selain itu, Ferdinand juga berpendapat, jika Rabu putih benar dilaksanakan, maka akan ada pengelompokan antar pendukung.

"Di TPS itu nanti akan terjadi pengelompokan antar pendukung, karena ini capres kita hanya dua. Orang akan melihat ketika dia berbaju putih, yang bukan berbaju putih akan merasa itu bukan kelompoknya, begitu sebaliknya," papar Ferdinand.

"Maka di situ, bibit konflik akan mudah terpicu, karena di sini akan berhadap-hadapan dua kelompok masa yang sudah saling tahu bukan kelompoknya. Ini yang kita khawatirkan."

"Jadi konflik di sini akan sangat mudah terjadi dan mudah tersulut. Ini yang kita khawatirkan," ungkap dia.

Terlebih, terang Ferdinand, identitas-identitas tertentu selama kampanye dan selama proses pemilu berjalan, tidak boleh digunakan pada saat hari H pencoblosan.

"Itu kan jelas aturannya tidak boleh," tegas Ferdinand.

Ferdinand lantas mengklaim, gerakan putih sebenarnya sudah menjadi trend pendukung Calon Presiden nomor urut 02, Prabowo Subianto sejak lama.

Ia bahkan menyinggung soal tagar Putihkan Solo dan Putihkan Jakarta.

"Kita bahkan mencurigai bahwa sesungguhnya gerakan putih ini kan sudah sejak lama menjadi trendnya pendukungnya Prabowo," kata Ferdinand.

"Saya mengatakan pendukungnya Prabowo karena trend putih ini identik dengan gerakan islam politik yang tergabung di dalam gerakan 212."

"Maka di setiap acara di manapun ada, selalu menggunakan tagar Putihkan Solo, Putihkan Jakarta," ungkap Ferdinand.

Ferdinand menegaskan, gerakan putih selama ini sudah identik dengan para pendukung Prabowo.

"Nah sekarang ini kita merasa bahwa ini diambil. Untuk apa tujuannya mengambil? Jangan-jangan Pak Jokowi sudah khawatir bahwa nanti karena seruan Al Khathath di sana, pengurus PA 212 yang ingin para 212 itu datang ke TPS dengan baju putih, ini akan di klaim nanti sebagai pendukungnya Jokowi (Capres nomor urut 01)," ungkap Ferdinand.

"Karena Pak Jokowi sudah sadar akan kehilangan banyak pendukung. Ini yang kita khawatirkan," sambung dia.

Namun, kata Ferdinand, satu hal yang membuat pihaknya paling khawatir dari gerakan ini adalah potensi konflik yang akan terjadi di lapangan.

"Ini yang harus kita hindari," tegasnya.

Simak videonya:

 

Diberitakan Kompas.com, saat menyampaikan pidato  politik di kampanye terbuka di Bukit Gelanggang, Kota Dumai, Provinsi Riau, Selasa (26/3/2019), Calon presiden nomor urut 01 Joko Widodo (Jokowi) mengimbau pendukungnya untuk mengenakan pakaian putih pada hari pencoblosan Pemilu 17 April 2019.

"Jangan lupa, saya ingatkan, tanggal 17 April itu kita pakai baju putih," ujar Jokowi.

Jokowi lantas memaparkan alasan mengapa pendukungnya harus mengenakan pakaian berwarna putih pada saat hari pencoblosan.

"Karena yang mau dicoblos nantinya bajunya putih. Karena kita adalah putih, putih adalah kita," ujar Jokowi.

Sebelumnya, seperti dikutip dari Tribunnews.com, Ketua Umum Pimpinan Pusat Gerakan Pemuda Ansor, Yaqut Cholil Qoumas, juga menyerukan ajakan yang sama.

Menurut Yaqut, hal ini penting dilakukan untuk melawan hoaks jelang Pilpres.

Baca juga:

Merasa Tertipu Video Performa Robert Lima, Arema FC Kapok Mencari Pemain Lewat YouTube

BMKG Rilis Peringatan Dini - Waspada Gelombang Tinggi di Samudera Hindia pada 27-30 Maret 2019

Dicoret Timnas U-23 Indonesia, Todd Rivaldo Ferre Kembali Berlatih Bersama Skuat Persipura

Hoaks, terang dia, memengaruhi masyarakat untuk tidak berangkat ke Tempat Pemungutan Suara (TPS) dan menggunakan hak pilih.

Karena itu, untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam memiih, GP Ansor pun menyerukan gerakan Rabu Putih itu.

"Kita punya 4,7 juta kader Ansor seluruh Indonesia. Sebagian kita akan fungsikan mereka sebagai tenaga pembantu pengamanan TNI, Polri. Kemudian yang lain, yang tidak sedang bertugas, kita minta untuk menggerakkan pemilih," kata Yaqut.

Artikel ini telah tayang di Tribunwow.com dengan judul Tolak Rabu Putih Jokowi, Ferdinand Hutahaean: Gerakan Ini Sudah Lama Jadi Trend Pendukung Prabowo, http://wow.tribunnews.com/2019/03/28/tolak-rabu-putih-jokowi-ferdinand-hutahaean-gerakan-ini-sudah-lama-jadi-trend-pendukung-prabowo?page=all.

Sumber: TribunWow.com
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved