Sering Dibanding-bandingkan, Ini Kata Budiman Sudjatmiko soal Gerakan Mahasiswa Dulu dan Sekarang

Tokoh aktivis pergerakan 1998 Budiman Sudjatmiko bicara blak-blakan soal gerakan mahasiswa dulu dan sekarang.

Penulis: Syaiful Syafar | Editor: Januar Alamijaya
Kolase Tribunnews.com & Kompas.com
Tokoh aktivis pergerakan 1998 Budiman Sudjatmiko bicara blak-blakan soal gerakan mahasiswa dulu dan sekarang. 

TRIBUNKALTIM.CO - Tokoh aktivis pergerakan 1998 Budiman Sudjatmiko bicara blak-blakan soal gerakan mahasiswa dulu dan sekarang.

Budiman Sudjatmiko menyampaikan hal itu dalam wawancara bersama Cania di channel YouTube Geolife ID.

Awalnya, Cania menanyakan soal arah gerakan politik anak muda saat ini.

Menurut Cania, selalu ada wacana membanding-bandingkan antargenerasi, misalnya generasi 1965, 1998, hingga generasi milenial yang katanya mahasiswanya apatis.

"Anak-anak muda kok gak ada bunyinya seperti zaman Budiman, bisa menjatuhkan Soeharto. Sering dituduh gitu, kok gak ada keterlibatan politiknya sih?," kata Cania.

Mahasiswa menduduki Gedung MPR/DPR, menuntut Presiden Soeharto mundur dari jabatannya. Foto diambil pada 19 Mei 2008, dua hari sebelum Soeharto mengumumkan pengunduran diri pada 21 Mei 1998.
Mahasiswa menduduki Gedung MPR/DPR, menuntut Presiden Soeharto mundur dari jabatannya. Foto diambil pada 19 Mei 2008, dua hari sebelum Soeharto mengumumkan pengunduran diri pada 21 Mei 1998. (KOMPAS/EDDY HASBY)

Menjawab hal itu, Budiman Sudjatmiko menjelaskan dulu saat dirinya masih remaja juga sering diejek oleh generasi yang lebih senior.

Generasi senior itu selalu menuding anak-anak muda tak berani melakukan perlawanan.

Lalu mereka membandingkan dengan masanya ketika terlibat perang mengusir Belanda menggunakan bambu runcing. 

"Bagi saya, oke, itu membuat harga diri kami sebagai generasi muda terpancing. Kami gak boleh jadi generasi yang hilang. Tapi membandingkan persis sama itu sebuah kekonyolan," kata Budiman.

Budiman Sudjatmiko saat menjawab pertanyaan Cania soal gerakan mahasiswa dulu dan sekarang.
Budiman Sudjatmiko saat menjawab pertanyaan Cania soal gerakan mahasiswa dulu dan sekarang. (Capture YouTube GEOLIVE ID)

Budiman Sudjatmiko sudah merasakan berulang kali ditangkap gara-gara demo menentang kekuasaan Orde Baru.

Meski begitu, dia tidak ingin generasi milenial sekarang merasakan hal yang sama. Karena menurutnya zaman sudah berubah.

"Zaman berubah dan teknologi sudah memungkinkan menyelesaikan soal berat tanpa menguas energi sebesar dulu. Dulu kami cukup demo, bukan perang, untuk menggulingkan Orde Baru. Nah, sekarang kalau sebagian besar persoalan bisa diselesaikan dengan teknologi, kenapa harus memaksakan diri agar tampak berkeringat?," tuturnya.

Politisi PDIP itu menceritakan pengalaman lain ketika dirinya mengadvokasi kasus tanah di Cilacap beberapa tahun silam.

Puluhan tahun kasus itu tak kunjung selesai. Bahkan Budiman sempat ditangkap polisi pada tahun 1993.

Tapi begitu dirinya terpilih dan duduk di DPR RI, kasus tanah itu pun selesai.

"Tidak seromantis yang lama tapi cara ini lebih efektif. Bahwa pertama, kekuasaan bisa membuat masalah bisa diselesaikan secara lebih efektif. Kedua, teknologi juga menawarkan metode penyelesaian masalah yang lebih efisien, satu hal (persoalan) bisa (disuarakan) dengan hashtag yang banyak," 

"Jadi, kalau dituntut pada generasi sekarang, bukan soal apa yang dilakukan tapi apakah menjadi hasil? Saya gak akan tanyakan pada generasi sekarang 'kamu kok gak demo lagi?', tapi saya tanya 'apps apa yang sudah kamu buat?'," jelas Budiman.

Civitas Universitas Trisakti melakukan napak tilas di tugu 12 Mei 1998 dalam rangka memperingati 18 tahun Tragedi Trisakti, Kamis (12/5/2016).
Civitas Universitas Trisakti melakukan napak tilas di tugu 12 Mei 1998 dalam rangka memperingati 18 tahun Tragedi Trisakti, Kamis (12/5/2016). (Kompas.com/Nursita Sari)

Teknologi, lanjut Budiman, memungkinkan generasi sekarang untuk melakukan sesuatu yang lebih besar.

"Kami dulu menyelesaikan kasus tanah bertahun-tahun di luar. Sekarang mungkin bisa melakukan pendataan tanah dalam hitungan jam. Ada data kependudukan, kemiskinan di sebuah daerah misalnya,"

"Salah kalau mengatakan orang harus meniru apa yang dilakukan, tapi apa yang dihasilkan," ungkap alumni Universitas Gadjah Mada itu.

Di bagian akhir wawancara, Budiman Sudjatmiko berujar mungkin dirinya tidak terjun ke politik andai kondisi Indonesia dulu lebih demokratis.

"Kalau saja dulu saya lahir di Indonesia yang demokratis, mungkin tidak merata sama sekali tapi juga tidak terlalu senjang, saya gak masuk politik kok. Saya gak jadi aktivis kok, mungkin saya jadi pengusaha, ilmuwan barangkali atau jadi guru," pungkasnya.

Simak video wawancaranya di sini:

Twit War Budiman Sudjatmiko vs Faldo Maldini

Influencer TKN Jokowi-Ma'ruf, Budiman Sudjatmiko terlibat perang kicauan di Twitter dengan Juru Bicara Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo Subianto-Sandiaga Uno, Faldo Maldini.

Dilansir TribunWow.com, hal itu tampak dalam unggahan akun Twitter keduanya, Jumat (5/3/2019).

Mulanya, netizen dengan akun @PowerEmak menautkan berita debat panas soal 'people power' antara Budiman dengan Faldo dalam acara Mata Najwa, Rabu (3/4/2019).

Diketahui, dalam acara tersebut, Faldo sempat menyinggung Budiman saat keluar dari penjara tahun 2009 lalu.

Menanggapi kicauan itu, lantas Budiman me-mention akun Faldo Maldini dan diperuntukan kepada semua amatiran yang belum pernah kehilangan temannya saat membela demokrasi.

"Utk @FaldoMaldini & semua amatir yg belum pernah berdarah & kehilangan teman2nya yg hilang & mati utk demokrasi," tulis Budiman.

Kicauan Budiman Sudjatmiko soal people power, Jumat (5/4/2019).
Kicauan Budiman Sudjatmiko soal people power, Jumat (5/4/2019). (Twitter/@budimansudjatmiko)

Mengetahui nasihat itu, Faldo lantas menyampaikan terima kasihnya.

"Terimakasih nasehatnya Bang Bud. Saya bantu mention Pak @jokowi yang juga tidak pernah berdarah dan diculik untuk demokrasi," balas Faldo.

Budiman lalu memberi peringatan supaya tidak bermain-main dengan isu 'people power'.

Sebab jika nantinya isu berkembang memiliki konsekuensi yang besar.

"Berpolitik boleh oleh siapa saja. Yg kuingatkan jgn main2 dgn isu Prople Power padahal konsekuensinya besar," tegas Budiman.

Kicauan Budiman Sudjatmiko membalas Faldo Maldini, Jumat (5/4/2019).
Kicauan Budiman Sudjatmiko membalas Faldo Maldini, Jumat (5/4/2019). (Twitter/@budimansudjatmiko)

Selain itu, Budiman menjelaskan bahwa pernyataan Faldo dalam acara Mata Najwa bisa memancing konflik.

Untuk itu dirinya lantas memberi peringatan kepada Faldo.

"Ya kan ini memancing konflik horizontal.

Memangnya yg punya people dan yg punya power cuma oposisi? Ini yg kuingatkan pd @FaldoMaldini.

Buruk dan berlarut2 dampaknya," ungkap Budiman.

Menanggapi itu, Faldo mengungkapkan soal 'people power' sudah dibahas saat menjadi narasumber acara Mata Najwa sebelumnya.

Menurutnya, Budiman masih membahas 'people power' di Twitter lantaran masih penasaran.

"Kan itu udah kita bahas di @matanajwa kemaren.

Ni Bang Budi masih penasaran ni kayaknya.

Kemaren abis saya jawab, abang senyum2 aja.

Skrg curhat d sosmed.

Sbg urang Sumando, Abang harusnya paham rumah sudah tokok babunyi," balas Faldo.

Kicauan Faldo Maldini balas Budiman Sudjatmiko, Jumat (5/4/2019).
Kicauan Faldo Maldini balas Budiman Sudjatmiko, Jumat (5/4/2019). (Twitter/@FaldoMaldini)

Debat Panas di Mata Najwa

Diberitakan sebelumnya, Budiman sempat terlibat debat panas dengan Faldo saat membahas people power yang sempat dilontarkan oleh Anggota Dewan BPN, Amien Rais.

Diketahui, ancaman people power oleh Amien Rais merupakan aksi untuk menggerakan massa bila terjadi kecurangan dalam Pemilu 2019.

Menanggapi pernyataan itu, Faldo menilai bahwa people power sah dalam demokrasi.

Kemudian Faldo menegaskan apa yang disampaikan Amien Rais merupakan revolusi tanpa darah.

Sehingga people power yang disampaikan termasuk instrumen perubahan sosial.

"Itu adalah instrumen perubahan sosial, Bang Budiman waktu itu dipenjara kalau enggak ada people power, enggak keluar 2009," papar Faldo dengan menunjuk Budiman.

"Itu kalau udah berkuasa kayak gini," sambung Faldo dengan nada tinggi.

Pernyataan itu lantas ditanggapi dengan tegas oleh Budiman.

"Amien Rais 2019 bukanlan Amien Rais 1998," ungkap Budiman.

"Amien Rais 2019 adalah Amien Rais yang ingin survive dalam politik."

"Faldo bilang people power soalnya itu persoalan bahasa, dia punya konotasi politik," sambungnya.

Budiman Sudjatmiko menunjuk-nunjuk Faldo Maldini dalam acara Mata Najwa, Rabu (3/4/2019).
Budiman Sudjatmiko menunjuk-nunjuk Faldo Maldini dalam acara Mata Najwa, Rabu (3/4/2019). (Capture YouTube Najwa Shihab)

Tampak saat Budiman mengungkapkan hal itu, Faldo ingin menyela argumennya.

Namun, terlihat Budiman melanjutkan argumennya yang belum selesai disampaikan.

Budiman menjelaskan bahwa istilah people power saat ini berbeda dengan tahun 1998.

Pada tahun 1998, istilah people power digunakan untuk rezim otoriter.

"Artinya apa, kalau Anda mengatakan people power dengan cara itu adalah sebuah bentuk makar terhadap demokrasi, Anda akan membuat perpecahan, akan membuat konflik horisontal," ungkap Budiman.

"Anda siap, kami siap," tegasnya sambil menunjuk Faldo.

Simak videonya dari menit 9.00:

Like Fanpage Facebook:

Follow Instagram:

Subscribe Channel YouTube:

(TribunKaltim.co/Syaiful Syafar)

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved