Mengenal Sosok Polwan Cantik yang Fotonya Viral Jelang Hari Pencoblosan, Termasuk Tempat Tugasnya
Jelang Pemilu 2019 beredar sebuah foto Polwan cantik di media sosial. Sosok Polwan cantik itu berada di atas motor dengan seragam kepolisian
Penulis: Januar Alamijaya |
TRIBUNKALTIM.CO - Jelang Pemilu 2019 beredar sebuah foto Polwan cantik di media sosial.
Sosok Polwan cantik itu berada di atas motor dengan seragam kepolisian lengkap beserta helm dan rompi anti peluru.
Dari hasil penelusuran yang dilakukan TribunKaltim.co, sosok Polwan yang menjadi viral itu bernama Vani Simbolon.
Saat ini Vani Simolon yang berpangkat Bripda itu bertugas di Polres Pematangsiantar Sumater Utara.
Berdasarkan penelusuran di akun Instagram Vani Simbolon , foto viral yang berdar di media tersebut terjadi usia dirinya melaksanakan apel pengamanan Pemilu 2019.
Selain foto yang banyak beredar di media soial tersebut, Vani Simbolon jug kerapkali membgikan foto-foto kegiatan dirinya di akun Instagram,
Misalnya saat ia berpose di atas sepda motor Harley Davidson.
Dengan pakaian sipil Vani Simbolon tampak bergaya di atas motor sambil menenteng kamera.
Di momen lain tampak juga foto ketika Vani Simbolon tengah bertugas mengatur lalu lintas dan membantu rombongan siswa yang akan menyebrang.
Hingga saat ini akun dari Vani Simbolon sudah memiliki lebih dari 26 ribu follower.
Polisi Bawa Panci dan Mie Instan ke TPS
Diberangkatkan ke Tempat Pemungutan Suara (TPS) , personel Polresta Samarinda ada yang bawa panci dan mie instan.
Polresta Samarinda memberangkatkan 670 personelnya ke Tempat Pemungutan Suara (TPS), Senin (15/4/2019).
Usai apel di Mapolresta Samarinda, jalan Slamet Riyadi, seluruh personel langsung diberangkatkan ke TPS.
Tampak seluruh personel yang bertugas membawa ransel yang isinya perlengkapan pribadi dan perlengkapan bertugas selama di TPS.
Bahkan, Kapolres Kombes Pol Vendra Riviyanto melakukan pemeriksaan isi tas dari personel yang ditugaskan.
Isi tas personel yang bertugas pun beragam, ada yang membawa panci, wajan, kopi sachet, mie instan, dan persedian lainnya.
Namun, barang yang wajib dibawa yakni power bank dan pakaian dinas, serta kelengkapan kedinasan lainnya.
"Tolong semuanya keluarkan power bank, saya mau lihat," ucap Kapolres, Senin (15/4/2019).
Kelengkapan itu dibawa sebagai antisipasi personel yang menginap di TPS, pasalnya terdapat TPS yang jauh dari kawasan kota.
"Lihat situasi, tapi sesuai aturan memang 24 jam, mulai dari awal, penghitungan hingga pergesaran ke TPK," jelasnya.
"Tadi saat pemeriksaan, ada yang bawa odol, bahkan panci, mie instan, karena bisa saja menginap," sambungnya.
Sementara itu, total terdapat 2.558 TPS yang tersebar diseluruh kecamatan se Samarinda. Dari hasil identifikasi Kepolisian, 28 TPS yang masuk kategori rawan, dikerucutkan lagi menjadi 15 TPS.
Kapolres menjelaskan, terdapat tiga pola pengamanan yang dilakukan, sesuai dengan kategori TPS, mulai dari TPS tidak rawan dijaga 2 Polisi 14 TPS dan 6 Linmas, lalu TPS rawan dijaga 2 Polisi 4 TPS dan 2 Linmas, sedangkan TPS sangat rawan dijaga 2 Polisi 1 TPS dan 2 Linmas.
"Tiga pola pengamanan kita terapkan. Intinya kita siap lakukan pengamanan Pemilu ini," tegasnya.

Terkait dengan pelayanan terhadap warga yang hendak membuat maupun memperpanjang SKCK dan SIM, Kapolres meminta pengertiannya, karena pada 16, 17, dan 18 April 2019 pihaknya fokus pada pengamanan Pemilu.
"Kami fokus pengamanan Pemilu, setelah itu baru mulai lagi pelayanan terhadap masyarakat. Kami mohon pengertianya," pungkasnya. (*)
Anggaran Konsumsi Cuma untuk sekali Makan, Petugas TPS Masak Sendiri
Beragam cara dilakukan petugas pemungutan suara menyiasati 'minimnya' anggaran konsumsi selama proses pungut hitung pileg dan pilpres 17 April mendatang.
Seperti yang diutarakan Soleh Arifin, anggota Panitia Pemilihan Kecamatan (PPK) Samarinda Utara. Dari informasi yang ia peroleh anggaran konsumsi masing-masing anggota TPS sekitar Rp 20 ribu per hari. Dalam satu TPS diisi 7 anggota TPS.
Beberapa anggota di bawahnya mengaku sedikit mengeluh kucuran anggaran jika dibandingkan konsumsi perhelatan Pilgub lalu yang mencapai Rp 35 ribu per orang dan hari.
Yang mereka keluhkan kata Soleh, adalah beban kerja yang lebih berat dengan budget yang lebih minim. Sementara di satu sisi, beban kerja bisa lebih berat karena menghitung 5 jenis surat suara yang diprediksi memakan waktu hingga tenaga malam.
Anggaran tersebut dia rasa hanya cukup untuk konsumsi sekali makan. Dengan asumsi jika membeli nasi bungkus Rp 15 ribu per bungkus ditambah makanan dan minuman Rp 5 ribu.
Untuk menyiasati minimnya anggaran ini, dia mengaku, rekan-rekannya dan PPK sudah melakukan beberapa cara. Di antaranya, meminta bantuan logistik pada kelurahan dan kecamatan setempat.
"Bisa juga anggaran konsumsi yang ada dipake buat masak sendiri di rumah dekat TPS," katanya, Senin (15/4/2019).
Terpisah, Ketua TPS 8 di Kelurahan Sidodadi, Samarinda, Suradi mengatakan belum mengetahui berapa anggaran untuk konsumsi bagi tiap petugas TPS.
Namun, kalaupun nantinya perhitungan bisa sampai tengah malam, dan anggaran yang dikucurkan hanya cukup untuk makan sekali, dari pengalaman dia menjadi anggota panitia pemungutan suara di TPS pada Pilgub dan Pilpres 2014, anggaran yang minim untuk konsumsi tak jadi masalah.
Misalnya, kata Suradi, uang konsumsi anggota dikumpulkan semua dan diberikan pada warga sekitar TPS untuk memasak hidangan sederhana, misalnya lalapan.
"Kalau snack, kopi atau makan tambahan, koordinasi dengan RT atau bawa dari rumah," katanya ditemui di TPS sambil mengerahkan anggota membagikan formulir undangan memilih.
Pengalamannya, menghitung suara Pilgub 2018 lalu, ia memilih makan di rumah saat ada kesempatan istirahat jelang shalat magrib.
Ketua RT 06, Kelurahan Sidodadi, Mukhaedor, mengaku tak terlalu risau soal minimnya budget konsumsi bagi petugas TPS. Sebagai Ketua RT, dia punya pengalaman berhasil mengajak warganya yang kebetulan memiliki usaha catering makanan, menyediakan logistik dengan biaya yang lebih murah. Bahkan, tak menutup kemungkinan ada warga yang menyumbang logistik makanan. "Bahkan, tadi sudah ada warga yang niat mau sumbang kopi dan snack tanpa disuruh," katanya.
Bahkan, sebagai Ketua RT dia berkomitmen berani mengeluarkan kocek pribadi membelikan makanan bagi petugas TPS yang juga warga RTnya. "Kalau misalnya anggaran cuma bisa buat sekali, selebihnya pak RT yang akan cover uang makannya," katanya.
Menurut bapak 40 tahun yang sehari-hari bekerja di bengkel alat berat ini, uang konsumsi yang ia keluarkan dari kocek pribadi tak senilai dengan pentingnya menyukseskan pemilu. Ia berkomitmen, tak ingin hanya gara-gara kurangnya kecerdikan mengajak partisipasi warga menyumbang konsumsi, pelaksanaan pungut hitung terganggu.
"Ini kan hajatan negara. Jangan kita lihat nominalnya, kapan lagi kita berjuang dan ikut berkontribusi memilih pemimpin," tandasnya.
Anggaran APBN tak bisa Diutak-atik
Ketua Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kota Samarinda, Firman Hidayat, mengaku tak bisa bisa berbuat banyak semisal menambah anggaran konsumsi per anggota KPPS yang sudah ditetapkan sama di seluruh Indonesia.
"Ini murni anggaran APBN, kami tidak bisa utak-atik lagi. Kalau menambah itu beresiko. Kami khawatir ada temuan," kata Firman Senin (15/4/2019) usai pengiriman logistik di Gudang KPU Samarinda.
Dia melanjutkan, KPU Samarinda, sudah berupaya berkomunikasi dengan lurah dan camat membantu konsumsi sederhana atau berbentuk prasmanan agar lebih murah.
Atau bisa saja, petugas KPPS bersepakat mengumpulkan uang konsumsi dan bersama-sama melibatkan warga sekitar TPS agar lebih murah sehingga cukup makan hingga penghitungan berakhir.
"Atau bawa bekal sendiri dari rumah, kan petugas KPPS direkruit dan rumahnya tak jauh wilayah RT setempat," katanya.
Dia mengakui, memang berat menghitung 5 jenis surat suara, jika ada persoalan kekurangan makan. Namun, sekali lagi ia menegaskan, ada banyak cara menyiasati hal ini. "Jangan sampai, justru mengaburkan esensi dari gelaran pemilu," tandasnya.
BACA JUGA :
• Diajak Ngamar Atasannya, Polwan Ini Tidak Sadar Anaknya Kepanasan dan Tewas di Dalam Mobil
• Terungkap Sosok Pacar Brigpol Dewi, Penyebar Foto dan Video Porno Sang Polwan
• Oknum Polwan Brigpol DW Dipecat akibat Foto dan Chat Porno, Video Asusila 11 Menit Diakui Miliknya
• Briptu Nova, Polwan yang Akad Nikah lewat Video Call dan Viral Ini akan Segera Bertolak ke Kongo
• Polwan hingga Anak Tentara jadi Korban Polisi Gadungan yang Ngaku Anak Kapolda dan Berpangkat Ipda
Likes dan Follow Fanspage Facebook
Follow Twitter
Follow Instagram
Subscribe official YouTube Channel