Sakau, Ngamuk pada Ibu, Punya 'Warung' Langganan Beli Sabu; Ini Kisah Remaja Pecandu Narkoba
Di meja kantin tempat anak itu berada, terdapat secarik kertas bertuliskan tangan dengan tinta hitam.
Penulis: Christoper Desmawangga |
Sejumlah upaya telah dilakukan oleh ibunya. Bahkan dirinya telah menjalani masa rehabilitasi di Balai rehab BNN Tanah Merah selama empat bulan.
Namun, setelah keluar dan kembali bertemu dengan teman-temannya, dirinya kembali terjebak ketergantungan terhadap narkoba.
"Sempat berhenti, merokok saja saya berhenti. Tapi, ketemu teman-teman lagi, makanya makai lagi. Dulu sebelum di rehab, saya sering sakau, badan saya sakit semua kalau tidak pakai sabu, sekarang sudah tidak lagi walaupun tidak menggunakan sabu," terangnya.
Ruangan tahanan baginya bukan tempat yang asing lagi, dirinya sudah sering keluar masuk tahanan Polsek, walaupun ditahan hanya beberapa hari saja.
Umumnya, dirinya ditangkap Polisi karena kedapatan menggunakan lem, nongkrong hingga larut malam, juga kenakalan remaja lainnya.
"Kapok juga kalau masuk tahanan terus, capek juga sudah aku. Sering sudah masuk tahanan, awalnya saja saya digalakin sama tahanan lain, besoknya mereka baik," ungkapnya.
Selama menggunakan sabu, dirinya selalu membeli kepada seorang wanita yang di rumahnya terdapat warung yang menjual kebutuhan pokok warga.
Dirinya membeli di jalan Lambung Mangkurat, Gang Bakti.
Saking sering membeli sabu kepada wanita itu, dirinya tak perlu lagi memberikan "kode" pembelian ketika hendak membeli.
"Kalau yang baru pertama beli, pasti agak lama prosesnya itu, karena dia (wanita) tidak jual ke sembarang orang," jelasnya.
"Tapi, kalau saya sudah sering sama dia. Kalau dia lihat saya masuk gang, dari jauh pasti dia nganggukin kepala, lalu saya balas ngangguk juga. Pas sudah berhadapan, langsung diberikannya saya satu poket kecil, saya kasih dia Rp100 ribu, transaksinya cepat kalau sudah dikenal," sambungnya.
Dia tidak pungkuri, Jalan Lambung Mangkurat, terutama gang masjid dan di dekatnya banyak warga yang berjualan sabu.
"Memang banyak yang jualan di sana," tegasnya.
Lanjut dia menjelaskan, agar dirinya dapat terlepas dari jerat narkoba, dirinya sadar harus meninggalkan lingkungannya. Karena itu, setelah dua kali menolak untuk masuk pesantren, kali ini dirinya bersedia.
Sekitar pukul 15.00 Wita, Sz diantara ibunya ke pesantren yang terdapat di Prangat, Kutai Kartanegara.