Hari Kartini 2019: Sisi Lain RA Kartini, Kisah Cinta, serta Kontroversi soal Poligami & Kematiannya

RA Kartini menjadi inspirasi bagi banyak orang. Selain jadi insiprasi, kisah RA Kartini juga ternyata masih diliputi sejumlah kontroversi.

Penulis: Doan Pardede |
Tribunkaltim.co/Fiy
10 Kumpulan Kutipan Kartini yang Bisa Memotivasi Kaum Hawa, Jangan Mengeluh hingga Harus Mandiri 

Salah satunya adalah Rosa Abendanon yang banyak mendukungnya.

Dari buku-buku, koran, dan majalah Eropa, Raden Ajeng Kartini atau RA Kartini tertarik pada kemajuan berpikir perempuan Eropa.

Timbul keinginannya untuk memajukan perempuan pribumi, karena Raden Ajeng Kartini atau RA Kartini melihat bahwa perempuan pribumi berada pada status sosial yang rendah.

Raden Ajeng Kartini atau RA Kartini banyak membaca surat kabar Semarang De Locomotief yang diasuh Pieter Brooshooft, ia juga menerima leestrommel (paket majalah yang diedarkan toko buku kepada langganan).

Di antaranya terdapat majalah kebudayaan dan ilmu pengetahuan yang cukup berat, juga ada majalah wanita Belanda De Hollandsche Lelie.

Raden Ajeng Kartini atau RA Kartini pun kemudian beberapa kali mengirimkan tulisannya dan dimuat di De Hollandsche Lelie.

Dari surat-suratnya tampak Kartini membaca apa saja dengan penuh perhatian, sambil membuat catatan-catatan.

Kadang-kadang Raden Ajeng Kartini atau RA Kartini menyebut salah satu karangan atau mengutip beberapa kalimat.

Perhatiannya tidak hanya semata-mata soal emansipasi wanita, tetapi juga masalah sosial umum.

Raden Ajeng Kartini atau RA Kartini melihat perjuangan wanita agar memperoleh kebebasan, otonomi dan persamaan hukum sebagai bagian dari gerakan yang lebih luas.

Di antara buku yang dibaca Raden Ajeng Kartini atau RA Kartini sebelum berumur 20, terdapat judul Max Havelaar dan Surat-Surat Cinta karya Multatuli, yang pada November 1901 sudah dibacanya dua kali.

Lalu De Stille Kraacht (Kekuatan Gaib) karya Louis Coperus.

Kemudian karya Van Eeden yang bermutu tinggi, karya Augusta de Witt yang sedang-sedang saja, roman-feminis karya Nyonya Goekoop de-Jong Van Beek dan sebuah roman anti-perang karangan Berta Von Suttner, Die Waffen Nieder (Letakkan Senjata). Semuanya berbahasa Belanda.

Dijodohkan orangtua

Oleh orangtuanya, Raden Ajeng Kartini atau RA Kartini dijodohkan dengan bupati Rembang, K.R.M. Adipati Ario Singgih Djojo Adhiningrat, yang sudah pernah memiliki tiga istri.

Halaman 3 dari 4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved