Kepala Kampung Talisayan Tak Segan Laporkan Oknum Nelayan Pengguna Bom Ikan
Meski kasus penggunaan bom ikan semakin menurun, namun masih ada saja oknum nelayan , khususnya di wilayah pesisir Kabupaten Berau.
TANJUNG REDEB, TRIBUNKALTIM.CO – Meski kasus penggunaan bom ikan semakin menurun, namun masih ada saja oknum nelayan , khususnya di wilayah pesisir Kabupaten Berau yang menggunakan bom untuk menangkap ikan.
Pemerintah, terutama aparatur kampung, terus berupaya menekan aktivitas penangkapan ikan secara destruktif ini. Seperti yang dilakukan Kepala Kampung Talisayan, Yamsir. Dirinya secara tegas meminta warganya agar tidak menggunakan bom ikan. Apalagi, pihaknya saat ini tengah gencar memasarkan objek-objek wisata di Talisayan, agar bisa bersaing dengan objek wisata lain di Kepuluan Derawan.
Selain wisata, potensi perikanan di kampungnya juga cukup besar. Bahkan Talisayan menjadi salah satu pemasok ikan terbesar di Kabupaten Berau. “Kalau hasil tangkapan nelayan cukup besar. Karena sebagian besar warga kampung ini berprofesi sebagai nelayan, bahkan sebagian dikirim ke luar daerah,” ungkapnya, Selasa (23/4/2019).
Ikan sangat bergantung pada ekosistem laut, terutama terumbu karang sebagai tempat berlindung dan mencari makan. Penangkapan ikan menggunakan bom, justru mengancam populasi ikan yang pada akhirnya akan berdampak pada hasil tangkapan nelayan sendiri.
“Karena itu kami tidak henti-hentinya mengingatkan para nelayan, agar tidak menggunakan alat tangkap yang tidak ramah lingkungan,” tegasnya, seraya menambahkan, pihaknya tidak akan segan-segan melaporkan oknum nelayan yang menggnakan bom ikan maupun pukat.
“Kami berkoordinasi dengan kelompok-kelompok nelayan dan aparat kepolisian, untuk mencegah penggunaan bom ikan,” ujarnya. Selain melanggar hukum, menggunakan bom ikan juga sangat membahayakan para pelakunya. Di daerah ini, tidak sedikit nelayan yang mengalami cacat tetap atau bahkan tewas saat menggunakan bom ikan.
Selain itu lanjutnya, dalam banyak kasus, bom ikan dibuat dari pupuk yang diselundupkan dari Malaysia. Pupuk buatan negara tetangga itu kerap diekstraksi untuk mendapatkan amonium nitrat sebagai bahan baku untuk membuat bom ikan.
“Tidak ada untungnya menggunakan bom ikan. Memang hasil tangkapannya banyak, tapi ikan cepat busuk. Kalau pun laku dijual, harganya jauh di bawah ikan segar, karena yang kena bom biasanya hancur. Masyarakat pun paham betul bagaimana ciri-ciri ikan bom sehingga mereka tidak akan membeli,” tandasnya. (*)
Baca Juga
Begini Cara Polres Berau Tingkatkan Kesadaran Nelayan Terhadap Bahaya Bom Ikan
Bom Ikan Meledak, Hancurkan Bangunan Polsek
Hampir Saja, Keindahan Bawah Laut Derawan Terancam Bom ikan
Sedih. . . Menteri Susi Sebut Pulau Maratua Surga bagi Pengebom Ikan
Belasan Bangkai Penyu Ditemukan di Perairan Derawan dan Maratua, Imbas Bom Ikan?
Likes dan Follow Fanspage Facebook
Follow Twitter
Follow Instagram
Subscribe official YouTube Channel