Berita Video
VIDEO Menyusuri Pulau Balabalagan, Keindahan Pantai dan Terumbu Karang di Tengah Selat Makassar
Salah satu pulau di Indonesia yang menyimpan keindahan adalah Pulau Balabalagan, yang saat ini masuk wilayah administrasi Sulawesi Barat.
Penulis: Muhammad Fachri Ramadhani | Editor: Amalia Husnul A
TRIBUNKALTIM.CO, BALIKPAPAN - Negeri seribu pulau memang pantas disandang Indonesia. Salah satu pulau di Indonesia yang menyimpan keindahan adalah Pulau Balabalagan, yang saat ini masuk wilayah administrasi Sulawesi Barat.
Meski masuk wilayah administrasi Sulawesi Barat, Pulau Balabalagan yang letaknya berada di tengah Selat Makassar juga dapat dengan mudah di akses dari wilayah perairan Kalimantan Timur.
Gugusan Pulau Balabalagan ini diapit Kalimantan dan Sulawesi siap menyuguhkan keindahan pantai dan terumbu karang di lepas pantai timur Kalimantan.
Di gugusan pulau yang lebih dikenal dengan sebutan Balabalagan ini memiliki 14 pulau yang menawarkan eksotisme wisata bahari.
Tribunkaltim.co mendapat kesempatan Pulau Balabalagan, Sabtu (27/4/2019).
Perjalanan dimulai dari Pelabuhan Jetty Speed Boat Chevron di kawasan Pelabuhan Semayang, Balikpapan.
Tepat pukul 08.00 Wita, tribunkaltim.co menumpang sebuah kapal pribadi milik Wakil Walikota Balikpapan, Rachmad Masud.
Di kapan bernomor lambung J.15 No 04781, Wakil Walikota Balikpapan Rachmad Masud terlihat mahir memutar kemudi kapal.
"Nenek moyangku seorang pelaut," kelakar Wakil Walikota Balikpapan Rahmad Mas'ud setelah kapal yang memiliki 4 mesin tempel berkekuatan masing-masing 250pk itu menjauh dari pelabuhan.
Sabtu (27/4/2019) sengaja ia mengajak Tribunkaltim.co menengok keindahan beberapa pulau di gugusan kepulauan Balabalagan.
Untuk diketahui secara administratif kepulauan Balabalagan merupakan wilayah Kabupaten Mamuju, Sulawesi Barat.
Namun, sebenarnya secara geografis letaknya lebih dekat dari Kalimantan Timur.
Dalam waktu normal untuk sampai ke pulau ini bila menggunakan perahu bermotor dari Paser (Kaltim) memakan waktu 7-8 jam.
Kapal harus membelah lautan sejauh 33 mil.

Sedangkan jika dari Kabupaten Mamuju, Sulawesi Barat (Sulbar) menuju Balabalagan harus menempuh jarak 50 mil, bila naik kapal motor menghabiskan waktu sekitar 8-10 jam.
Namun dengan kecepatan sekitar 30 knot, kapal yang dinakhodai langsung Wawali Balikpapan ini mampu menyandarkan kapalnya di Pulau Sabakatang dengan tempo waktu hanya 3 jam.
"Sudah diajak ke pulau, disupirin Wawali pula," kelakarnya sambil tertawa menjaga topi krem di kepalanya yang bisa saja diterbangkan angin laut.
Pulau Sabakatang terletak paling utara di gugusan pulau Balabalagan. Ia jadi pulau paling dekat dicapai dari Balikpapan.
Bila tak ada kendala saat perjalanan, air laut tenang, bukan mustahil perjalanan hanya memakan waktu 2 jam menggunakan kapal pribadi dengan kekuatan mesin sekitar 1000pk tersebut.
Terdapat dermaga kayu sepanjang 100 meter menjorok ke laut di Pulau Sabkatang.
Di sanalah kapal penumpang biasa bertambat.
Kapal pribadi yang dinakhodai Rahmad Mas'ud itu pun menambatkan tali di ujung dermaga tersebut.
Kedatangan orang nomor 2 Balikpapan disambut penduduk pulau.
Anak-anak kecil tampak berkerumun kendati kapal masih berjarak ratusan meter dari dermaga.
Mereka melambaikan tangan sebelum kapal benar-benar dekat dengan dermaga.
Diketahui dalam tubuh Rahmad mengalir darah suku Mandar, yang diturunkan dari ayahnya.
Wajar ia memiliki ikatan emosional dengan penduduk setempat.
Sebab itu sambutan hangat pun didapatnya kala menginjakkan kaki di pulau tersebut.
Selain penduduk kedatangannya juga disambut penyu yang mudah sekali dilihat dari atas dermaga kayu. Mereka berenang bebas. Timbul dan tenggelam di laut dangkal dekat dengan pesisir pantai.
Di sisi kiri dan kanan dermaga terdapat hamparan terumbu karang yang hanya berjarak sekitar 6 meter dari atas permukaan laut.
Dengan peralatan selam sederhana siapa pun bisa menikmati keindahan terumbu karang penuh warna di Sabakatang. Itu belum ditambah keindahan gerombolan ikan kecil yang berenang bebas di sekitar karang.
Bila beruntung penyelam bisa berenang bersama dengan penyu. Namun untuk mendekati penyu itu bisa dikatakan 'susah-susah gampang'.
Bicara soal pesisir pantai. Pasir putih menghampar jelas di sekeliling bibir pantai pulau Sabakatang. Deburan ombak tipis di bibir pantai menambah aroma ketenangan bagi siapa saja yang menginjakkan kaki di sana.
Air laut bening kebiru-biruan jadi pelengkap untuk memuaskan dahaga sejauh mata memandang garis lautan lepas.
Ia tentu juga menggoda siapa saja untuk menerjunkan diri.
Sekadar berenang menikmati laut. Tak perlu khawatir soal bilas-membilas, di tengah pulau terdapat sumur air tawar yang dikelola warga.
Namun, cukup disayangkan keindahan pesisir pantai tersebut diganggu oleh tebaran sampah plastik.
Terutama di area dekat dermaga dan pemukiman penduduk. Kebersihan bibir pantai tampak tak terjaga dengan baik.
Namun bila berjalan kaki menjauhi kawasan tersebut, siapa pun pasti takjub melihat pemandangan.
Apalagi bagi para pecinta matahari terbit dan tenggelam, kata penduduk pulau, kawasan ini sangat cocok untuk menikmati keduanya.
"Sebagian besar sampah (plastik) itu datang dari laut," kata Norsalina (46) penduduk asli Pulau Sabakatang.

Pohon kelapa yang menjulang tinggi ke langit tak hanya tampak di pesisir pantai, namun di bagian tengah pulau. Ia ditemani pepohonan lainnya yang tumbuh di pusat pulau, seperti jeruk dan pisang.
Jangan dibayangkan pulau Sabakatang penduduknya terbelakang dalam soal pendidikan. Mari kita tengok isi pulau yang dari penuturan warga setempat dihuni hampir 100 kepala keluarga (KK).
Pulau tersebut memiliki tempat pendidikan meskipun hanya Sekolah Dasar (SD). Jangan salah Ujian Nasional tahun 2018 lalu, siswa kelas VI di sana lulus 100 persen.
"Biasanya habis lulus SD, anak-anak itu lanjut sekolah ke Balikpapan. Atau ya jadi nelayan di sini," kata Hamsi (47) penduduk pulau.
Penduduk di daratan seluas sekitar 10 hektare ini kebanyakan menggunakan sepeda sebagai alat transportasi pulau. Mulai dari anak-anak hingga orang dewasa.
Rumah penduduk bervariasi. Ada yang beton, juga ada yang terbuat dari kayu. Macam-macam modelnya, ada yang pertahankan aksen rumah panggung khas suku mandar, namun tak sedikit yang menyerupai rumah pada umumnya.
"Hampir semua material bangunan, sampai makanan diambil, ya dari Balikpapan. Karena yang paling dekat itu," ucapnya.
Kemudian jangan heran melihat panel tenaga surya di atap rumah penduduk pulau tersebut. Hanya dengan itulah lampu maupun alat elektronik rumah mereka bisa menyala. Meski hanya bisa menemani dari sore hingga jam 9 malam.
"Bila cuaca begini (berawan) bisa sampai malam jam 9 menyala," kata Gugun (38).
Ternyata, di antara pohon kelapa dan pepohonan lain yang tumbuh di bagian tengah pulau tampak beberapa tiang besi tertancap di tanah. Dari tiang ke tiang disambung kabel hitam yang belakangan diketahui mengaliri listrik ke beberapa rumah penduduk.
"Kalau yang per individu (panel surya) semua punya. Tapi ada di sini yang kapasitas besar, tenaga surya terpusat. Ada bulanannya. Kalau cuaca begini jam 9 malan mati bila dihidupi sore. Kalau bagus cuaca (siang terik), bisa malam sampai ke pagi," beber Gugun.
Sabakatan jadi satu-satunya pulau yang memiliki tower telekomunikasi. Kendati hanya sinyal 2G, sudah cukup membantu warga pulau berkegiatan sehari-hari. Terbukanya jalur komunikasi tentu selaras dengan pertumbuhan ekonomi masyarakat.
Jadi jangan heran pulau ini jadi persinggahan nelayan dari Sulawesi dan Kalimantan. Pun banyak kapal pemancing di sekeliling pulau dari kedua daerah tersebut. Para nelayan dapat melakukan komunikasi atau sekadar menanyakan kondisi cuaca di daratan, hingga koordinasi soal penjualan hasil tangkapan laut.
Sementara di pulau lainnya, Pulau Samataha, mata siapa pun bakal dimanjakan dengan keindahan pantai dan terumbu karang yang jauh lebih baik. Ikannya pun jauh sedikit lebih banyak dari Sabakatang. Juga ada kerang kima raksasa yang tepat berada di bawah demaga pulau.
Namun menurut penuturan warga jumlahnya semakin hari menyusut.
"Di pulau ini sumber air tawar hanya berasal dari air hujan atau mengambil dari sumber air tawar Pulau Saboyang," kata Jamal (70) tetua di Pulau Samataha.
Bagi pecinta wisata bahari, rasanya tak rugi mendaratkan kakinya di pulau ini. Selain merasakan keramahan penduduknya, keindahan panorama pantai bisa dinikmati.
Banyak spot foto menarik yang bisa menambah galeri koleksi di instagram maupun sosial media lainnya.
(*)
BACA JUGA
Menyelam di Pulau Balabalagan, Tak Jauh dari Balikpapan, Suguhan Alamnya Menakjubkan
Pulau Balabalagan Lepas dari Kaltim
Soal Pulau Balabalagan, Kaltim Siapkan Materi untuk ke MA
Sektor Tambang Batu Bara 2019 Diprediksi Stagnan, Pariwisata Disebut Bisa Jadi Alternatif
Bank Indonesia Resmikan Bagan Apung di Derawan, Tingkatkan Sektor Perikanan dan Pariwisata
Likes dan Follow Fanspage Facebook
Follow Twitter
Follow Instagram
Subscribe official YouTube Channel