Banjir di Samarinda

Warga Korban Banjir Samarinda Rebutan Makanan Tambahan, Khawatir Balita dan Ibu Hamil Kurang Gizi

Bencana banjir landa Samarinda, Kalimantan Timur para korban banjir rebutan makanan tambahan takut anak balita ya kurang gizi dan ibu hamil juga.

Penulis: tribunkaltim | Editor: Budi Susilo
TRIBUNKALTIM.CO/FACHMI RACHMAN
Pemandangan banjir dari ketinggian yang terjadi di kawasan Jalan Ahmad Yani, Samarinda, Provinsi Kalimantan Timur pada Senin (10/6/2019). Hingga Senin siang air makin meninggi seiring meningkatnya pasang di Sungai Mahakam. 

Hal ini, terpantau di posko Kelurahan Sidodadi, Kecamatan Samarinda Ulu, Senin (10/6/2019) siang.

Sudah tiga hari warga 3.875 jiwa meliputi 2.715 kepala keluarga di 15 RT di kelurahan Samarinda itu, kesulitan akses makanan dan air bersih.

TUTUP AKSES JALAN - suasana kawasan simpang Lembuswana, Samarinda yang dipenuhi banjir, Senin (10/6/2019). Banjir setinggi paha orang dewasa ini menutup akses jalan, sehingga kendaraan roda dua dan mobil non double gardan tidak bisa melintas di kawasan yang merupakan penghubung ke beberapa wilayah di kota Samarinda itu.
TUTUP AKSES JALAN - suasana kawasan simpang Lembuswana, Samarinda yang dipenuhi banjir, Senin (10/6/2019). Banjir setinggi paha orang dewasa ini menutup akses jalan, sehingga kendaraan roda dua dan mobil non double gardan tidak bisa melintas di kawasan yang merupakan penghubung ke beberapa wilayah di kota Samarinda itu. (TRIBUN KALTIM / FACHMI RACHMAN)

Makanan tambahan ibu hamil dan balita itu sengaja diberikan cuma-cuma petugas Puskesmas Segiri ke warga di posko Kelurahan Sidodadi, Samarinda, Kalimantan Timur.

Sejumlah petugas yang ada di lokasi berujar, sedikitnya ada 10 kardus berisi masing-masing 86 bungkus makanan yang habis dibagikan pada warga.

Saat ini makanan itu, adalah bantuan dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

Produk itu, diberikan cuma-cuma di Puskesmas dan tak diperjualbelikan.

Isinya 3 lempeng biskuit seberat 10 gram per lempeng.

Nampak di lokasi, beberapa dus makanan tambahan itu tergeletak kosong.

Seorang petugas di Kelurahan Sidodadi Samarinda yang enggan disebut namanya mengatakan, selama banjir makanan itu, memang ramai diserbu warga dewasa.

Foto udara banjir di Samarinda, Senin (10/9/2019) yang diambil Balai Wilayah Sungai III Kalimantan. Banjir kali ini membuat 20 ribu warga di 3 kecamatan terdampak.
Foto udara banjir di Samarinda, Senin (10/9/2019) yang diambil Balai Wilayah Sungai III Kalimantan. Banjir kali ini membuat 20 ribu warga di 3 kecamatan terdampak. (HO/BWS Kalimantan)

Ada yang dimakan langsung oleh mereka, ada pula yang memang izin untuk dikonsumsi anak dan istrinya.

"Mungkin, sangking laparnya warga," kata perempuan itu sambil membagi makanannya.

Mizhar, warga RT 53 Kelurahan Sidodadi Samarinda, mengaku pun terpaksa makan mie instan selama 3 hari karena tak punya uang karena makanan di rumahnya habis terendam banjir.

Agar perut terisi, ia dan 5 kawannya terpaksa melayani jasa angkut kendaraan bermotor warga terjebak banjir dengan gerobak kayu yang ia pinjam dari pemilik di Pasar Segiri. Ia hanya patok tarif seikhlasnya.

Foto udara penyempitan sempadan Sungai Karang Mumus karena permukiman ilegal yang berpotensi mengganggu aliran air.
Foto udara penyempitan sempadan Sungai Karang Mumus karena permukiman ilegal yang berpotensi mengganggu aliran air. (HO/BWS Kalimantan)

"Kadang sehari dapat Rp 35 sampai 50 ribu," kata pria 45 tahun di depan gangnya yang terendam banjir setinggi dada orang dewasa.

Sebagai informasi di banjir Senin (10/6/2019), ada 20 ribu warga terdampak.

Sumber: Tribun Kaltim
Halaman 2 dari 3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved