Kalung Emas yang Dipakai Nenek Berusia 100 Tahun Direbut Paksa hingga Ia Terjatuh Tak Sadarkan Diri
Nenek berusia 100 tahun bernama Suminah jadi korban pencurian dengan kekerasan (curas).
TRIBUNKALTIM.CO, SENDAWAR - Nenek berusia 100 tahun bernama Suminah jadi korban pencurian dengan kekerasan (curas).
Menurut keterangan polisi, Suminah awalnya sedang melipat kardus di sebelah bangunan toko.
Tiba-tiba ia didatangi seorang pria.
Pria itu langsung merampas kalung emas yang dikenakan Suminah, hingga si nenek terjatuh tak sadarkan diri.
Diketahui, kalung emas yang dicuri seberat 7 gram.
"Warga yang melihat kejadian itu langsung menolong korban, sementara pelaku langsung melarikan diri dengan menggunakan sepeda motor," ujar Kapolres Kubar AKBP I Putu Yuni Setiawan melalui Kasat Reskrim AKP AKP Ida Bagus Kade Sutha Astama, Kamis (20/6/2019) pukul 10.30 Wita.
Aksi pencurian dengan kekerasan itu terjadi pada Sabtu (8/6/2019) sekitar pukul 14.20 Wita di Kampung Sumber Bangun RT 04, Kecamatan Sekolaq Darat, Kabupaten Kutai Barat (Kubar), Provinsi Kalimantan Timur.
Tidak terima emasnya dicuri, nenek Suminah langsung mendatangi Mako Polres Kubar untuk melaporkan kejadian tersebut.
Polisi pun langsung bergerak mencari pelaku.
Akhirnya pelaku berhasil dicokok di rumahnya yang terletak di RT 02 Kampung Linggang Bigung.
Pelaku bernama Haryanto Noh (22).
Dari tangan pelaku polisi mengamankan satu unit sepeda motor yang digunakan pelaku melakukan pencurian dan kalung emas seberat 7 gram yang dicuri dari korban.
Untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya pelaku dijerat Pasal 365 tentang Pencurian dengan Kekerasan.
"Ancaman hukumannya sembilan tahun penjara," kata AKP Ida Bagus Kade Sutha Astama.
Kisah Nenek Nyami Sudah 20 Lebaran Menanti Anaknya tak Kunjung Pulang
Kisah lain dialami Nyami, nenek berusia 98 tahun.
Nyami sudah tidak awas lagi saat mengamati foto lama di pangkuannya.
Namun, saat ditanya sosok Lasito (53), anak bungsunya, Nyami langsung menunjuk pria muda yang paling tinggi dan berdiri di sebelah kiri.
Dengan jari rentanya, dia terlihat mengelus foto yang mulai memudar tersebut.
"Mata saya sudah kabur, tapi Lasito itu yang ini. Ini bersama temannya waktu masih kerja di Jakarta," ujarnya saat ditemui Kompas.com di rumahnya yang sangat sederhana di Desa Ngale, Kabupaten Ngawi, Jawa Timur, Senin (11/06/2019).
Nyami bercerita sudah 20 kali lebaran dirinya menunggu anak bungsunya tersebut pulang.
Di usia yang renta, dia mengaku sangat merindukan anak bungsunya dan berharap Lasito pulang untuk menjenguknya.
Untuk memudahkan mengingat kepergian anaknya, Nyami menghitung berapa kali lebaran Lasito tidak pulang saat lebaran.
"Saya ngitungnya lebaran. Usia saya sudah 98 lebaran, kalau anak saya sudah 20 lebaran ini tidak pulang," ujarnya dengan suara pelan.
Saat ini, Nyami masih menempati rumah yang dibangunnya bersama dengan suaminya yang telah lama meninggal.
Keadaan rumahnya yang terbuat dari kayu dan bambu tersebut juga sudah terlihat rapuh.
Ia bercerita, di rumah sederhananya tersebut ia melahirkan kelima anaknya.
Sani, anak pertamanya membangun rumah di sebelahnya, yang dia tempati bersama cucu dan cicitnya.
"Anak pertama Sani, yang kedua namanya Surati, yang ketiga namanya Surya, yang keempat namanya Karsito, dan yang bungsu itu namanya Larsito. Empat anak saya semua di sini. Hanya Larsito yang merantau," katanya.
Sambil tersenyum, Nyami mengingat jika anak bungsunya tersebut adalah orang yang pendiam.
Selain itu, sejak kecil Lasito sudah terbiasa dengan melakukan puasa mutih atau puasa tidak makan nasi.
Kebiasaan dari kecil tersebut dilakukan hingga terakhir kali dia pamit untuk merantau ke Sulawesi.
"Makannya yo sayur saja. Kalau ditanya kenapa makan sayur saja, jawabnya sudah kenyang," ucapnya.
Selain suka berpuasa, Larsito juga sering bepergian mengunjungi masjid-masjid di luar kota.
Biasanya, untuk menuju kota tersebut Larsito berjalan kaki.
"Sudah semua tempat didatangi itu ke Jakarta, Cilacap, Surabaya, sampai laut utara. Itu jalan kaki sampai laut selatan. Semua dengan jalan kaki dan tidak ada sangu," ujarnya.
Sebelum pamit merantau ke Sulawesi, Larsito sempat bekerja di Jakarta.
Beberapa lembar foto yang diperlihatkan Nyami, diambil saat Lasito bersama temen-temannya di Jakarta.
Di usia senjanya, Nyami mengaku tidak memiliki keinginan selain hanya melihat anak bungsunya untuk terakhir kali.
Sejak pamit merantau ke Sulawesi untuk bekerja pada seseorang, dia sama sekali tidak pernah menerima kabar dari Lasito, baik melalui surat maupun melalui telepon.
Setiap hari, dia hanya bisa memanjatkan doa agar anak, cucu, dan cicitnya selalu dinaungi kesehatan dan umur panjang sehingga dia bisa memiliki kesempatan untuk bertemu di lebaran yang akan datang.
"Semoga sehat semua tidak kurang suatu apa," katanya. (*)
Subscribe official Channel YouTube:
BACA JUGA:
Yusril Pertanyakan Data Kecurangan 22 Juta Suara Saat Jaswar Koto Bersaksi, Begini Faktanya
5 Rekomendasi Drama Korea Romantis Tayang Juli 2019, Cha Eun Woo di Rookie Historian Goo Hae Ryung
Kevin Aprilio Terjerat Utang hingga 17 Miliar, Ini Orang yang Membantunya Bangkit dari Kebangkrutan
Ini Rekam Jejak Marsudi Wahyu Kisworo, Ahli yang Dihadirkan KPU, Profesor IT Pertama Indonesia
Golkar Kirim Sinyal Keberatan Partai Gerindra Bergabung ke Koalisi Jokowi-Maruf, Ini Kata Airlangga