Satwa Mamalia
Awalnya Warga Mengira Buaya, Ternyata Pesut Terdampar di Perairan Manggar, Sekarang Begini Nasibnya
Warga di Manggar Kota Balikpapan, Provinsi Kalimantan Timur digegerkan penemuan mamalia laut yang awalnya warga mengira sebagai sosok buaya.
Penulis: Siti Zubaidah | Editor: Budi Susilo

"Tadi dilepas menggunakan pelampung, sambil dipeluk," katanya.
Tadi dilepas oleh warga.
"Dilepas menggunakan pelampung, dipeluk. Karena kami takut ikannya mati," ujarnya.
Peristiwa sekitar dua tahun lalu ada kisah Pesut yang memprihatinkan.
Peneliti senior dari Yayasan Rare Aquatic Species of Indonesia (RASI) Danielle Krab, menyebut saat ini jumlah pesut Mahakam (Orcaella brevirostris) hanya tersisa sekitar 80 ekor.
Selain kesibukan alur pelayaran ponton batu bara di Sungai Mahakam, sampah plastik pun ikut mengancam kelangsungan hidup satwa endemik ini.
"Sampah jadi persoalan, saya pernah buka (bedah) perut pesut mati, di dalamnya terdapat popok bayi. Dia mati kelaparan karena tidak ada makanan yang lain masuk," kata peneliti asal Belanda ditemui di Rumah Budaya Kutai, Senin (27/11/2017).
Menurut Danielle, gigi yang dimiliki pesut bukan untuk mengunyah tapi menggenggam, kemudian ditelannya.
Jadi, sampah plastik yang dibuang ke sungai langsung ditelan karena dikiranya ikan-ikan kecil yang menjadi santapannya.
Danielle mengemukakan, sampah plastik yang dibuang di sungai memperjelek kualitas ekosistem sehingga perlu solusi.
Warga yang hidup di sepanjang bantaran Sungai Mahakam atau tinggal di rumah rakit diimbau tidak membuang sampah ke sungai, terlebih sampah plastik yang sulit terurai.
"Sampah dikumpulkan, lalu dibakar di atas," sarannya.
Ia mengatakan, pemerintah wajib menyediakan tempat sampah di setiap desa atau membangun TPA karena sungai bukan tempat untuk sampah.
Menurut Danielle, angka kematian pesut diketahui rata-rata 3 ekor/tahun.
Sedangkan jumlah kelahiran sedang diselidiki tahun ini.