Ricardo Tertimbun Longsor Galian Tambang di Samarinda, Rencana Pernikahan di Medan Akhirnya Kandas
Jeksen Manaor Hutagalung (32) merupakan kerabat satu kampung Ricardo Samosir (27), salah satu korban.
Penulis: Christoper Desmawangga |
TRIBUNKALTIM.CO, SAMARINDA - Upaya pencarian terhadap dua pekerja tambang yang tertimbun longsor galian batu bara masih terus dilakukan.
Tim pencarian yang dikomandoi BPBD Kota Samarinda, bersama TNI, Polri, unsur relawan dan pekerja tambang masih berupaya menemukan korban.
Selain tim pencarian, terdapat beberapa rekan korban sesama perantauan dari Medan, Sumatera Utara (Sumut) yang berada di lokasi kejadian.
Tidak jarang kerabat korban ikut serta dalam memberikan masukan, maupun terjun langsung melakukan pencarian.
Jeksen Manaor Hutagalung (32) merupakan kerabat satu kampung Ricardo Samosir (27), salah satu korban.
Dirinya menceritakan, sejak awal dirinya mengetahui sahabatnya itu terkubur, dirinya lah yang memberikan kabar ke keluarga di Medan, tepatnya di Hutabagasan,
Kelurahan Perdagangan, Kecamatan Pematang Bandar.
Bahkan, hari pertama korban terkubur, dirinya juga yang berinisiatif untuk melakukan penggalian dengan exavator PT MTA.
"Keluarga di Medan sudah tahu. Jadi, setelah ditemukan, akan langsung kita akan kirim ke Medan," ucapnya kepada Tribunkaltim.co, saat ditemui di lokasi kejadian, Kamis (4/7/2019).
Lanjut dirinya menjelaskan, dirinya pertama kali bertemu dengan Ricardo di Melak (Kutai Barat).
Mereka lalu berpisah, kemudian bertemu lagi di Malinau, di perkebunan kelapa sawit.
Dan, bertemu lagi 2018 di lokasi tambang PT MTA, tempat korban bekerja saat ini.
Sebelum kejadian itu, Jeksen terlebih dahulu mengundurkan diri dari perusahaan tersebut.
Bahkan, Jeksen mengundurkan diri setelah sekitar 8 bulan bekerja, karena alasan tidak safety bekerja di perusahaan tersebut.
Sebelum longsor yang mengakibatkan dua korban terkubur, pada bulan Februari tahun ini, telah terjadi longsor di dekat lokasi kejadian saat ini.
Kendati saat itu tidak jatuh korban jiwa.
"Setelah longsor bulan dua, saya mengundurkan diri. Saya tahu ini tidak aman lagi. Bahkan ketika saya menyampaikan pendapat tentang kondisi di sini, pekerja lain tidak menggubris, termasuk Norman (salah satu korban) yang menganggap saya tidak tahu apa-apa soal tambang," terangnya.
"Saya juga ajak dia (Ricardo) untuk keluar, tapi dia tidak mau, karena takut tidak dapat pekerjaan lagi. Karena memang dia tidak punya ijazah, walaupun dia cukup berpengalaman," sambungnya.
Selama meninggalkan Medan, Ricardo memang belum pernah kembali pulang.
Sekitar delapan tahun Ricardo menghabiskan waktu di Samarinda, dan bekerja di PT MTA sekitar setahun lebih.
Bahkan, impian Ricardo yang hendak menikah dengan gadis di kampung halamannya sirna akibat kejadian itu.
Direncanakan, Ricardo akan menikah pada bulan Oktober tahun ini.
"Seharusnya dalam waktu dekat ini dia pulang, karena bulan 10 ini dia menikah di kampung. Sejak awal memang dia disuruh pulang sama orangtuanya. Bahkan, keluarganya siap menanggung tiket pulangnya," jelasnya.
"Kita semua berharap agar kedua korban dapat segera ditemukan," pungkasnya.
Hari Kelima Pencarian Masih Nihil
Hari kelima pencarian korban tertimbun longsor di tambang batu bara PT MTA, RT 15, Kelurahan Makroman, Kecamatan Sambutan, belum mengalami kemajuan.
Sejauh ini, pencarian terhadap dua korban dikomandoi oleh BPBD Kota Samarinda, Polri, TNI, bersama unsur relawan, dan beberapa pekerja tambang batu bara.
Pencarian dilakukan dengan menggali area yang longsor serta penyisiran secara manual, guna mencari titik keberadaan korban.
Sejauh ini tim pencarian hanya melakukan penggalian di pinggir lokasi longsor.
Sedangkan korban diduga tertimbun di sekitar pertengahan lokasi longsor yang luasnya mencapai kurang lebih 2 Hektare.
Tidak dilakukannya penggalian di sekitar tengah area, lebih dikarenakan faktor keamanan, karena hingga saat ini tanah masih tidak stabil.
Terlebih kondisi tanah yang berlumpur.
"Tidak bisa ke tengah, karena tanah masih bergerak dan tanah berlumpur. Kita tidak ingin ada korban lagi," ucap Kepala Bidang (Kabid) Kedaruratan dan Logistik BPBD Kota Samarinda, Irfan, Kamis (4/7/2019).
Sebelum terjadi longsor, kedalaman lubang mencapai 15 meter. Setelah terjadinya longsor, diperkirakan mencapai 20 meter.
Terdapat tiga unit exavator, tiga dump truck, dan satu dozer yang dikerahkan pihak perusahaan untuk mencari dua karyawannya tersebut.
"Hingga saat ini memang belum ada kemajuan, tapi kita akan terus lakukan pencarian hingga ketemu. Karena sudah pasti di dalam sini ada korban, tinggal waktu saja," terangnya.
"Intinya kita fokus mencari titik keberadaan alat beratnya dulu. Setelah itu kita akan ambil langkah selanjutnya untuk mencari korban," sambungnya.
Selain terkendala medan yang masih tidak stabil, pihaknya juga diawal kesulitan untuk menemukan titik terjadinya longsor.
Hal itulah yang membuat pihaknya baru dapat ke lokasi pada hari kedua, Senin (1/7/2019) lalu.
"Kita memang dapat informasi ada longsor, tapi tidak ada informasi jelas, hanya mengatakan kawasan Makroman, itu pun kita dapatkan dari media sosial, bukan dari pihak perusahaan," jelasnya.
Untuk diketahui, dari keterangan pekerja yang selamat, Nainggolan (27), melalui BPBD Kota Samarinda, kejadian longsor digalian lubang tambang terjadi pada Minggu (30/6/2019) dini hari lalu, sekitar pukul 03.00 Wita.
Sebelum kejadian, terdapat tiga karyawan yang tengah melakukan penggalian, dengan masing-masing karyawan menggunakan excavator.
Saksi saat itu berada di lokasi yang paling dekat dengan longsoran.
Bahkan, saat terjadi pergerakan tanah, saksi sempat memperingatkan kedua rekannya.
Namun, karena pergerakan terjadi seperti gelombang dan berlangsung cepat, ketiganya tidak dapat melakukan banyak upaya.
Beruntung bagi Nainggolan, kendati berada di posisi paling dekat dengan longsoran, namun dirinya selamat setelah excavatornya terdorong longsoran tanah hingga ke ujung area.
Namun kedua rekannya tidak terselamatkan, tertimbun hidup-hidup bersama excavator yang dikendarai.
"Walaupun dia (Nainggolan) berada paling dekat dengan longsoran, tapi dia bisa selemat. Saat itu excavatornya terdorong longsoran. Dia sempat memecahkan kaca excavator," kata Ifran kepada Tribunkaltim.co.
Sedangkan dua korban yang hingga saat ini masih belum ditemukan, yakni Norman Sihaloho (40), sebagai pengawas sekaligus operator excavator dan Ricardo Samosir (28) sebagai operator excavator.
"Hingga siang ini korban belum ditemukan, kita akan terus lakukan pencarian," pungkasnya. (*)
Subscribe Official YouTube Channel:
Baca juga:
Tak Ada Akta Nikah, Kepala Kemenag Hakimin Sebut Pernikahan Sedarah tak Resmi dan Penghulunya Ilegal
Pilihan Pertama SBMPTN 2019 Diprioritaskan, Nilai UTBK Tinggi Bisa Kalah dengan yang Lebih Rendah
Dianggap Gagal, Posisi SBY di Kursi Ketum Partai Demokrat Kini Digoyang oleh Sosok Ini
Berikut Tiga Wanita dari Kalangan Milenial yang Berpeluang Jadi Menteri, Satu Sudah Ketemu Jokowi
TERUNGKAP Alasan Tukang Bubur Bunuh Bocah 8 Tahun di Bak Mandi, Pelaku Serahkan Diri karena Dihantui