Kecewa Jokowi-Maruf Menang, Pria Ini Sebar Hoaks dan Cemarkan Nama Baik Mahkamah Konstitusi
Pria berinisial TFQ ini nekat menyebar hoaks yang mencemarkan nama baik Mahkamah Konstitusi. Begini isi konten hoaksnya
TRIBUNKALTIM. CO - Pilpres 2019 telah berakhir, dan KPU RI sudah menetapkan pasangan Jokowi-Maruf Amin sebagai pemenangnya.
Jokowi-Maruf akan dilantik sebagai Presiden dan Wapres RI periode 2019-2024, 20 Oktober mendatang.
Namun, rupanya masih ada masyarakat, yang merupakan pendukung fanatik Prabowo-Sandi, yang belum bisa menerima hal tersebut.
Seorang laki-laki berinisial TFQ (47) merasa kecewa dengan putusan Mahkamah Konstitusi (MK) yang menolak seluruh gugatan sengketa hasil Pilpres 2019 yang diajukan oleh Prabowo Subianto-Sandiaga Uno.
Kepala Subdirektorat I Tindak Pidana Siber Bareskrim Polri, Kombes (Pol) Dani Kustoni mengatakan, hal itu menjadi motif TFQ untuk menyebarkan berita bohong atau hoaks.
Tak cukup menyebar hoaks, TFQ menghina dan mencemarkan nama baik Mahkamah Konstitusi.
"Pria asal Bima Provinsi NTB yang merupakan pendukung salah satu paslon Pilpres 2019, mengaku bahwa penyebaran konten yang berisi hoaks, menghina, mencemarkan, dan mendiskreditkan Mahkamah Konstitusi didasari atas ketidakpuasan.
Terhadap putusan MK yang menolak gugatan dan tidak memenangkan presiden-wakil presiden pilihan tersangka," ujar Dani melalui keterangan tertulis yang diterima Kompas.com, Kamis (4/7/2019).
TFQ pun ditangkap Direktorat Tindak Pidana Bareskrim Polri di daerah Kembangan, Jakarta Barat, pada Rabu (3/7/2019).
Menurut Dani, TFQ menyebarkan hoaks terkait Mahkamah Konstitusi tersebut ke lima grup di aplikasi WhatsApp.
Berikut narasi hoaks yang ia sebarkan:
"Baru semalam diumumkan oleh MK, hari ini undangan syukuran JM sdh beredar..
sampai disini faham yah, bahwa sidang MK hanya permainan belaka..
yuk kita juga syukuran atas kemenangan kita yang tetap istiqomah berada dalam barisan penegang kebenaran..
dunia hanya permainan,
akhiratlah kampung halaman kita yang harus diperjuangan selama hayat di kandung badan..." Dari TFQ,
Polisi menyita sebuah telepon genggam beserta sebuah kartu SIM.
Pelaku dikenakan Pasal 45 ayat (3) jo Pasal 27 ayat (3) Undang-Undang Nomor 19 tahun 2016 tentang Perubahan atas UU Nomor 11 tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE) dan/atau Pasal 207 KUHP dan/atau Pasal 310 atau Pasal 311 KUHP.

Strategi TKN Akhiri Polarisasi
Pilpres 2019 resmi berakhir, setelah KPU RI menetapkan pemenang dalam rapat pleno.
Kini, publik tinggal menunggu pelantikan Presiden dan Wapres terpilih yakni Jokowi-Maruf Amin, yang akan digelar 20 Oktober mendatang.
Meski berakhir, namun Pilpres 2019 rupanya meninggalkan jejak.
Berupa perpecahan atau polarisasi di masyarakat.
Aksi saling dukung antara pendukung Jokowi dan Prabow masih terlihat hingga kini.
Wakil Ketua Tim Kampanye Nasional Jokowi-Maruf, Arsul Sani mengatakan upaya dalam meredam polirasi masyarakat pasca-Pemilu Presiden 2019 tidak dilakukan by design.
Dia menyarankan agar sebaiknya dibiarkan mengalir saja.

Dia mengatakan, upaya meredam polarisasi tidak perlu menggunakan skema rancangan.
"Ibarat menyimpan bara, itu kan masih panas, masih besar," kata Arsul Sani di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Kamis, (4/7/2019).
Karena bila dirancang dengan skema, misalnya para elite bergandengan tangan bersama-sama ke masyarakat, justru dikhawatirkan akan gagal meredam polarisasi.
"Menurut saya kalau terlalu kita by design, ketemu terus keliling jangan-jangan malah gagal.
• Prabowo Belum Berminat Bertemu Jokowi untuk Rekonsiliasi, Begini Penjelasan TKN
• Soal Rekonsiliasi, Rocky Gerung Sindir Kubu Jokowi di ILC TV One, yang Menang, Hatinya Tidak Lega
• Dampak Bila Rekonsiliasi Jokowi dan Prabowo Tak Terwujud Ternyata Cukup Serius, Begini Kata JK
Tapi kalau dibiarkan dingin, pelan-pelan sendiri nanti begtu kemudian by design nya itu dijalankan saya kira itu bisa lebih efektif," tuturnya.
Pertemuan antara Jokowi-Prabowo sendiri menurut Arsul Sani bergantung pada Prabowo sendiri.
Pada prinsipnya Jokowi selalu membuka pintu untuk berkomunikasi.
Namun jangan dianggap bahwa pertemuan antara Jokowi dan Prabowo sebagai bagian dari rekonsiliasi.
Karena secara pribadi hubungan ke duanya baik baik saja.
"Sebetulnya mereka berdua ini personifikasi dari kelompok yang besar yang masih mendukung masing-masing paslon.
kan seperi itu. itulah simbolnya rekonsiliasi. jadi prinsipnya makin cepat makin baik," pungkasnya. (*)
Subscribe Official YouTube Channel:
Baca juga:
Tak Ada Akta Nikah, Kepala Kemenag Hakimin Sebut Pernikahan Sedarah tak Resmi dan Penghulunya Ilegal
Pilihan Pertama SBMPTN 2019 Diprioritaskan, Nilai UTBK Tinggi Bisa Kalah dengan yang Lebih Rendah
TERUNGKAP Alasan Tukang Bubur Bunuh Bocah 8 Tahun di Bak Mandi, Pelaku Serahkan Diri karena Dihantui
Sering Gunakan Makeup Tebal, Begini Wajah Barbie Kumalasari Tanpa Riasan Wajah
Song Hye Kyo Beri Kabar Gembira di Tengah Perceraiannya, tapi Agensi Tak Beri Jawaban Soal Kehamilan
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Kecewa Putusan Sengketa Pilpres, Alasan Pria Ini Sebar Hoaks dan Hina MK", https://nasional.kompas.com/read/2019/07/05/08421291/kecewa-putusan-sengketa-pilpres-alasan-pria-ini-sebar-hoaks-dan-hina-mk.