Warga Batu Putih Ketahuan Bom Ngebom Ikan Langsung Digiring ke Aparat Polisi, Ini Perkamnya
“Kalau kami temukan warga kami menggunakan bom, kami tidak akan segan-segan menyerahkan langsung ke aparat kepolisian,”
Penulis: tribunkaltim | Editor: Mathias Masan Ola
TRIBUNKALTIM.CO, TANJUNG REDEB – Menangkap ikan menggunakan bom memang sudah mulai mereda sejak aparat hukum melakukan tindakan tegas. Meski demikian, masih saja ada oknum nelayan yang menggunakan bom ikan.
Kampung Batu Putih, adalah satu yang terkenal dengan nelayan bom ikan. Hal ini diakui oleh Kepala Kampung Batu Putih Krisdianto.
Menurut Kepala Kampung Batu Putih Krisdianto, warganya memang banyak yang berprofesi sebagai nelayan, namun minim pengalaman dan pengetahuan tentang cara menangkap ikan. Mengebom ikan dianggap cara yang paling mudah.
“Tapi sekarang tidak ada lagi warga kami yang begitu. Kami juga sudah membuat peraturan kampung (Perkam) tentang larangan menggunakan bom ikan,” kata Kepala Kampung Batu Putih Krisdianto.
Kepala Kampung Batu Putih Krisdianto mengungkapkan, Kampung Batu Putuh memiliki potensi perikanan yang cukup besar seperti layaknya kampung-kampung lainnya di wilayah pesisir dan kepulauan.
Meski hasil tangkapan nelayan dipengaruhi oleh banyak faktor, salah satunya faktor cuaca, namun jika dirata-rata, dalam satu tahun, kampung ini bisa menghasilkan kurang lebih 700 ton.
Karena itu, Kampung Batu Putih juga mendirikan pasar pengolahan ikan yang dikelola oleh Badan Usaha Milik Kampung (BUMK). Melalui usaha milik pemerintah kampung ini, pihaknya bisa memilah dan memastikan, tidak ada ikan hasil pengeboman yang dipasarkan.
“Kalau kami temukan warga kami menggunakan bom, kami tidak akan segan-segan menyerahkan langsung ke aparat kepolisian,” tegas Kepala Kampung Batu Putih Krisdianto.
Baca Juga;
Sekolah Terima Siswa di Bawah 6 Tahun, Disdikbud Balikpapan Bertindak, Bakal Beri Sanksi Seperti Ini
Klarifikasi soal Teguran Mendagri, Plt Sekprov Kaltim Sebut 12 PNS Koruptor sudah Dipecat
Pengeboman ikan, selain mengancam populasi juga merusak terumbu karang.
Terumbu karang menjadi tempat tinggal dan tempat mencari makan biota laut.
Terumbu karang yang rusak, akan membuat populasi ikan menurun drastis serta mengancam ekosistim laut yang bergantung pada terumbu karang.
Ikan hasil pengeboman, menurut Anto juga kurang layak dikonsumsi, umumnya kondisi ikan mengalami kerusakan dan mudah busuk. Sehingga harga jual pun menjadi sangat rendah.
Akibatnya, para nelayan sendiri yang merasakan dampaknya. Salah satunya kesejahteraan mereka yang sulit meningkat.
“Pada akhirnya, penangkapan yang tidak ramah lingkungan akan berdampak negatif, tidak hanya bagi lingkungan, tetapi juga bagi nelayan sendiri,” tandas Kepala Kampung Batu Putih Krisdianto.
Subscribe Official YouTube Channel:
Baca juga:
Tak Ada Akta Nikah, Kepala Kemenag Hakimin Sebut Pernikahan Sedarah tak Resmi dan Penghulunya Ilegal
Pilihan Pertama SBMPTN 2019 Diprioritaskan, Nilai UTBK Tinggi Bisa Kalah dengan yang Lebih Rendah
TERUNGKAP Alasan Tukang Bubur Bunuh Bocah 8 Tahun di Bak Mandi, Pelaku Serahkan Diri karena Dihantui
Sering Gunakan Makeup Tebal, Begini Wajah Barbie Kumalasari Tanpa Riasan Wajah
Song Hye Kyo Beri Kabar Gembira di Tengah Perceraiannya, tapi Agensi Tak Beri Jawaban Soal Kehamilan