Surya Paloh Boyong 34 DPW NasDem se-Indonesia Temui Presiden Joko Widodo, Bahas Jatah Menteri?
Giliran Ketum NasDem, Surya Paloh yang memboyong 34 DPD se-Indonesia untuk bertemu Presiden Joko Widodo. Apakah bahas bagi-bagi jatah menteri?
Pasca ditetapkan sebagai presiden terpilih 2019-2024 oleh KPU, Presiden memang secara bergiliran menerima pengurus parpol di Istana.
Sebelumnya Jokowi juga sudah menerima pengurus Golkar dan PKB.

Plus Minus Menteri Muda
Siapa saja yang akan menjadi menteri Presiden Jokowi masih menjadi perbincangan hangat.
Sejumlah nama yang digadang-gadang bakal duduk di kabinet Jokowi-Maruf pun mulai mengemuka.
Jokowi pun dikabarkan mulai mencari sosok muda untuk membantunya kelak di Kabinet mendatang.
Analis Komunikasi Politik, Gun Gun Heryanto membeberkan soal plus dan minus jika kaum muda benar masuk kabinet Presiden terpilih Joko Widodo (Jokowi) di pemerintahan 2019-2024.
Diberitakan TribunWow.com, hal tersebut disampaikan Gun Gun yang menjadi narasumber di Apa Kabar Indonesia Pagi seperti dalam video di saluran YouTube Talk Show tvOne, Minggu (7/7/2019).
Dalam pemaparannya, Gun Gun menyebutkan, posisi menteri untuk kaum muda sebenarnya merupakan hal yang umum di dunia saat ini.
"Dan karena perubahan adalah keniscayaan, jadi wajar-wajar saja kalau ada wacana menteri muda di kabinet Jokowi di periode kedua," kata Gun Gun.
Analis ini lantas memaparkan, menteri muda di dalam pemerintahan memiliki plus dan minusnya sendiri.
"Plus-minusnya begini, kalau menjebatani regenerasi sekaligus memberi warna, menjadi bagian juga dari legacy Pak Jokowi, itu menjadi plus," ujar Gun Gun.
"Bahwa kabinet itu akan mengakomodir orang-orang yang mungkin dinamis, muda, progresif, kemudian punya portofolio, punya kemampuan manajerial, eksekutor yang kuat, cepat, tepat, itu bisa kemudian menjadi warna baru dengan usia yang mungkin di bawah 40 tahun. Bisa 25, 35. Itu bisa menjadi warna baru," paparnya.
Namun, minusnya adalah ketika kaum muda ini kemudian hanya sekedar dijadikan sebagai simbolik saja.
"Kalau hanya sekedar simbolik, misalnya hanya bicara soal usia dalam arti angka, tetapi kemudian tidak ditunjang oleh back up personal dan back up politik," jelasnya.