Jasad Ricardo Samosir Ditemukan Tertimbun Longsor, Impian Menikah di Bulan Oktober Kandas
Ia mengingat kembali dua rekannya, Norman Sihaloho (40) sebagai pengawas sekaligus operator exavator dan Ricardo Samosir (28)
Penulis: Mir |
TRIBUNKALTIM.CO, SAMARINDA - Nainggolan (27) lebih banyak terdiam. Ia mengingat kembali dua rekannya, Norman Sihaloho (40) sebagai pengawas sekaligus operator exavator dan Ricardo Samosir (28) sebagai operator excavator.
Keduanya tertimbun longsor di tambang batu bara di RT 15, Kelurahan Makroman, Kecamatan Sambutan, terjadi pada, Minggu (30/6) dini hari lalu, sekitar pukul 03.00 Wita. Namun ia tetap tegar bahkan ia menjadi operator excavator untuk mencari kedua rekannya yang tertimbun.
Di sela-sela proses pencarian, Nainggolan lebih banyak terdiam, meski berada di antara rekan kerjanya yang turut membantu proses pencarian. Ia tampak tatapannya kosong menerawang ke langit di tengah terik matahari.

Ia menururkan awal kejadian. Sesaat sebelum kejadian, ia berada paling dekat dengan titik awal longsoran tanah. Namun setelah terjadi pergeseran tanah, ia langsung pergi sehingga selamat dari kejadian naas ini.
"Saya yang paling dekat dengan lokasi longsoran tapi waktu terjadi pergerakan tanah, saya sempat teriak menyampaikan kepada mereka (korban). Tapi kejadiannya sangat cepat, hanya hitungan detik, tanah sudah bergemuruh dan menimbun keduanya," ucapnya, Senin (9/7/2019).
Saat itu, kedalaman lubang tambang mencapai 15 meter. Dengan kondisi tersebut, ketiganya tidak bisa banyak melakukan upaya penyelamatan.
Dua exavator bersama kedua rekannya terdorong dan tertimbun di bagian tengah lubang, sedangkan exavator yang digunakanya terdorong, terguling dan tak masuk lubang tambang.

"Sempat terguling juga , tapi saya masih sempat berupaya pecahkan kaca. Nah di situlah saya selamat apalagi excavator saya terdorong sampai ke depan," jelasnya.
Dengan kejadian itu, Nainggolan tak bisa lagi tidur nyenyak. Bahkan dua hari setelah kejadian, ia tak bisa sama sekali bisa tidur. "Tidak bisa tidur saat baru kejadian, kalau sekarang sudah bisa, tapi tetap tidak nyenyak," akunya.
Ia mengaku akan tetap turun ke lokasi kejadian, namum bukan untuk bekerja tapi melakukan pencarian terhadap rekannya. "Ini semua karena korbannya teman kami, makanya tetap datang untuk bantu pencarian," jelasnya
Sementara kerabat satu kampung dengan korban, Ricardo Samosir, Jeksen Manaor Hutagalung menceritakan, sejak awal sudah mengetahui sahabatnya itu terkubur. Bahkan ia yang memberikan kabar kepada keluarga korban di Medan tepatnya di Hutabagasan, Kelurahan Perdagangan, Kecamatan Pematang Bandar.
"Keluarga di Medan sudah tahu. Jadi, setelah ditemukan akan langsung dikirim ke Medan," ucapnya kepada Tribunkaltim.co, saat ditemui di lokasi kejadian, Kamis (4/7/2019).
Ia mencerikan, pertama kali bertemu dengan Ricardo saat di Melak, Kutai Barat. Mereka lalu berpisah, kemudian bertemu lagi di Malinau di perkebunan kelapa sawit.
Namun tahun 2018 lalu bertemu lagi di lokasi tambang PT MTA tempat korban bekerja saat ini. Sebelum kejadian itu, Jeksen terlebih dahulu mengundurkan diri dari perusahaan tersebut. Jeksen mengundurkan diri setelah sekitar 8 bulan bekerja, dengan alasan tidak safety bekerja di perusahaan tersebut.
Sebelum longsor yang mengakibatkan dua korban terkubur, pada Februari lalu juga pernah telah terjadi longsor di dekat lokasi kejadian saat ini, namun tidak menelan korban jiwa.
"Saya juga ajak dia (Ricardo) untuk keluar, tapi dia tidak mau, karena takut tidak dapat pekerjaan lagi. Karena memang dia tidak punya ijazah, meski dia cukup berpengalaman," ungkapnya.
Selama meninggalkan Medan, Ricardo belum pernah kembali pulang. Sekitar 8 tahun Ricardo menghabiskan waktu di Samarinda dan bekerja di PT MTA sekitar setahun lebih.

Impian Ricardo yang hendak menikah dengan gadis di kampung halamannya sirna akibat kejadian itu. Ia direncanakan akan menikah pada bulan Oktober tahun ini.
"Seharusnya dalam waktu dekat ini dia pulang, karena bulan 10 nanti akan menikah di kampung. Sejak awal memang dia disuruh pulang sama orangtuanya. Bahkan, keluarganya siap menanggung tiket pulang," jelasnya.
Setelah dilakukan pencarian dan memasuki hari kesembilan, Senin (8/7) sekitar pukul 17.30 Wita, jenazah Ricardo berhasil dikeluarkan dari kabin exavator dan langsung dibawa ke RSUD IA Moies.
Sebelumnya, satu lagi korban tertimbun longsor galian tambang batu bara yang baru ditemukan tim SAR.
Hari Ini Lanjutkan Pencarian
Setelah berhasil menemukan dan mengevakuasi salah satu korban, tim SAR gabungan yang dikomandoi BPBD Kota Samarinda kembali akan melanjutkan pencarian pada Selasa (9/7) hari ini.
Pencarian terus akan dilakukan hingga korban ditemukan. Pasalnya, saat ini tim SAR telah menemukan titik keberadaan excavator yang digunakan Norman Sihaloho (40).
"Besok kita lanjutkan pencarian, untuk titik di mana exavator korban lainnya sudah kita ketahui. Untuk metode pencarian tetap sama, penggalian dahulu dengan alat berat, lalu dilanjutkan dengan penggalian manual," ucap Kabid Kedaruratan dan Logistik BPBD Kota Samarinda, Ifran kepada Tribunkaltim.co, Senin (8/7/2019).
Dia pun bersyukur, setelah melakukan upaya pencarian dengan memakan waktu cukup lama, dihari ke sembilan pencarian salah satu korban berhasil dievakuasi, yakni Ricardo Samosir (28).
Padahal, pada Jumat (5/7) lalu, pihaknya telah mengetahui keberadaan exavator yang digunakan Ricardo, namun karena tanah masih tidak stabil, dan kondisi tanah yang mengandung lumpur, pihaknya sulit untuk menembus tanah mendekati kabin exavator.

"Kondisi tanah labil, berlumpur, sulit untuk dapat segera menemukan korban. Makanya, untuk korban atas nama Ricardo Samosir baru bisa ditemukan siang tadi, padahal lokasi exavatornya sudah kita ketahui beberapa hari sebelumnya," jelasnya.
Selain kondisi tanah, tertimbunnya exavator berada dikedalaman yang cukup dalam, menyebabkan penggalian cukup memakan waktu hingga berhari-hari.
Namun demikian, untuk pencarian korban atas nama Norman, pihaknya mendapatkan informasi jika korban sempat melompat keluar dari exavatornya sesaat sebelum tertimbun longsor.
"Informasi yang kami dapat seperti itu, ada yang lihat dia (Norman) loncat. Tapi kita tetap fokuskan pencarian di exavatornya dahulu," kata Ifran.
Sementara itu, ditemui di lokasi tambang longsor, Lurah Makroman, Joni Handoko mengaku belum dapat memastikan perusahaan mana yang memiliki lahan konsesi di lokasi tersebut.
Dirinya menilai, di sekitar lokasi terdapat dua perusahaan yakni PT LHI dan PT A, sedangkan PT MTA merupakan sub kontraktor.
"Untuk saat ini semua masih fokus pada pencarian korban. Semoga dalam waktu dekat ini semua korban berhasil ditemukan," sambungnya.
Dia menjelaskan, lokasi pertambangan sendiri cukup jauh dari permukikan warga, dengan jarak mencapai 3 Km.
"Semua aktivitas pertambangan disekitar lokasi dihentikan dahulu sampai semua korban ditemukan. Untuk jarak lokasi tambang dengan permukiman cukup jauh," pungkasnya. (*)
Subscribe Official YouTube Channel:
Baca juga:
Tsamara Amany Pernah Menikah Muda di Usia 19 Tahun, Ini Sosok Mantan Suaminya
Bukan Hanya UTBK, Inilah 6 Penentu Lulus SBMPTN 2019; Rektor PTN Juga Bisa Punya Kriteria Sendiri
10 Link Pengumuman Hasil SBMPTN Selasa (9/7/2019) Pukul 15.00 WIB, Ini Alternatif Jika Tak Lulus
PERSIJA VS PERSIB, The Jak Mania, Diminta Tak Terpancing Isu di Medsos