Pertemuan Megawati-Prabowo di Mata Para Pengamat, Pecahnya Koalisi dan Tak Ada Makan Siang Gratis
Pertemuan Megawati dan Prabowo yang bertajuk diplomasi makan siang sukses mencuri perhatian publik. Pengamat politik menerka makna makan siang bersama
Penulis: Rafan Arif Dwinanto |
TRIBUNKALTIM.CO - Pertemuan Megawati-Prabowo di Mata Para Pengamat, Pecahnya Koalisi dan Tak Ada Makan Siang Gratis.
Pertemuan Megawati dan Prabowo yang bertajuk diplomasi makan siang sukses mencuri perhatian publik.
Publik pun dibuat menerka makna dibalik makan siang bersama Megawati dan Prabowo.
Para pengamat politik pun angkat suara.
Ada yang bilang tak ada makan siang gratis, ada pula yang menyebut pertemuan itu isyarat retaknya koalisi partai pendukung Jokowi-Maruf.
Isyarat retaknya koalisi partai pendukung Jokowi-Maruf diperkuat dengan aksi makan siang Ketum NasDem Surya Paloh, dan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan.
Sebelumnya, empat partai pendukung Jokowi-Maruf yakni PPP, PKB, NasDem dan Golkar membuat manuver dengan melakukan pertemuan minus PDI Perjuangan.
Berikut penafsiran para pengamat politik terkait pertemuan makan siang bersama, Megawati dan Prabowo serta Surya Paloh dan Anies Baswedan.
1. Pakar psikologi politik dari Universitas Indonesia Hamdi Muluk
Dilansir dari Kompas.com, Pakar psikologi politik dari Universitas Indonesia Hamdi Muluk mengatakan, politik memiliki simbol-simbol unik yang kadang tersirat dan tersurat.
Diplomasi politik merupakan hal lumrah yang dilakukan untuk saling menyenangkan pihak lain.
"Orang saling bertukar simbol dan kadang suatu maksud tidak harus disampaikan secara eksplisit.
Kadang ada kode yang harus dipahami kawan maupun lawan.
Salah satunya diplomasi nasi goreng ini," kata Hamdi kepada Kompas.com, Rabu malam.
Di dalam dunia politik, kata Hamdi, tak ada lawan maupun kawan abadi.

Saking cairnya politik, bisa tampak bersitegang di permukaan, sementara di belakang layar saling berangkulan.
Pesan tersebut, kata Hamdi, yang mungkin ingin disampaikan para politikus tersebut.
Begitu Pemilu 2019 usai dan sudah diputuskan presiden-wakil presiden terpilih, maka tak ada lagi permusuhan.
Pasca-Pilpres, kata Hamdi, tokoh-tokoh politik mulai menjajaki satu sama lain.
Maka terjadilah pertemuan Prabowo dengan Megawati yang sebelumnya pernah berpasangan dalam Pilpres 2009.
"Yang namanya penjajakan, pasti ada diplomasi, saling berkirim simbol.
Termasuk kode Prabowo yang mengaku kangen dengan masakan Megawati," kata Hamdi.
Sebelum memasuki periode kedua pemerintahan Jokowi, masih terbuka luas kesempatan bongkar pasang koalisi.
Hingga saat ini, Partai Gerindra masih kokoh di barisan oposisi.
Namun, kata Hamdi, tak menutup kemungkinan partai tersebut akan merapat ke pemerintah.
Sebab, Prabowo pernah menyatakan bahwa pihaknya akan siap membantu jika dibutuhkan pemerintah.
Dengan adanya pertemuan tersebut, lanjut Hamdi, bukan tidak mungkin ada pembahasan yang menyerempet ke arah tersebut.
"Saya kira, ini bisa berarti Megawati membuka pintu untuk mengajak Prabowo berkoalisi.
Atau sebaliknya, entah Prabowo sendiri yang mencoba mencari konstelasi baru setelah urusan MK selesai," kata Hamdi.
Masih banyak posisi politik yang bisa dirundingkan dalam diplomasi tersebut.
Tak hanya posisi menteri, tapi juga kepala kelembagaan negara seperti MPR.
"Setelah ini aktor politik akan mencari kemungkinan baru.
Kalau kemungkinan buat koalisi, kenapa enggak.
Lazim saja orang melakukan deal-deal, kita dapat apa, untungnya apa," kata dia.
2. Pengamat Politik Jerry Massie
Dilansir dari Tribunnews.com, pertemuan antara Ketua Umum Partai Nasdem Surya Paloh dengan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan menandakan ada persoalan di internal koalisi Indonesia Kerja.
Di waktu bersamaan, Megawati dan Prabowo makan siang bersama.
"Sejauh ini Anies belum punya partai yang paten.
Hanya Sandiaga Uno kader Gerindra. Pertemuan ini saya duga bisa ke arah Nasdem bakal merekrut Anies untuk pilpres selanjutnya.
Ataupun opsi selanjutnya bisa jadi ada something wrong di tubuh TKN.

Memang hal itu lumrah sering terjadi misunderstanding (salah pengertian) bahkan miscommunication, salah komunikasi," ujar Pengamat Politik Jerry Massie saat berbincang dengan Tribun, Rabu (24/7/2019).
Bukan tidak mungkin lanjut Jerry adanya sesuatu di internal TKN (Tim Kampanye Nasional) Jokowi-Maruf di Pilpres itu bisa mengarah ke perpecahan kongsi.
Terlebih lagi kata dia adanya kabar ketidakhadiran perwakilan PDI Perjuangan saat Ketua Umum Partai Nasdem Surya Paloh menginisiasi pertemuan parpol koalisi Senin(22/7/2019) lalu.
"Kuncinya sudah mulai tercium keretakan internal bisa ke arah pecah kongsi,"ujar Jerry.
• Membaca Kode Prabowo Kangen Makan Nasi Goreng Megawati, Ini Penjelasan Psikologi Politik
• Isu Keretakan Koalisi Indonesia Kerja Mencuat usai Makan Siang Megawati-Prabowo dan Paloh-Anies
• Megawati Bertemu Prabowo, Hasto Ungkap Kesamaan Konsep Pembangunan PDI Perjuangan dan Gerindra
3. Peneliti LIPI Indria Samego
Indria Samego mengungkap sesuatu dibalik pertemuan Megawati dan Prabowo, sebut tak ada makan siang gratis.
Pertemuan dua tokoh politik yang sempat saling berseteru Megawati dan Prabowo bertajuk diplomasi makan siang.
Peneliti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Indria Samego menyambut baik pertemuan Megawati Soekarnoputri dengan Prabowo Subianto di Jalan Teuku Umar, Menteng, Jakarta Pusat, Rabu (24/7/2019).
Pertemuan dua tokoh tersebut menurut Indria Samego menjadi jalan menuju rekonsiliasi pascapemilu presiden 2019.

"Jalan menuju rekonsiliasi sangat jelas.
Buat saya itu termasuk rekonsiliasi," ujar Indria Samego yang juga anggota dewan pakar The Habibie Center ini kepada Tribunnews.com, Rabu (24/7/2019).
Memang kata dia, tak ada makan siang gratis di balik pertemuan dua teman lama yang pernah berpasangan dalam Pilpres 2009 lalu.
Tapi dia melihat masih jauh waktunya ketika langsung mengaitkan pertemuan tersebut dengan kursi Menteri untuk Gerindra pada periode kedua pemerintahan Jokowi.
Hal jelas, dia sepakat, pertemuan Megawati dan Prabowo menjadi proses awal dari pendekatan yang dilakukan Gerindra.
Apalah itu akan berakhir pada akan berlabuhnya Gerindra ke koalisi Jokowi-Maruf Amin? Itu masih butuh waktu dan proses yang tidak bisa segampang membalikkan tangan.
"Dalam politik, gak ada makan siang gratis. Namun demisioner kementerian masih lama. Anggap saja itu jadi alasan bagi proses mendekatkan diri," jelas Indria Samego.
"Tapi tidak lekas. Kemarin lawan masak mendadak jadi kawan?" kata Indria Samego. (*)
(TribunKaltim.co/Rafan A Dwinanto)
Subscribe YouTube newsvideo tribunkaltim:
Baca juga:
Teriakan Antusias Berubah Jadi Histeris Kala Tali Bungee Jumping Putus, Jatuh dari Ketinggian 100 M
Isu Keretakan Koalisi Indonesia Kerja Mencuat usai Makan Siang Megawati-Prabowo dan Paloh-Anies
Bermula dari Bisul, Dukun Cabul Ini Perkosa Pasiennya Hingga 15 Kali, Begini Modus Pelaku
Diduga Cabuli Mahasiswi, Oknum Dosen Ini Disidang di Pengadilan, Pengacara Soroti Teriakan Korban
8 Rekomendasi Drama Korea Romantis, Bikin Kamu Tertawa Sekaligus Gemas!