Aplikasi Gojek Resmi Ganti Logo, tak Lupa Asal Usul dan Bermakna Universal
Saat didirikan pertama kali, Gojek hanya menawarkan layanan transportasi orang dengan pemesanan melalui call center.
”Festival ini merupakan perayaan lembar baru Go-Jek yang diiringi penggantian logo. Kami patut merayakan ini karena ada nilai emosional dari momen ini, yaitu evolusi Go-Jek menjadi aplikasi on-demand dari Indonesia yang sudah melenggang ke Asia Tenggara,” kata Alvita.

Sejumlah perwakilan mitra pengemudi Go-Jek tampil di atas panggung dengan mengenakan atribut jaket dengan logo baru. Kegiatan itu dilakukan dalam Festival Apresiasi Mitra di Bumi Perkemahan Cibubur, Jakarta Timur, Sabtu (27/7/2019).
Mitra layanan transportasi roda dua atau Go-Ride dinilai sebagai penggerak utama perusahaan teknologi aplikasi tersebut.
Saat didirikan pertama kali, Gojek hanya menawarkan layanan transportasi orang dengan pemesanan melalui call center.
Setelah aplikasi dikembangkan, mitra ojek daring Go-Jek mampu melayani pengantaran makanan dan barang.
Tak lupa asal-usul
Revolusi itu mengharuskan Gojek mengganti logo tanpa mengkhianati asal-usulnya. Logo yang dinamai ”Solv” ini memiliki bentuk dan makna yang lebih universal daripada logo sebelumnya yang berbentuk pengemudi motor.
Nadiem mengatakan, logo ”Solv” ini sengaja bisa dibikin bermacam makna. Logo ini terlihat seperti ikon di menu pencarian atau titik petunjuk lokasi. Logo ini juga seperti pengemudi motor yang memakai helm dengan tangan melingkar saat memegang setir ketika dilihat dari atas.
”Kalau dilihat lebih detail lagi, ini persis bentuk roda di logo lama kita,” kata Nadiem pada acara peluncuran logo baru Go-Jek di Jakarta.

Logo baru Go-Jek di helm dan jaket pengemudi saat acara pergantian logo (rebranding) Go-Jek bersama Pendiri dan CEO Go-Jek Group Nadiem Makarim, di Jakarta, Senin (22/7/2019). Peluncuran logo ini menandai evolusi Go-Jek dari layanan ride-hailing menjadi sebuah ekosistem terintegrasi yang menggerakkan orang, barang, dan uang. Jumlah transaksi yang diproses dalam platform Go-Jek melesat hingga 1.100 persen hanya dalam waktu tiga tahun.
Perubahan logo itu, lanjut Nadiem, juga dilakukan karena saat ini aplikasi Go-Jek telah menjadi aplikasi super yang menawarkan 22 layanan bagi 155 juta penggunanya. Demikian juga bagi 400.000 mitra pedagang dan 60.000 penyedia layanan yang tidak hanya ada di Indonesia, tetapi juga beberapa negara di Asia Tenggara.
Go-Jek mencatat, sejak tiga tahun lalu hingga tahun ini, jumlah transaksi naik hingga 12 kali lipat. Hal itu turut mendongkrak prestasi Go-Jek di tingkat dunia. Saat ini, Go-Jek menempati posisi 20 teratas dari 375 perusahaan perintis di dunia yang menyandang status decacorn. Status itu didapat karena harga jual perusahaan telah di atas 10 miliar dollar AS atau setara dengan Rp 140 triliun.
Nadiem menyebutkan tidak akan melupakan tujuannya mendirikan Go-Jek, yaitu untuk meningkatkan derajat hidup dan menyejahterakan pengemudi ojek yang dulu dianggap terbelakang.
Janji tersebut pun tersirat dalam kata-kata terakhir di surat yang diterima mitra pengemudi teladan seperti Syamsul, ”Salam satu aspal!”
Berita ini telah tayang di Kompas.com dengan judul Salam Satu Aspal https://bebas.kompas.id/baca/utama/2019/07/27/salam-satu-aspal/?utm_source=external_kompascom&utm_medium=berita_terkini&utm_campaign=kompascom