Singgung Soal Penolakan di Pemilu 2019, Ketua DPP PDIP Sebut Ketokohan Jokowi Bukan Hal Absolut

Menjadi partai pertama yang dua kali menang pemilu berturut-turut pasca-reformasi, PDI-P mencetak sejarah di Pemilu 2019

Editor: Doan Pardede
Presidential Palace/Agus Suparto
Presiden Jokowi saat mengunjungi Pulau Rinca, Kabupaten Manggarai Barat, Flores, Nusa Tenggara Timur, Kamis, (11/07/2019). Ini beda pidato Jokowi di Sentul dan Halim Perdanakusuma 

TRIBUNKALTIM.CO - Direktur Eksekutif Indikator Politik Indonesia Burhanuddin Muhtadi menilai banyak tantangan yang dihadapi PDI Perjuangan ( PDI-P) jika ingin kembali menang di pemilu 2024 mendatang.

Hal yang pertama kali harus diperhatikan partai berlambang banteng adalah sosok atau tokoh yang menjadi kunci untuk menarik pemilih.

Sebab, di tahun 2024, Joko Widodo atau  Jokowi sudah tak bisa maju sebagai calon presiden RI.

Padahal, ia meyakini sosok Jokowi lah yang mendongkrak perolehan suara PDI-P saat pemilu 2014 dan 2019.

"2024 Jokowi sebagai kader utama PDI-P tak bisa maju lagi. Saat yang sama, PDI-P punya mimpi kemenangan hattrick (tiga kali berturut-turut)," kata Burhan dalam diskusi di Kantor DPP PDI-P, Jakarta, Sabtu (3/8/2019).

Menurut Burhanuddin, PDI-P harus bisa melihat apa yang terjadi dengan Demokrat di tahun 2014.

Saat nama Susilo Bambang Yudhoyono tak bisa nyapres lagi, partai berlambang mercy itu mengalami penurunan suara.

Menurut dia, hal tersebut terjadi karena pemilu di Indonesia didesain untuk mencetak satu perilaku pemilih yang cenderung kuat didasarkan personalisasi politik, ketokohan, ketimbang institusional partai.

"Ketika Pak  jokowi tidak bisa maju lagi 2024, skenario buruk seperti dialami Demokrat 2014 bisa menjadi terulang," jelas Burhanuddin.

Untuk itu, Burhanuddin menyarankan PDI-P untuk terus melakukan rekrutmen serta kaderisasi yang kuat. Ini khususnya untuk para kader yang diusung sebagai kepala daerah hingga calon legislatif.

"Kalau PDI Perjuangan gagal rekrutmen caleg, yang tidak hanya punya ikatan ideologis, tapi juga kedekatan dengan pemilih yang kuat untuk menarik pemilih caleg secara personal, sulit mencetak hattrick di 2024," kata dia.

Namun, ketua DPP PDIP, Andreas Hugo Pareira menilai soal ketokohan Jokowi bukan sebuah hal absolut.

Sebab dalam Pemilu 2019, ada wilayah dimana mengidentikkan partai dengan Jokowi justru memeroleh penolakan.

"Ketika di suatu wilayah itu tak suka si capres, maka si caleg takkan mau kampanyekan si capres. Ini menimbulkan pertanyaan, apakah benar figur capres itu akan paling menentukan?" kata Andreas dalam diskusi itu.

Saran agar bisa cetak hatrick

PDI-P mencetak sejarah di Pemilu 2019. Partai berlambang banteng itu menjadi partai pertama yang dua kali menang pemilu berturut-turut pasca-reformasi.

Baca juga :

Airlangga Klaim Kursi Ketua MPR RI Sudah Digenggaman Golkar, dan DPR RI Milik PDI Perjuangan

Sederet Kelebihan Megawati yang Membuatnya Bakal Kembali Dipercaya Pimpin PDI Perjuangan

Namun bisakah PDI-P mencetak hatrick kemenangan pada 2024 mendatang? Pengamat politik Burhanuddin Muhtadi menilai, bukan tidak mungkin PDI-P bisa menjadi partai yang tiga kali menang pemilu berturut-turut.

Syaratnya, PDI-P harus terus melanjutkan dua upaya yang sudah dilakukan sejak kalah di Pemilu 2004 lalu. Pertama, adalah meneruskan tren mencetak kepala daerah yang populer di masyarakat.

"Sejak kalah di pemilu, PDI-P terus mencetak kader unggul di pilkada, termasuk Pak Jokowi. Dan, itu akhirnya dipanen sekarang," kata Burhanuddin dalam diskusi di kantor DPP PDI-P, Jakarta, Sabtu (3/7/2019).

Kedua, tambah Burhan, PDI-P harus terus melanjutkan upaya untuk merebut hati masyarakat muslim yang merupakan pemilih mayoritas di Indonesia.

Burhan mengatakan, upaya ini penting karena PDI-P sendiri berasal dari fusi Partai Nasionalis dan Partai Katolik.

Namun Burhan melihat, tren belakangan menunjukkan bahwa pemilih muslim yang memilih PDI-P terus bertambah. Hal ini terjadi karena PDI-P berhasil mencitrakan diri sebagai partai yang mendukung Islam toleran. "Pemilih Nahdlatul Ulama yang memilih PDI-P di Pileg 2019 lalu bahkan paling gede.

Dan, itu mungkin yang menjelaskan PDI-P menang di Jatim," kata Direktur Eksekutif Indikator Politik Indonesia ini.

Baca juga :

Di Kongres, PDI Perjuangan akan Sesuaikan Struktur Partai dengan Kabinet Jokowi, Ini Penjelasannya

Giliran PPP yang Solid Tolak Masuknya PAN, Gerindra, Demokrat ke Koalisi Indonesia Kerja.

"Itu dua syarat utama mencetak hattrick kemenangan di 2024," sambung Burhan.

Hambatan Kendati demikian, Burhan mengakui ada juga sejumlah tantangan yang bisa menghambat kemenangan PDI-P di 2024.

Salah satunya, faktor Presiden Jokowi yang sudah tak bisa maju lagi di Pilpres 2024. Padahal, kemenangan PDI-P di Pileg 2019 diyakini karena efek ekor jas dari Jokowi yang merupakan kader partai berlambang banteng itu. "Sebagian yang memilih PDI-P karena ketokohan Jokowi," kata Burhan.

Sementara itu, Sekjen PDI-P Hasto Kristiyanto memastikan bahwa partainya akan terus bekerja maksimal untuk pemilu 2024 mendatang.

Ia menyebut PDI-P akan fokus membangun kaderisasi hingga menguatkan kelembagaan partai. Oleh karena itulah PDI-P tak akan tergantung pada ketokohan orang per orang.

"Prinsipnya bagi kami 2024, kami akan menyiapkan sebaik-baiknya. Rakyat yang akan menentukan. Dan, proses terus membangun organisasi jauh lebih penting. Itu yang dilakukan PDI-P," kata dia.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Jokowi Tak Lagi Nyapres di 2024, PDI-P Dinilai Bisa Senasib dengan Demokrat" dan "Mungkinkah PDI-P Cetak "Hatrick" Kemenangan di 2024?"

Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved