Orangtua Arina Tak Menyangka Anaknya Lolos Paskibraka Nasional, Bersyukur bisa ke Istana Negara
Muhammad Idil Ummas dan Nurhayati Saade menyatakan siap ke Istana Negara. Orangtua Arina Qonita ini merupakan Paskibraka Nasional
TRIBUNKALTIM.CO, TANA PASER – Muhammad Idil Ummas dan Nurhayati Saade menyatakan siap ke Istana Negara. Selain untuk memenuhi permintaan anaknya, Arina Qonita selaku Calon Paskibraka Nasional, kehadiran orangtuanya akan menambah semangat Arina Qonita untuk melaksanakan tugas dengan baik.
“Arina sudah di Jakarta sekarang. Tanggal 23 Juli 2019 dijemput Disporpar Paser di rumah, tanggal 24 diterima di provinsi, 25 Juli diantar provinsi ke Jakarta. Kami sering dikirimi video latihannya oleh panitia di sana, Arina sendiri tidak boleh menggunakan hp,” kata Idil, Senin (5/8/2019).
Infonya, lanjut Idil, tanggal 15 Agustus Paskibraka Nasional 2019 dikukuhkan. Idil dan Nurhayati berencana berangkat ke Jakarta memenuhi undangan panitia. “Saat ini belum, mungkin undangannya kami terima jelang acara peringatan HUT Ke-74 Kemerdekaan RI,” sambungnya.
Idil mengaku juga tak pernah menduga anaknya tembus Paskibraka Nasional. Saat seleksi tingkat kabupaten, Arina izin ke luar rumah untuk latihan. Baru setelah lolos seleksi nasional di provinsi, Arina memberikan kabar gembira kepada orangtua dan saudaranya.
“Benar kah kamu tembus Paskibraka Nasional? Jadi selama seleksi tingkat kabupaten kemarin, saya kira minta izin untuk belajar kelompok, tak tahunya latihan baris berbaris sama tentara,” ucapnya.
Selama mengabdi hingga pensiun sebagai pegawai Kementerian Agama (Kemenag) Paser, Idil mengaku tak pernah terbayang melangkahkan kaki ke Istana Negara.
7 tahun Kepala KUA Kuaro, 3 tahun Kepala KUA Batu Kajang, 1 tahun Kepala KUA Pasir Belengkong. Tahun 2018 pensiun sebagai Kasi Binmas Islam Kemenag Paser.
“Tidak pernah terpikir ke Istana Negara. Waktu tugas di kecamatan (KUA), saya pulang pergi kantor-rumah, meski tengah malam sekali pun. Tanggung jawab antara tugas dan keluarga harus bisa berjalan dengan baik,” tandasnya.
Apalagi istrinya, Nurhayati Saade bekerja sebagai guru di SMK Negeri 1 Tanah Grogot, sehingga Idil harus bisa meluangkan waktu untuk keluarga.
“Benar, kami berjuang untuk disiplin terhadap waktu. Pukul 07.10 saya harus ada di kantor (sekolah), jadi segala sesuatunya harus beres sebelum meninggalkan rumah,” kata Nurhayati.
Sejak kecil Arina dan ketiga kakak perempuannya dilatih untuk mandiri, dimulai dari hal yang terkecil, yakni bangun subuh sendiri dilanjutkan dengan persiapan berangkat sekolah. Jadi, lanjut Nurhayati, usia SD mereka sudah bisa cuci baju dan menyetrika baju sendiri.
Pendidikan keluarga itu tidak hanya membentuk anak-anak yang ulet, tapi juga tangguh menghadapi permasalahan hidup.
“Anak kami yang pertama dan kedua sudah sarjana, saat kuliah mau dikirimi uang menolak, katanya kiriman uang kemarin masih ada. Yang nomor tiga di MAN IC, Arina yang terakhir,” ucap Idil menambahkan.
Begitu pula halnya Arina. Jika anak-anak sekarang ribut minta dibelikan smartphone, Arina tidak pernah meminta. Karena yakin Arina bisa menggunakan smartphone untuk pendidikannya, Idil dan Nurhayati sepakat membelikan smartphone untuk Arina.
Sebelum berangkat dari rumah, minta doa restu orantuanya agar terpilih sebagai pembawa baki. Idil mengaku sempat bertanya kenapa harus jadi pembawa baki, kata Arina karena nama kedua orangtuanya disebutkan nanti.