Sejarah Hari Ini
SEJARAH HARI INI: WS Rendra Wafat 6 Agustus 2009, Terungkap Kata-kata Terakhir Si Burung Merak
Sejarah Hari Ini, 10 tahun lalu tepatnya 6 Agustus 2009, Indonesia kehilangan sastrawan terbaik bernama WS Rendra.
Penulis: Syaiful Syafar | Editor: Cornel Dimas Satrio Kusbiananto
TRIBUNKALTIM.CO - Sejarah Hari Ini, 10 tahun lalu tepatnya 6 Agustus 2009, Indonesia kehilangan sastrawan terbaik bernama WS Rendra.
WS Rendra yang memiliki nama lengkap Willibrordus Surendra Broto Rendra meninggal dunia di Rumah Sakit Mitra Keluarga, Depok, Kamis (6/8/2009) malam, saat usianya menginjak 73 tahun.
Jenazah WS Rendra kemudian dimakamkan di kompleks pemakaman keluarga di kawasan Cipayung Jaya, Citayam, Depok, Jawa Barat, Jumat (7/8/2009) siang.
Lokasi makam budayawan itu berada kurang lebih 20 meter dari lokasi makam sahabatnya, Mbah Surip.
Sekitar 1.000 orang yang terdiri dari kalangan artis, pejabat hingga masyarakat biasa tampak ikut mendampingi prosesi pemakaman jenazah "Si Burung Merak" itu.
Kata-kata Terakhir
Sebelum meninggal, WS Rendra sempat mengucapkan kata terakhir kepada istrinya, Ken Zuraida.
"'Saya sangat bahagia.' Itu kata terakhir Mas Willy (panggilan Rendra)," ujar Ken seusai pemakaman WS Rendra di Bengkel Teater, Citayam, Depok, Jawa Barat, Jumat (7/8/2009) siang, seperti dilansir Kompas.com.
Kata-kata itu diucapkan WS Rendra sekitar pukul 20.00 WIB.

Setelah itu, menurut Ken, tangan WS Rendra terasa dingin dan gemetar. Padahal, sebelumnya, WS Rendra sangat ceria dan bercerita banyak di Rumah Sakit Mitra Keluarga, Depok, tempat penyair itu dirawat.
"Ia bercerita satu jam lebih, seperti tak bisa dihentikan. Itulah kata-kata terakhirnya, ia sangat bahagia," kata Ken sambil sesenggukan.
Sastrawan Danarto yang sempat menengok WS Rendra saat dirawat di Rumah Sakit Jantung Harapan Kita, Jakarta, juga menangkap semangat hidup WS Rendra yang kuat.
"Saya bawakan dia buah kesukaannya, stroberi dan anggur. Ia berkata, dua kali didatangi almarhum Mbak Narti (Sunarti, istri Rendra). Ia bilang, 'Kelihatannya ajal sudah dekat.'"
WS Rendra di Mata Para Tokoh

Banyak orang merasa kehilangan sosok WS Rendra, yang karyanya merupakan kesaksian atas nasib rakyat itu.
"Ia vokal, katakan apa yang terasa dengan puisi. Ia mewakili masyarakat yang paling siuman tentang moral, tanggung jawab, dan bangsa kita yang karut-marut. Ia tak rela melihat bangsa ini semakin meluncur terus…," kata Ahmad Syafii Maarif.
"Rendra sebenarnya pahlawan. Sayang, pemerintah kurang menghargainya. Semestinya suara Rendra harus didengar kita semua," tambah Maarif.
Kala itu, Menteri Sekretaris Negara Hatta Rajasa mengungkapkan, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menyampaikan belasungkawa atas meninggalnya Rendra.
"Bapak Presiden mengucapkan belasungkawa yang dalam atas kepergian budayawan besar kita itu," kata Hatta, dilansir Kompas.com.
Aktor dan sutradara Slamet Rahardjo mengatakan, karya WS Rendra tak akan pernah mati.
Slamet menyebut WS Rendra sebagai budayawan besar yang kritis dalam mengeluarkan pendapat.
"Saya kenal dia pertama kali tahun 1969, waktu itu baru pulang dari Amerika. Yang paling saya kagumi dari Willy, karyanya menggambarkan betapa ia menagih pemerintah terhadap janji-janji proklamasi yang tak kunjung mendapatkan jawaban," katanya.

Sastrawan peraih SEA Write Award 2008 dari Raja Thailand, Hamsad Rangkuti, menilai WS Rendra sebagai budayawan dengan pemikiran yang kritis, tajam, dan menohok.
"Dalam peta seni kontemporer Indonesia, khususnya sastra dan teater, WS Rendra adalah salah satu nama terkemuka. Karyanya akan abadi untuk bangsa ini," kata Hamsad.
Yang juga merasa kehilangan saat itu adalah kubu calon presiden dan wakil presiden Megawati Soekarnoputri-Prabowo Subianto.
Anggota tim sukses dan Sekjen PDI-P Pramono Anung mengatakan, kepergian WS Rendra adalah kehilangan besar karena budayawan ini mengajarkan kebinekaan dan kebangsaan dengan tidak berteori.
Saat Megawati-Prabowo mendeklarasikan pencalonannya di Tempat Pembuangan Sampah Bantar Gebang pada 24 Mei 2009, WS Rendra membacakan puisi karya Chairil Anwar, Kerawang Bekasi.

Bagi Sutardji Calzoum Bachri, WS Rendra adalah penyair besar dengan karya besar.
Banyak seniman punya karya besar, tetapi tidak punya kepribadian besar. WS Rendra mempertautkan orang besar dengan karya besar. Ia seniman yang punya integritas.
Ketika WS Rendra meninggal, Sutardji yang bergelar "Presiden Penyair Indonesia" merasa kehilangan sosok orang yang tingkah polahnya bisa menjadi teladan.
"Tetapi saya tidak bersedih atas meninggalnya Rendra karena ia sebenarnya tidak pernah pergi. Seniman besar tak pernah pergi. Karyanya selalu besar. Inilah orang besar di antara kita," kata Sutardji. (*)