Begini Tanggapan Ketua DPD PDIP Kaltim soal Doa Kyai Idris dalam Sidang Bersama DPR/DPD

Sebelumnya, senator asal Kalimantan Timur (Kaltim), KH Muhammad Idris, didaulat memimpin pembacaan doa di sidang bersama DPD/DPR.

TRIBUN KALTIM / JINO PRAYUDI KARTONO
Ketua DPD PDIP Kaltim Safaruddin menanggapi doa senator asal Kaltim KH Muhammad Idris dalam sesi doa penutup sidang bersama DPR/DPD, Jumat (16/8/2019) kemarin. Menurutnya, dengan adanya pemindahan ibukota dapat meningkatkan infrastruktur yang ada di Kaltim. 

Wahid menjelaskan, mengacu standar nasional dan standar yang perusahaan terapkan, satu liter per detik air yang dialirkan PDAM mencukupi minimum 60 sambungan rumah.

Tiap sambungan bisa dinikmati 6 warga. Artinya, satu liter per detik air bisa mencukupi 360 jiwa.

Jika ada 1,5 juta penduduk di ibukota baru, minimal membutuhkan 4.166 liter per detik.

Ia mengatakan, saat ini sedang diproses rencana pembuatan Instalasi Pengolahan Air (IPA) Kalhold kapasitas 1000 liter per detik.

Sebanyak 500 liter per detik, kata Wahid, cukup dialokasikan memenuhi sisa kebutuhan pelanggan di Samarinda.

Sementara, bisa saja 500 liter per detik lainnya disalurkan atau dijual ke pelanggan ibukota baru sebanyak 180 ribu warga.

"Jalur distribusi dari Kalhold lewat jalan tol km 40," tutur Wahid, Selasa (6/8/2019) di kantornya.

Nah, karena eksodus penduduk berangsur-angsur, ia nilai jumlah itu masih cukup untuk memenuhi kebutuhan air di tahap awal.

Tahap kedua, bisa saja memanfaatkan air dari fasilitas pengolahan regional bernama Tebasabo (Tenggarong, Balikpapan, dan Bontang) yang memiliki kapasitas minimal 1000 liter per detik.

Digadang-gadang, proyek dengan skema kerja publik privat partnership swasta dan pemerintah ini butuh investasi Rp 3 triliun.

Pertemuan 27 Juli 2019 akan mempertunjukan kepada semua warga masyarakat seluruh Indonesia jika Kalimantan Timur itu menyambut hangat dan siap jadi Ibu Kota Baru.
Pertemuan 27 Juli 2019 akan mempertunjukan kepada semua warga masyarakat seluruh Indonesia jika Kalimantan Timur itu menyambut hangat dan siap jadi Ibu Kota Baru. (Tribunkaltim.co/Budi Susilo)

"Airnya ambil di Embalut (Tenggarong Seberang), dan bisa langsung dialirkan ke Tahura," katanya menganalisis. "Air di Embalut tak terkena intrusi air laut,".

Walaupun belum mengetahui berapa jarak dari Embalut ke Tahura, ia tak risau soal pipaisasi yang panjang.

Di beberapa daerah pernah ditemukan ada jalur pipa PDAM yang membentang sepanjang 150 km dan berhasil.

Dengan asumsi 1,500 liter per detik air dialirkan semua ke calon ibukota baru, katakanlah di Tahura Bukit Soeharto, berarti minimal terpenuhi 540 ribu jiwa.

Kalaupun pemerintah ingin menambah kapasitas air lainnya untuk menutupi sisanya juga tak terlalu sulit.

Sebab, jarak terdekat Sungai Mahakam ke Tahura bisa 40 km saja.

Dan masih mampu dilewati jalur pipa.

Sementara, untuk pengelolaan, mengikuti kebijakan pemerintah.

"Ada kemungkinan Kukar atau pemerintah ibukota baru," ucapnya soal perkiraan siapa pengelola perusahaan air minum di calon Ibu Kota Baru.

Sebelumnya, Dosen Fakultas Kehutanan Universitas Mulawarman, Rustam menilai persoalan ketersediaan sumber air dan potensi kebarakaran hutan di Tahura Bukit Soeharto tak perlu dirisaukan.

Untuk ketersediaan air, pria yang bertahun-tahun keluar masuk hutan konservasi Tahura Bukit Soeharto itu menyebut, ada 7 daerah aliran sungai (DAS) dan sub-DAS di sekujur Tahura Bukit Soeharto yang bisa dimanfaatkan sebagai sumber air.

Rustam belum tahu persis berapa total debit air di 7 titik yang bermuara ke Sungai Mahakam, Selat Makassar dan Teluk Balikpapan ini.

Aktivis lingkungan hidup bersama nelayan menikmati kelestarian alam perairan Teluk Balikpapan di Kota Balikpapan Provinsi Kalimantan Timur.
Aktivis lingkungan hidup bersama nelayan menikmati kelestarian alam perairan Teluk Balikpapan di Kota Balikpapan Provinsi Kalimantan Timur. (Dok TribunKaltim.Co)

Walaupun berkategori sungai kecil dengan lebar 3-5 meter, Rustam menyampaikan jangan berkecil hati, sebab masih banyak sumber air lain yang bisa dimanfaatkan penduduk Ibu Kota Baru nantinya.

Misalnya, menggunakan air tanah atau membangun waduk tampungan air di Tahura Bukit Seoharto.

Atau, bisa saja membuat sambungan dan pengolahan air dari Sungai Mahakam.

“Lokasi Tahura Bukit Soeharto dekat Sungai Mahakam. Jaraknya 40 sampai 50 km dari Loa Kulu. Sumber air tak masalah,” katanya, dihubungi Sabtu (27/7/2019).

Begitu juga dengan persoalan banjir di Tahura Bukit Soeharto.

Secara geografis, hutan konservasi seluas 60-an ribu hektare ini, memiliki ketinggian yang mumpuni antara 10 sampai 200 meter dari permukaan laut. (*)

Sumber: Tribun Kaltim
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved