Konsumsi Pil Kontrasepsi, Remaja Ini Alami Pembekuan Darah di Otak dan Hampir Meninggal Dunia

Seorang wanita berusia 16 tahun meninggal dunia setelah konsumsi pil kontrasepsi. Pil tersebut sebabkan pembekuan darah di otaknya

Editor: Doan Pardede
Caters News via Mirror
Pemudi, 16, dari Inggris ini hampir meninggal dunia setelah konsumsi pil kontrasepsi. Pil tersebut sebabkan pembekuan darah di otaknya. 

TRIBUNKALTIM.CO - Lexie Nash (16) dari Inggris hampir meninggal dunia setelah konsumsi pil kontrasepsi. Pil tersebut sebabkan pembekuan darah di otaknya.

Lexie Nash, dari Churchdown, di Gloucestershire, Inggris diminta untuk bersiap menghadapi yang terburuk ketika petugas medis berjuang untuk menyelamatkan hidup anaknya.

Seorang remaja hampir meninggal dunia karena gumpalan darah di otaknya.

Menurut dokter hal ini mungkin disebabkan oleh pil kontrasepsi yang diminumnya.

Lexie Nash, 16, dipulangkan dari sekolah dengan sakit kepala dan leher yang parah pada Desember 2017 lalu.

Hal ini terjadi hanya empat minggu setelah diberi resep pil kontrasepsi baru.

Lexie Nash, 16, dari Churchdown, Gloucestershire, dengan ibunya Carly.

Lexie Nash, 16, dari Churchdown, Gloucestershire, dengan ibunya Carly. (Caters News)

Hanya 24 jam kemudian, dia muntah hebat dan merasakan pusing parah dan memudarkan pengelihatan.

Dokter mengira dia menderita meningitis, tetapi CT scan menemukan penyebabnya sebenarnya adalah Trombosis Sinus Vena Serebral.

Trombosis Sinus Vena Serebral adalah gumpalan darah yang terbentuk di sinus yang mengalirkan darah dari otak.

Orangtuanya, Caroline, 38 dan Paul, 47, diimbau untuk mempersiapkan diri menghadapi yang terburuk ketika petugas medis berjuang untuk menstabilkan tekanan darah dan detak jantung anaknya.

Tetapi setelah empat minggu di rumah sakit ia dapat pulih dan diizinkan untuk pulang.

Meskipun sudah membaik, ia masih menderita kelelahan, pusing, sakit kepala, dan kesulitan berbicara.

Lexie, dari Churchdown, Gloucestershire, telah menggunakan pil kontrasepsi selama sembilan bulan untuk mengendalikan menstruasinya.

Sebuah foto yang diambil ketika ia mengalami penyuntikan pada lumbal yang gagal.
Sebuah foto yang diambil ketika ia mengalami penyuntikan pada lumbal yang gagal. ((Caters News))

Tetapi baru-baru ini ia diresepkan obat baru bernama Marvelon, dan mengatakan dokternya mengaitkan pil ini dengan gumpalan yang terbentuk di otaknya.

Lexie mengatakan: "Saya disarankan untuk meminum pil untuk mengendalikan menstruasi."

Baca juga :

Tak Perlu Lakukan Cuci Darah, Ini Prosedur Obati Gangguan Ginjal

Diduga Miley Cyrus Sindir Liam Hemsworth di Lagu Slide Away, Singgung Usia 17 Tahun dan Obat-obatan

"Tetapi saya tidak pernah berpikir bahwa hal ini bisa membuatku berada di rumah sakit."

"Saya adalah orang yang aktif dan tidak pernah mengalami komplikasi kesehatan sebelumnya."

"Bahkan aku tidak diberitahu tentang risiko pil itu ketika diresepkan, hingga saya jatuh sakit dengan kondisi kritis."

"Ketika semuanya dimulai, rasanya kepalaku akan meledak sehingga ibuku menjemputku dari sekolah."/

"Saya belum pernah mengalami migrain sebelumnya, jadi saya berasumsi, tetapi rasa sakitnya semakin memburuk."

"Saya muntah dan bisa penglihtanku pudar, menakutkan."

"Ibu dan ayah segera membawaku ke rumah sakit, sampai melihat ayah saya menangis dan kemudian saya tahu itu pasti buruk."

"Saya memiliki gumpalan darah di otak saya dan di leher saya"

"Dan banyak pendarahan di belakang mata saya yang menyebabkan penglihatan ganda.".

"Saya sangat terkejut bahwa ini terjadi pada saya karena meminum pil itu"

"saya tidak diperingatkan oleh dokter yang meresepkannya kepada saya."

Lexie tidak dapat berkomunikasi dengan baik selama empat hari setelah didiagnosis dengan gumpalan darah di dalam otaknya tersebut.

Dan dokter memberitahu orang tuanya untuk bersiap untuk mengucapkan selamat tinggal.

Lexie harus memakai kursi roda saat di rumah sakit.

Lexie harus memakai kursi roda saat di rumah sakit. (Caters News)

Dia menghabiskan empat minggu di Rumah Sakit Anak Bristol sementara petugas medis berusaha mengurangi gumpalan menggunakan infus pengencer darah.

Hal ini membuat Lexie harus istirahat dari sekolahan selama empat bulan.

Lexie melanjutkan: "Setelah dipulangkan, saya masih menderita sakit kepala parah dan dirawat lagi di Rumah Sakit Gloucester di mana suntik di pinggang adalah satu-satunya pilihan saya, tetapi gagal dua kali."

Baca juga :

Viral ART Campur Susu dengan Obat Agar Anak Majikan Pulas, Terungkap Karena Anak Tak Bangun-bangun

Awal Inspirasi hingga Uji Coba ke Tikus, Inilah Kisah Dua Wanita Dayak Temukan Obat Kanker Payudara

"Pada ketiga kalinya berhasil - tetapi setelah beberapa minggu saya dirawat di Rumah Sakit Gloucester karena masalah refleks, kelemahan otot, masalah penglihatan dan sakit kepala yang mengerikan."

"Dokter menemukan tekanan di tengkorak saya meningkat lagi"

"Dan selama tiga bulan berikutnya saya memiliki empat suntikan lagi ketika tekanan di sekitar otak saya meningkat."

"Sekarang, setahun kemudian saya masih belum 100 persen, saya menderita kelelahan dan pusing, kehilangan ingatan jangka pendek dan saya memiliki masalah dengan kemampuan bicara, sakit kepala yang mengerikan dan kedutan di tubuh."

Ibunya Caroline, seorang asisten pengajar, mengatakan: "Saya merasa hal itui lebih dari sekedar migrain karena dia sangat kesakitan."

Saya ingin semua ibu selalu memercayai naluri ibu mereka dan jika ada yang tidak beres, langsung ke rumah sakit."

"Saya khawatir, dia tidak dapat berbicara dan hanya bisa berkomunikasi dengan jempol ke atas atau ke bawah selama perawatan pertama.".

(Tribunstyle/Dhimas Yanuar).

Sumber: Tribun Kaltim
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved