Satpam Perumahan Tewas Usai Digigit Ular, SIOUX Bagi Tips Aman: Tak Menyerang Bila Kita Diam
Yayasan SIOUX Ular Indonesia membeberkan tips bagi orang awam yang tidak memiliki pengetahuan tentang ular jika bertemu atau melihat ular
Aji juga membeberkan cara membedakan ular yang memiliki bisa atau racun tinggi dengan ular yang memiliki bisa yang rendah atau bahkan tidak berbisa.
Aji mengatakan, cara yang paling mudah untuk membedakan kedua jenis ular tersebut adalah ular berbisa tinggi biasanya mempunyai gerakan yang tenang. Sebaliknya, ular yang berbisa rendah dan atau tidak berbisa, ular tersebut biasanya memiliki gerakan yang gesit dan cepat.
"Ular tidak berbisa cenderung cepat, agresif, karena dia takut dengan manusia. Kalau ular berbisa tinggi, karena dia punya bisa, jadi tenang saja. PD (Percaya Diri). Kecuali, Kobra dan King Kobra. Kedua ular tersebut berbisa tinggi tetapi juga memiliki gerakan yang cepat," tutur Aji.
Selanjutnya, ular berbisa tinggi berburu makanan pada malam hari, sedangkan ular berbisa rendah atau tidak berbisa cenderung berburu makanan pada siang hari.
"Jadi kalau ketemu ular jalan-jalan malam-malam, itu cenderung berbisa tinggi. Kalau tidak berbisa cari makannya siang hari.
Nocturnal dan diurnal. Kecuali, Kobra dan King Kobra lagi. Kapan pun dia lapar, dia keluar cari makan," tukasnya.
Aji menyarankan, untuk mempelajari karakteristik ular berbisa saja, karena 90% ular yang ada di Indonesia adalah ular tidak berbisa.
Di Kalimantan, Aji mengatakan kemungkinan ular berbisa hanya ada sekitar 20 jenis. "Salah satunya Kobra, King Kobra, Viper, Ular Welang Weling atau Bungarus, kemudian Ular Cabe yang kepala dan ekornya berwarna merah, dan Ular Tanah atau Rhodostoma," jelasnya.
Kegiatan yang dilakukan oleh Yayasan SIOUX Ular Indonesia yang mengedukasi masyarakat mengenai cara memperlakukan ular dengan baik, dikatakan oleh Aji hal tersebut dilakukan untuk melindungi ular dan fokus untuk mempertahankan ular tetap berada pada habitatnya di alam liar.
Selain itu, edukasi mengenai ular juga dilakukan untuk menjaga kelestarian ular itu sendiri agar rantai makanan serta ekosistem tetap seimbang.
"Dengan banyaknya pemukiman dibangun, perumahan dibangun, ada pertambangan, ada perkebunan, maka kan habitat aslinya akan tergeser.
Ketika habitat tergeser kemudian masuk ke rumah orang dan ular tersebut misalnya dibunuh, maka jumlah ular lama-lama akan habis. Maka dari itu kita sebagai LSM menjaga hal tersebut melalui edukasi kepada masyarakat," pungkasnya.

Harapannya, dengan dilakukannya edukasi terhadap masyarakat terhadap ular, dapat menjaga keselamatan manusia serta juga menyelamatkan ular itu sendiri, serta menjaga ekosistem di lingkungan sekitar tetap sehat.
"Jadi manusianya selamat, ularnya juga selamat. Karena jika terjadi konflik, sering kali salah satu menjadi korban," ujarnya. (*)