BMKG Jelaskan Jenis Gempa di Pulau Kalimantan, Paling Rendah Dibanding Daerah Lain di Nusantara

BMKG akhirnya menjelaskan soal gempa di Kalimantan yang jadi lokasi pemindahan ibu kota Indonesia, seperti yang diungkap Presiden Jokowi

Editor: Rafan Arif Dwinanto
Capture twitter
Gempa di Kalimantan pada 22 Agustus 2019 

"Meskipun di Pulau Kalimantan terdapat struktur sesar dan memiliki catatan aktivitas gempa bumi, tetapi secara umum wilayah Pulau Kalimantan masih relatif lebih aman jika dibanding daerah lain di Indonesia, seperti Pulau Sumatera, Jawa, Sulawesi, dan Papua yang memiliki catatan sejarah gempa merusak dan menimbulkan korban jiwa sangat besar," ungkap Kepala BMKG Dwikorita Karnawati di Jakarta, Sabtu (24/8/2019).

Peta sebaran titik terjadinya gempa bumi di wilayah Indonesia.
Peta sebaran titik terjadinya gempa bumi di wilayah Indonesia. (bmkg.go.id)

Kondisi seismisitas Pulau Kalimantan yang relatif rendah ini berdasarkan sejumlah fakta, yakni:

1. Wilayah Pulau Kalimamtan memiliki jumlah struktur sesar aktif yang jauh lebih sedikit dibandingkan pulau-pulau lain di Indonesia.

2. Wilayah Pulau Kalimantan lokasinya cukup jauh dari zona tumbukan lempeng (megathrust).

Oleh karena itu, suplai energi yang membangun medan tegangan terhadap zona seismogenik di Kalimantan tidak sekuat akumulasi medan tegangan zona seismogenik yang lebih dekat zona tumbukan lempeng.

3. Beberapa struktur sesar di Kalimantan kondisinya sudah berumur tersier, sehingga segmentasinya banyak yang sudah tidak aktif lagi dalam memicu gempa.

BACA JUGA:

Kaltim tak Sepenuhnya Bebas Gempa, BMKG Sebut 2 Sesar Ini Masih Tunjukkan Tanda-tanda Keaktifan

BREAKING NEWS: Gempa Cukup Besar Guncang Malang, Terasa di Blitar, Trenggalek, Tulungagung

Gempa 4,8 SR di Kalimantan Kamis 22 Agustus 2019 Tak Disampaikan dan Jadi Sorotan, Begini Kata BMKG

Meski begitu, diperlukan strategi mitigasi bencana yang tepat untuk mengantisipasi bencana, khususnya di wilayah pesisir Kalimantan Utara, Kalimantan Timur, dan Kalimantan Selatan.

Sebab, ketiga wilayah tersebut berhadapan langsung dengan sumber gempa.

Dwikorita menambahkan, "Tata ruang pemanfaatan daerah pesisir harus berbasis mitigasi bencana, Ini penting guna mengantisipasi bencana tsunami di pantai rawan tsunami dan tangguh menghadapi tsunami."

Dwikorita juga menegaskan, salah satu upaya untuk menyelamatkan masyarakat dari tsunami adalah konsep evakuasi mandiri.

Evakuasi mandiri dengan menjadikan guncangan gempa kuat sebagai peringatan dini tsunami alami dapat menjamin keselamatan masyarakat.

Sehingga, kegiatan sosialisasi perlu diadakan untuk masyarakat dan stakeholder di wilayah pantai rawan tsunami, yang meliputi edukasi evakuasi mandiri dan pelatihan evakuasi (drill).

Pihak atau lembaga terkait yang berwenang mengadakan sosialisasi tersebut meliputi BNPB, BPBD, BMKG, dan lainnya.

Dengan adanya sosialisasi evakuasi mandiri, diharapkan masyarakat yang tinggal di zona sesar aktif dan di kawasan pesisir dapat memahami bagaimana cara menyelamatkan diri dan orang lain saat gempa bumi dan tsunami terjadi.

Halaman
1234
Sumber: Tribun Kaltim
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved