Ibu Kota Baru

Inilah Sederet Objek Wisata di Kaltim Lokasi Ibu Kota Baru, Ada yang Tak Kalah dengan Raja Ampat

Kaltim yang kini ditetapkan sebagai lokasi ibu kota baru memiliki sejumlah objek wisata yang tak kalah dengan daerah-daerah lainnya.

Penulis: Doan Pardede | Editor: Rita Noor Shobah
Kompas.com, TribunKaltim.co, Laporan Kawasan Karst Sangkulirang Mangkalihat 2016
Sejumlah objek wisata yang ada di Provinsi Kaltim, di antaranya Pulau Derawan dan Karst Sangkulirang 

TRIBUNKALTIM.CO, BALIKPAPAN - Provinsi Kalimantan Timur akhirnya resmi ditetapkan sebagai lokasi ibu kota baru Indonesia.

Hal itu disampaikan Jokowi dalam konferensi pers di Istana Negara, Jakarta, Senin (26/8/2019).

"Lokasi ibu kota baru yang paling ideal adalah di sebagian Kabupaten Penajam Paser Utara dan sebagian di Kabupaten Kutai Kartanegara, Provinsi Kalimantan Timur," kata Jokowi.

Saat mengumumkan ibu kota baru, Jokowi terlihat didampingi Wakil Presiden Jusuf Kalla, Gubernur Kalimantan Timur Isran Noor, dan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan.

Selain itu, terlihat juga sejumlah pejabat pemerintahan, di antaranya Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas Bambang Brodjonegoro, Menteri Dalam Negeri Tjahjo Kumolo.

Hadir juga Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional Sofyan Djalil dan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya Bakar.

Dilansir dari Kompas.com, Presiden Jokowi membeberkan alasan mengapa Provinsi Kalimantan Timur dipilih oleh pemerintah sebagai lokasi ibu kota baru Indonesia pengganti DKI Jakarta.

"Kenapa di Kalimantan Timur?

Pertama, risiko bencana minimal.

Baik bencana banjir, gempa bumi, tsunami, kebakaran hutan dan tanah longsor," ujar Presiden Jokowi dalam konferensi pers di Istana Merdeka, Jakarta, Senin (26/8/2019).

Kedua, lokasi tersebut dinilai strategis.

Jika ditarik kordinat, lokasinya berada di tengah-tengah wilayah Indonesia.

Ketiga, lokasi itu berada dekat perkotaan yang sudah terlebih dahulu berkembang, yakni Kota Balikpapan dan Kota Samarinda.

"Keempat, telah memiliki infrastruktur yang relatif lengkap," ujar Jokowi.

Terakhir, hanya di lokasi tersebutlah terdapat lahan pemerintah, yakni seluas 180.000 hektare.

Baca juga :

Efektif Bantu Promosi Pariwisata Lewat Medsos, Dinas Pariwisata Kaltim Beri Pelatihan untuk Pelajar

7 Lokasi Wisata di Kutai Kartanegara, Lokasi Ibu Kota Baru Indonesia, Intip Yuk!

Selain keunggulan-keunggulan tadi, Kaltim juga memiliki sejumlah objek wisata yang tak kalah dengan daerah-daerah lainnya.

Berikut sejumlah objek wisata menarik di Kaltim yang sudah dirangkum TribunKaltim.co dari https://kaltimprov.go.id dan sumber lainnya :

1. Pantai Sekerat

Suasana Latihan rutin penembakan meriam dan rudal di kawasan Pantai Sekerat, Kecamatan Bengalon, Rabu (22/11/2017)
Suasana Latihan rutin penembakan meriam dan rudal di kawasan Pantai Sekerat, Kecamatan Bengalon, Rabu (22/11/2017) (TRIBUN KALTIM / MARGARET SARITA)

Terletak di Kecamatan Bengalon dan pantai ini dapat ditempuh dengan menggunakan jalur darat dari Sengata. Pantai sekerat ini terkenal dengan keindahan pantai, kejernihan airnya, serta pasirnya yang berwarna putih. Pantai ini juga memiliki keindahan alam bawah laut seperti taman laut dan keanekaragaman terumbu karang dan ikan hias yang beranekaragam.

Daya tarik tempat ini adalah adanya pohon nyiur yang tumbuh di pinggir pantai sehingga menambah kesejukan dan keindahan pantai. Sehingga para pengunjung dapat menikmati keindahan pantai dari pinggir pantai serta dapat meilhat pemandangan bukit bebatuan yang terdapat disebelah barat dan timur pantai sekerat. Pantai ini ombaknya relative kecil sehingga aman untuk tempat bermain dan rekreasi serta pengunjung dapat melakukan kegiatan seperti ; memancing, berperahu dan berenang. Tempat ini biasanya ramai pengunjung pada saat hari libur. Fasilitas yang bias digunakan oleh pengunjung adalah warung makan, toilet, tempat peristirahatan, homestay, dan lain-lain.

Untuk menuju kawasan ini, jika perjalanan dimulai dari kita Balikpapan, maka kita perlu menggunakan jasa travel mobil Balikpapan – Sangata. Setelah sampai di kota Sangata (Kitai Timur), perjalanan dilanjutkan ke Kecamatan Baengalon. Tiba di kecamatan Bengalon, perjalanan dilanjutkan ke desa Sekerat menggunakan jalur darat melintasi pemukiman penduduk menuju pantai Sekerat.

2. Air Terjun Kedang Ipil

Objek wisata air terjun di Desa Kedang Ipil yang banyak dikunjungi warga Kaltim saat libur lebaran.
Objek wisata air terjun di Desa Kedang Ipil yang banyak dikunjungi warga Kaltim saat libur lebaran. (TRIBUN KALTIM/RAHMAD TAUFIK)

Desa Budaya Kutai Adat Lawas di sematkan kepada desa Kedang Ipil ini memang tidak salah. Salah satu alasannya adalah desa ini merupakan salah satu desa tertua dan masih memegang teguh adat dan tradisi leluhur.

Baca juga :

Borneo Culture Week di Plaza Balikpapan Pukau Masyarakat, Walikota Nilai Ini jadi Ikon Pariwisata

Warga Agrowisata Kang Bejo Balikpapan Ubah Kangkung jadi Cemilan Snack Dipasarkan Sampai Supermarket

Lokasinya Masuk di wilayah Kecamatan Kota Bangun, Kabupaten Kutai Kartanegara, namun lokasinya tidak di sisi sungai mahakam, melainkan masih di sekitar jalan poros Tenggarong menuju Kota Bangun & Simpang menuju Melak (Kabupaten Kutai Barat), tepatnya masuk di simpang Merai, dan masih sekitar 18 km menuju Desa Kedang Ipil, melalui hutan dan areal perusahaan Kelapa Sawit.

Di tempat ini, juga ada objek wisata air terjun yang menjadi tempat wisata favorit bareng keluarga selama libur lebaran, khususnya warga di Hulu Mahakam.

Pasca lebaran, jumlah pengunjung membludak, bahkan meningkat hampir 200 persen dibandingkan hari biasa.

Air Terjun Kedang Ipil menjadi obyek wisata unggulan di wilayah Hulu Mahakam. Jika tahun sebelumnya pengunjung didominasi warga Hulu Mahakam, seperti Muara Muntai, Muara Wis, Kota Bangun dan Resak (Kubar) sampai Tenggarong.

Lokasi air terjun berjarak sekitar 20 km dari Kampung Kedang Ipil. Warga setempat menyiapkan ojek jika pengunjung tak mau jalan kaki.

3. Kepulauan Derawan

Kepulauan Derawan adalah sebuah kepulauan yang berada di Kabupaten Berau, Kalimantan Timur. Di kepulauan ini terdapat sejumlah objek wisata bahari menawan, salah satunya Taman Bawah Laut yang diminati wisatawan mancanegara terutama para penyelam kelas dunia. Kepulauan Derawan memiliki tiga kecamatan yaitu, Pulau Derawan, Maratua, dan Biduk Biduk, Berau.

Sedikitnya ada empat pulau yang terkenal di kepulauan tersebut, yakni Pulau Maratua, Derawan, Sangalaki, dan Kakaban yang ditinggali satwa langka penyu hijau dan penyu sisik.

Secara geografis, terletak di semenanjung utara perairan laut Kabupaten Berau yang terdiri dari beberapa pulau yaitu Pulau Panjang, Pulau Raburabu, Pulau Samama, Pulau Sangalaki, Pulau Kakaban, Pulau Nabuko, Pulau Maratua dan Pulau Derawan serta beberapa gosong karang seperti gosong Muaras, gosong Pinaka, gosong Buliulin, gosong Masimbung, dan gosong Tababinga.

Di Kepulauan Derawan terdapat beberapa ekosistem pesisir dan pulau kecil yang sangat penting yaitu terumbu karang, padang lamun dan hutan bakau (hutan mangrove). Selain itu banyak spesies yang dilindungi berada di Kepulauan Derawan seperti penyu hijau, penyu sisik, paus, lumba-lumba, kima, ketam kelapa, duyung (dugong), ikan barakuda dan beberapa spesies lainnya.

Kepulauan Derawan ini sedang dipromosikan oleh Kabupaten Berau dan Provinsi Kalimantan Timur, sebagai salah satu wisata andalan. Wisatawan lokal dan Mancanegara, makin berwisata disana, pilihan selain untuk menyelam, melihat proses bertelur penyu, juga menikmati pantai yang bersih dan indah. Sepanjang pantai bersih dan tidak ada sampah.

Fasilitas komunikasi di Kepulauan Derawan sudah baik, sebagai contohnya adalah sudah terjangkau dengan sinyal 3G.

Resort dan Penginapan yang ada di Kepulauan Derawan banyak tersebar di pinggir pantai, dengan harga yang lebih murah misalnya dibandingkan dengan tempat wisata di Bali maupun di Lombok.

Kepulauan Derawan telah dicalonkan untuk menjadi Situs Warisan Dunia UNESCO pada tahun 2005.

Tak kalah dengan Raja Ampat

Potensi wisata, khusus wisata alam yang ada di Provinsi Kaltim sebenarnya tak kalah menarik dengan yang dimiliki daerah lain yang ada di Indonesia.

Namun karena sejumlah keterbatasan, 'gaung' potensi-potensi wisata ini kurang terdengar di Indonesia.

Hiu tutul merupakan ikan hiu dengan ukuran yang paling besar. Mamalia laut ini masuk dalam kategori biota laut yang dilindungi. Namun kerabat dekatnya, hiu tokek saat ini justru jadi hewan laut yang banyak diburu di Pulau Derawan dan Maratua.
Hiu tutul merupakan ikan hiu dengan ukuran yang paling besar. Mamalia laut ini masuk dalam kategori biota laut yang dilindungi. Namun kerabat dekatnya, hiu tokek saat ini justru jadi hewan laut yang banyak diburu di Pulau Derawan dan Maratua. (TRIBUN KALTIM / GEAFRY NECOLSEN)

Dari sisi potensi, Pulau Derawan masih tak kalah dengan wisata serupa dengan yang ada di daerah lain, termasuk dengan Raja Ampat di Papua Barat.

"Seperti Derawan itu bagus banget sebenarnya. Namun karena aksesibilitasnya rendah, jadi nggak terlalu mem-booming. Ini tugas pertama yang diberikan DPP ASPPI kepada DPD Kaltim, kembangkan Derawan setara dengan Raja Ampat," ujar Titin Emboen Ketua DPD ASPPI Kaltim di acara Musyawarah Daerah (Musda) I Dewan Pimpinan Daerah (DPD) ASPPI Kaltim di Hotel Kartika, Jalan Khalid, Samarinda, Jumat (11/5/2018).

4.  Pulau Kumala

Jembatan pedestrian menuju Pulau Kumala.
Jembatan pedestrian menuju Pulau Kumala. (tribunkaltim.co/rahmat taufik)

Pulau Kumala adalah tempat wisata di Sungai Mahakam yang memanjang hingga ke sebelah barat Kota Tenggarong, Kutai Kartanegara.

Lokasi Pulau Kumala terletak di tengah Sungai Mahakam yang menjadi taman rekreasi favorit wisatawan.

Saat ini, Pulau Kumala menyediakan fasilitas umum berupa sky tower setinggi 100 meter untuk menikmati keindahan kota dari ketinggian.

Tak hanya itu, masih ada kereta api mini, area permainan anak-anak, dan kereta gantung yang menghubungkan dengan daratan.

5. Taman Kota Raja Tenggarong

Para jurnalis Kukar menggalang dana buat korban gempa di Lombok. Aksi galang dana dipusatkan di Taman Kota Raja, Senin (13/8/2018) sore
Para jurnalis Kukar menggalang dana buat korban gempa di Lombok. Aksi galang dana dipusatkan di Taman Kota Raja, Senin (13/8/2018) sore (TRIBUN KALTIM / RAHMAD TAUFIK)

Lokasi Taman Kota Raja berada di Jalan Wolter Monginsidi nomor 16, Timbau, Tenggarong, Kutai Negara, Kalimantan Timur.

Taman Kota Raja Tenggarong ini bisa dikunjungi setiap hari selama 24 jam.

Harga tiket masuk Taman Kota Raja Tenggarong mulai dari Rp 10.000 per orang.

Kamu bisa berfoto di jembatan unik berwarna kuning yang tepat di atas sungai.

Taman Kota Raja Tenggarong juga dilengkapi dengan fasilitas mirip dengan menara payung seperti di Arab.

6. Museum Mulawarman

Ratusan warga memadati lokasi Museum Mulawarman Tenggarong, Kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar), Kalimantan Timur untuk menghadiri prosesi Belimbur, Minggu (28/8/2016)
Ratusan warga memadati lokasi Museum Mulawarman Tenggarong, Kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar), Kalimantan Timur untuk menghadiri prosesi Belimbur, Minggu (28/8/2016) (tribunkaltim.co/rahmat taufiq)

Museum Mulawarman berlokasi di Jalan Tepian Pandan, Panji, Tenggarong, Kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur.

Museum Mulawarman lokasinya juga dekat dengan Sungai Mahakam yang bisa kamu kunjungi.

Museum Mulawarman berisi patung-patung dan benda-benda bersejarah, perabotan kuno, kamar tidur dengan hiasan kain 'doyo' tenunan tangan, dan barang-barang dari dinasti Ming, Qing, dan Yuan.

Tak hanya itu, di Museum Mulawarman juga menyimpan teater boneka Bali yang disumbangkan oleh Sultan Yogyakarta.

7. Islamic Center Samarinda 

Masjid Islamic Centre dilihat dari seberang Sungai Mahakam saat senja.
Masjid Islamic Centre dilihat dari seberang Sungai Mahakam saat senja. (TRIBUN KALTIM/NEVRIANTO HP)

Masjid Islamic Center Samarinda adalah masjid yang terletak di kelurahan Teluk Lerong Ulu, Kota Samarinda, Kalimantan Timur, Indonesia, yang merupakan masjid termegah dan terbesar kedua di Asia Tenggara setelah Masjid Istiqlal.

Dengan latar depan berupa tepian sungai Mahakam, masjid ini memiliki menara dan kubah besar yang berdiri tegak.

Masjid ini memiliki luas bangunan utama 43.500 meter persegi. Untuk luas bangunan penunjang adalah 7.115 meter persegi dan luas lantai basement 10.235 meter persegi.

Sementara lantai dasar masjid seluas 10.270 meter persegi dan lantai utama seluas 8.185 meter persegi. Sedangkan luas lantai mezanin (balkon) adalah 5.290 meter persegi.

Lokasi ini sebelumnya merupakan lahan bekas areal penggergajian kayu milik PT Inhutani I yang kemudian dihibahkan kepada Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur.

Bangunan masjid ini memiliki sebanyak 7 menara di mana menara utama setinggi 99 meter yang bermakna asmaul husna atau nama-nama Allah yang jumlahnya 99.

Menara utama itu terdiri atas bangunan 15 lantai masing-masing lantai setinggi rata-rata 6 meter. Sementara itu, anak tangga dari lantai dasar menuju lantai utama masjid jumlahnya sebanyak 33 anak tangga. Jumlah ini sengaja disamakan dengan sepertiga jumlah biji tasbih.

Selain menara utama, bangunan ini juga memiliki 6 menara di bagian sisi masjid. Masing-masing 4 di setiap sudut masjid setinggi 70 meter dan 2 menara di bagian pintu gerbang setinggi 57 meter. Enam menara ini juga bermakna sebagai 6 rukun.

8. Kampung tenun

Perajin menenun kain sarung Samarinda di Kampung Tenun.
Perajin menenun kain sarung Samarinda di Kampung Tenun. (TRIBUN KALTIM/NEVRIANTO HP)

Kain tenun saat ini sudah sangat lekat dengan Kota Samarinda.

Bahkan, di kawasan Samarinda Seberang, tepatnya di jalan P Bendahara, Gang Pertenunan dijadikan sebagai Kampung Tenun.

Kampung Tenun Samarinda merupakan sentra pengerajin sarung Samarinda.

Kampung tenun juga merupakan representasi keragaman budaya yang keadaannya tidak terlepas dari sejarah panjang terbentuknya kota Samarinda.

9. Karst Sangkulirang

Foto yang dirilis jurnal Nature, 8 Oktober 2014, menunjukkan gambar tangan ditemukan di dinding gua di Karst Maros karst, Sulawesi Selatan. Lukisan berusia 35.000 tahun, menunjukkan bahwa Eropa tidak lagi dinobatkan sebagai tempat kelahiran seni lama ini.
Foto yang dirilis jurnal Nature, 8 Oktober 2014, menunjukkan gambar tangan ditemukan di dinding gua di Karst Maros karst, Sulawesi Selatan. Lukisan berusia 35.000 tahun, menunjukkan bahwa Eropa tidak lagi dinobatkan sebagai tempat kelahiran seni lama ini. (AFP PHOTO / NATURE / KINEZ RIZA)

Kawasan Karst Sangkulirang di Kabupaten Kutai Timur (Kutim) belakangan ini menjadi sorotan karena berkaitan dengan rencana pembangunan pabrik semen di Kaltim.

Pendirian pabrik semen di Kaltim yang kabarnya akan berlokasi di Karst Sangkulirang ini sendiri masih terus menjadi perdebatan berbagai pihak.

Meski pemerintah, baik dari Provinsi Kaltim maupun Pemerintah Kabupaten Kutai Timur serta masyarakat setempat setuju soal rencana pembangunan pabrik semen di Kaltim yang berlokasi di Karst Sangkulirang tersebut, namun kalangan aktivis dan mahasiswa masih terus menggelorakan semangat penolakan.

Baru-baru ini, Wabup Kutim Kasmidi Bulang mengatakan bahwa area yang diusulkan menjadi kawasan pabrik semen di Kaltim dan ditambang, tidak masuk dalam area hasil delineasi Kawasan Cagar Budaya Karst Sangkulirang – Mangkalihat.

Kata Wabup Kasmidi, luasan cagar budaya hanya sekitar 14.000 hektar, terdiri dari 2.000 hektar merupakan zona inti dan 12.000 hektar sebagai zona penyangga.

Jumlah itu bagian dari total luasan Karts Sangkulirang –Mangkalihat yang mencapai 105.000 hektar.

“Usulan pabrik semen sudah keluar izinnya sejak 2003 lalu. Lokasinya, berada di luar cagar budaya tersebut. Karena di situ masih ada sekitar 1.071, 14 hektar dari 8.000 hektar luasan Kawasan Bentang Alam Karst (KBAK), yang merupakan kawasan Areal Penggunaan Lain (APL) yang bisa dimanfaatkan untuk usaha,” kata Kasmidi Bulang.

Meski belakangan, terbit Peraturan Gubernur Kaltim nomor 67 tahun 2012 yang menyatakan seluruh kawasan Sekerat, masuk dalam KBAK, seluas 8.000 hektar, bukan 7.000 hektar.

“Saat ini untuk Peraturan Gubernur Kaltim tersebut sedang kita tinjau kembali. Karena hal ini berbeda dengan RTRWK Kutai Timur,” ujarnya.

Pemkab Kutim, menurut Kasmidi, pada dasarnya mendorong investasi yang masuk. Tapi tetap memikirkan dampak lingkungan.

Kalau dilihat di peta, kawasan yang 1.071,14 hektar, berada di kaki gunung tepi pantai Sekerat, bukan di bukit karst yang tinggi.

“Investor juga berjanji melakukan eksploitasi dengan pola ramah lingkungan. Mengunakan surface mining machine dan tidak membuat ledakan dalam melakukan operasionalnya. Termasuk menyisakan bukit karst minimal 82 meter di atas permukaan laut,” ujarnya.

Selain itu, dirinya pribadi juga melihat kawasan Karst di Sulawesi Selatan yang berdampingan antara pabrik semen dan kawasan wisata Bantimurung.

“Dulu, desa di sekitar kawasan wisata Bantimurung, tidak semaju sekarang. Sejak berdiri pabrik semen, jalan desa mereka jadi bagus.

Pembangunan meningkat, masyarakat sekitar pun merasakan imbasnya. Tak hanya dari sektor lapangan pekerjaan di pabrik, tapi geliat pasar di sekitar pemukiman juga tumbuh,” ungkapnya.

Ia menambahkan, ada kawasan wisata yang bisa memberi pemasukan bagi daerah. Masyarakat yang tadinya hanya di rumah saja, menurut Kasmidi, sekarang ada yang membuka warung klontong, warung makan serta membuka jasa pariwisata.

“Kita di Kutim, terutama di kawasan Desa Sekerat Kecamatan Bengalon dan Desa Selangkau Kecamatan Kaliorang juga bisa begitu. Kebutuhan semen untuk perbaikan jalan, pembangunan fasilitas publik dan lainnya akan mudah terpenuhi,” kata Kasmidi.

Pantai Sekerat dan pantai Jepu Jepu yang selama ini hanya dikunjungi warga sekitar atau wisatawan dari Sangatta dan sekitarnya, karena keterbatasan akses jalan, kemungkinan bisa ramai ke depannya.

Melalui komitmen CSR-nya perusahan semen pasti mau membantu pembangunan jalan menuju lokasi wisata Pantai Sekerat hingga Pantai Jepu Jepu. Kalau sudah begitu, warga sekitar lagi yang akan diuntungkan.

Wakil Bupati Kasmidi Bulang saat meninjau gua telapak tangan di kawasan Karst Sangkulirang Mangkalihat yang saat ini masih menduduki peringkat I pada Ajang Pesona Indonesia 2017.
Wakil Bupati Kasmidi Bulang saat meninjau gua telapak tangan di kawasan Karst Sangkulirang Mangkalihat yang saat ini masih menduduki peringkat I pada Ajang Pesona Indonesia 2017. (HUMAS PEMKAB KUTIM/Nopi)

“Jadi, tak hanya perusahaan yang diuntungkan, tapi juga masyarakat. Selain itu, perusahaan juga sudah berkomitmen terhadap lingkungan, termasuk menjaga ketersediaan air tetap terpenuhi, meski sebagian tebingnya dieksplorasi,” ungkap Kasmidi.

Begitu juga dengan Karst Sangkulirang-Mangkalihat yang sedang diusulkan menjadi cagar budaya dunia, tidak akan terganggu apalagi sampai diruntuhkan untuk menjadi pabrik semen.

Goa Tapak Tangan akan tetap ada dan menjadi warisan budaya di Kutim.

Keunikan lukisan dinding di karst Sangkulirang

Terlepas dari rencana pembangunan pabrik semen di Kaltim, karst Sangkulirang memang kerap menjadi perhatian publik.

Salah satunya karena lukisan dinding yang ada di karst Sangkulirang ini memiliki keunikan tersendiri.

Laporan yang terbit di jurnal Nature seperti dilansir Kompas.com mengatakan, lukisan dinding gua berupa banteng liar yang ada di Lubang Jeriji Saleh, area karst Sangkulirang-Mangkalihat, Kalimantan Timur berusia 40.000 tahun dan menjadi lukisan dinding gua tertua di dunia.

Gambar cadas yang ada di gua dengan ketinggian 320 meter di atas permukaan laut itu sekaligus merebut predikat gambar cadas tertua, yang sebelumnya dipegang oleh lukisan gua Sulawesi.

Maxime Aubert dari Griffith University, arkeolog yang menganalisis usia gambar dinding gua di Kalimantan dan Sulawesi mengatakan, lukisan figuratif di Kalimantan usianya 5.000 tahun lebih tua dibanding yang ditemukan di Maros, Sulawesi.

Lukisan gua berupa babi rusa itu diprediksi berusia 35.000 tahun. Lantas, apa beda keduanya?

Terkait hal tersebut, Pindi Setiawan yang ahli di bidang gambar cadas sekaligus dosen Institut Teknik Bandung (ITB) berkata pada Kompas.com ada empat persamaan dan perbedaan dari kedua lukisan dinding beda pulau itu.

Berikut rangkumannya:

- Masa pembuatan

Kedua lukisan gua yang ada di Kalimantan dan Sulawesi merupakan hasil karya yang dibuat di zaman es.

- Material pembuatan gambar

Lukisan dinding gua yang ada di Sulawesi dan Kalimantan terbuat dari oker jenis hematit.

- Gaya menggambar

Meski dibuat di masa dan dengan material yang sama, keduanya memiliki gaya penggambaran yang berbeda. Hal ini terlihat jelas pada gambar cap tangan dan gambar hewan.

Menurut Pindi, gambar hewan yang ditemukan di Maros, Sulawesi, tidak diwarnai penuh tetapi diarsir. Hal tersebut berbeda dengan temuan gambar banteng liar di Kalimantan, yang menurut Pindi orang purba di masa lalu mewarnai gambar tersebut penuh dan tidak diarsir.

Kemudian, cap tangan di Kalimantan banyak yang digabungkan dengan bentuk lain. Misalnya, di bagian telapak tangan pada gambar diberi goresan garis, digambari hewan, atau orang. Hal ini berbeda dengan cap telapak tangan Sulawesi yang polos.

"Kemudian yang di Kalimantan, gambar cap tangannya seperti diatur. Telapak tangan (dibuat) berjejer seperti tari kecak, ada yang satu deret (berisi) 30 (cap tangan). Di Maros juga ada yang dikomposisikan seperti itu, tapi jarang," imbuhnya.

"(Lukisan dinding) yang di Kalimantan memang cenderung lebih senang mengkomposisikan cap tangan".

- Bentuk cap tangan

Kalau orang Kalimantan kuno lebih senang menghiasi cap tangannya dengan gambar lain, orang Sulawesi kuno cenderung suka menggambar cap tangan yang runcing di bagian kuku.

"Jadi seperti kuku yang panjang. Di Kalimantan, beberapa cap tangan juga ada yang runcing, tapi tidak sebanyak yang di Maros," ujar Pindi.

- Bentuk hewan

Banyak gambar hewan purba yang ditemukan di lukisan dinding gua Kalimantan dan Sulawesi. Namun, hewan di kedua lokasi berbeda jenis, tergantung pada habitat aslinya.

Misalnya, di Kalimantan lebih banyak ditemukan gambar hewan-hewan besar seperti banteng, beruang, babi hutan, rusa, dan tampir.

Sementara di Maros binatangnya hanya anoa dan babi hutan khas Sulawesi yang bentuknya berbeda dengan di Kalimantan.

- Gambar tumbuhan

"Kemudian kalau di Kalimantan, dia menggambar sarang madu dan sarang lebah, di Maros sampai sekarang kita belum menemukan daun-daunan dan sarang lebah," ujarnya.

Menurut Pindi, perbedaan dan persamaan gambar di kedua tempat tersebut ditentukan oleh lingkungan, budaya, dan kecenderungan masing-masing lokasi.

(TribunKaltim.co/Doan Pardede)

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved