Ibu Kota Baru

Lokasi Ibu Kota Baru RI di Penajam Paser Utara Ada 6 Cagar Budaya, Dari Meriam Sampai Alat Musik

Presiden Joko Widodo telah sebutkan lokasi ibu kota baru dari Jakarta ke Kalimantan Timur. Simpan cagar budaya di Penajam Paser Utara Kalimantan Timur

Penulis: Ilo | Editor: Samir Paturusi
Tribunkaltim.co/Budi Susilo
Peta lokasi Kalimantan Timur ada Kabupaten Kutai Kartenegara dan Kabupaten Penajam Paser Utara. Presiden Joko Widodo menyatakan lokasi ibu kota baru Republik Indonesia ada di Kalimantan Timur, ibu kota bukan lagi di Jakarta. 

TRIBUNKALTIM.CO, PENAJAM - Kabar mengenai lokasi ibu kota baru sudah terjawab, berada di Kalimantan Timur.

Awalnya pemerintah pusat memberi kode jika lokasi ibu kota baru Republik Indonesia itu ada di Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah dan Kalimantan Timur.

Kemudian beberapa minggu kemudian, mengerucut kembali Ibu Kota Negara yang dipindah dari Jakarta ke Kalimantan itu kandidatnya ada dua, antara Kalimantan Timur dan Kalimantan Tengah.

Dua wilayah ini akan dipilih lagi, menjadi satu tempat sebagai lokasi ibu kota baru RI.

Dan akhirnya, jelang tutup bulan Agustus 2019, Presiden Joko Widodo telah memutuskan lokasi ibu kota baru RI ada di Kalimantan Timur.

Lokasi di Kalimantan Timur ini sebagiannya berada di Kabupaten Penajam Paser Utara dan sebagiannya lagi ada di Kabupaten Kutai Kartanegara.

Sudah semakin jelas, Presiden Joko Widodo telah sebutkan lokasi ibu kota baru dari Jakarta ke Kalimantan Timur.

Soal Penajam Paser Utara yang menjadi lokasi ibu kota baru RI ternyata bukan semata hutan, daerah Penajam Paser Utara ini sudah ada kehidupan manusia, bahkan telah ada peninggalan zaman silam yang kini berstatus sebagai cagar budaya.

Penelusuran Tribunkaltim.co, terungkap Penajam Paser Utara dahulunya pernah dihuni komunitas masyarakat tertentu yang istilahnya adalah Kerajaan Paser, serta pernah dipakai oleh Jepang sebagai medan pertahanan dan pertempuan Perang Dunia II.

Bahkan kini, oleh Pemerintah Kabupaten Penajam Paser Utara, peninggalan-peninggalan ini dimasukan dalam klasifikasi benda bersejarah yang harus dijaga, dilestarikan, jangan sampai dirusak atau dihilangkan.

Mengacu pada Undang-undang Nomor 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya, dan UU Nomor 5 Tahun 2017 tentang Pemajuan Kebudayaan, disebutkan cagar budaya harus dijaga jika ada yang melanggar akan dikenakan hukuman.

Ini adalah cagar budaya di Penajam Paser Utara. Jelas setelah ada penetapan lokasi ibu kota baru, Penajam Paser Utara akan banyak dikunjungi banyak orang, yang pastinya ingin tahu segala hal termasuk sejarah Penajam Paser Utara melalui benda-benda cagar budaya

Saat ditemui Tribunkaltim.co belum lama ini, Sekretaris Daerah Pemkab Penajam Paser Utara, Tohar, menuturkan,cagar budaya yang telah terpatri dalam bumi Penajam Paser Utara akan terus eksis, dipertahankan dan dirawat tanpa harus merusak.

Melalui cagar budaya, ada pesan dari benda bisu kepada para generasi muda untuk bisa mengenali daerahnya, Penajam Paser Utara supaya bisa semakin cinta terhadap daerah Penajam Paser Utara.

"Budaya itu baik, halus, lembut, lemes, semua orang suka. Maka dari itu, melalui sosialisasi ini, ayo kita sebagai makhluk sosial, yang tumbuh bersama budaya untuk mengetahui cagar budaya apa yang harus dijaga," ungkapnya.

Berdasarkan inventarisir Badan Cagar Budaya Penajam Paser Utara disebutkan, ada enam cagar budaya yang patut dilestarikan dan dilindungi.

Tercatat ada 6 cagar budaya yang ada di Kabupaten Penajam Paser Utara, yakni:

1. Meriam tipe IA 120 MM AA yang ada di Kelurahan Gunung Seteleng.

Nah, meriam peninggalan kolonial Jepang tersebut, terletak di RT 06 Kelurahan Gunung Seteleng, Kecamatan Penajam, Kabupaten Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur pada Selasa (13/8/2019).

Kelurahan Gunung Seteleng juga biasa disebut Gunung Meriam, karena dulunya terdapat sedikitnya tiga meriam peninggalan penjajah Jepang di Benuo Taka, Penajam Paser Utara.

Namun, pada dekade 1980-an, dua di antaranya sudah dipindahkan di Kodam Mulawarman, menyisahkan satu yang menjadi peninggalan sejarah di Penajam Paser Utara.

Informasi yang beredar dari warga setempat, Ardiansyah, ungkapkan, awalnnya meriam terdapat tiga unit namun berhubung tanpa pengawasan yang ketat, ada pihak yang mengambil satu meriam karena dianggap tidak terawat, diambil oleh tukang pemburu besi tua.

Sementara, satu meriam lagi dibawa ke Kota Balikpapan, informasinya diamankan oleh Kodam Mulawaraman.

Kegiatan gotong royong pembersihan dan peremajaan meriam Jepang, saksi bisu masa penjajahan Indonesia sebelum kemerdekaan, oleh Koramil 0913-01/Penajam, Polsek Penajam, Kelurahan Gunung Seteleng dan warga sekitar, Selasa (13/8/2019).
Kegiatan gotong royong pembersihan dan peremajaan meriam Jepang, saksi bisu masa penjajahan Indonesia sebelum kemerdekaan, oleh Koramil 0913-01/Penajam, Polsek Penajam, Kelurahan Gunung Seteleng dan warga sekitar, Selasa (13/8/2019). (Tribunkaltim.co/HO Babinsa PPU)
Kegiatan gotong royong pembersihan dan peremajaan meriam Jepang, saksi bisu masa penjajahan Indonesia sebelum kemerdekaan, oleh Koramil 0913-01/Penajam, Polsek Penajam, Kelurahan Gunung Seteleng dan warga sekitar, Selasa (13/8/2019).
Kegiatan gotong royong pembersihan dan peremajaan meriam Jepang, saksi bisu masa penjajahan Indonesia sebelum kemerdekaan, oleh Koramil 0913-01/Penajam, Polsek Penajam, Kelurahan Gunung Seteleng dan warga sekitar, Selasa (13/8/2019). (Dok Tribunkaltim.co)
Kawasan permukiman warga di RT 12 Kelurahan Gunung Steleng, Kecamatan Penajam, Kabupaten Penajam Paser Utara (PPU), Senin (5/8/2018).
Kawasan permukiman warga di RT 12 Kelurahan Gunung Steleng, Kecamatan Penajam, Kabupaten Penajam Paser Utara, Senin (5/8/2018). (Tribunkaltim.co/Samir Paturisi)

2. Makam keluarga Kerajaan Paser di kuburan lama Longpon, Kelurahan Waru.

Mengutip dari Kemdikbud.go.id disebutkan, makam Keluarga Kerajaan Paser berada di Sungai Tunan, Kecamatan Waru, Penajam Paser Utara.

Di lokasi makam tertulis beberapa keterangan informasi wafat, di antaranya seperti ada makam yang memang dikebumikan pada tahun 1132 hijriah, 1359 hijriah, 1381 hijriah, 1367 hijriah dan 1321 hijriah.

Dari banyaknya makam tersebut, ada dua makam yang memang bisa dikatakan sebagai pihak keluarga Kerajaan Paser. 

Keberadaan tempat pemakaman Keluarga Kerajaan Paser ini kini juga telah menjadi tempat pemakaman umum warga sekitaran Kelurahan Waru.

3. Bunker di Kelurahan Penajam.

Menukil dari Kemdikbud.go.id, bunker yang diduga tinggalan Jepang di Kelurahan Penajam, Kecamatan Penajam.

Kondisi Bunker yang tenggelam dengan lumpur membuanya susah dalam pengumpulan data terkait dimensi bentuk.

Bunker Jepang yang ada di Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur.
Bunker Jepang yang ada di Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur. (Kemendikbud.go.id)

Aksesibiliitas juga membuat kesulitan untuk sampai di lokasi Bunker.

Karena harus menunggu air laut surut dan melewati lumpur ditengah pohon bakau.

4. Masjid lama Al-Ula di Kelurahan Nenang.

Mengutip Kemdikbud.go.id, Masjid Tua Al-Ula yang ada di Kelurahan Nenang, Kecamatan Penajam, Kabupaten Penajam Paser Utara.

Melihat kondisi saat ini, hanya tersisa rangka dan atap yang terbuat dari kayu ulin.

Dan tidak memungkinkan untuk dikakukan pendokumentasian secara menyeluruh oleh Cagar Budaya Kemdikbud Penajam Paser Utara

5. Kompleks makam keluarga Aji Raden di Desa Sesulu

Makam keluarga Aji Raden.

Keberadaan Aji Raden dikenal sebagai orang yang diperintah oleh Kesultanan Paser untuk memimpin wilayah Sesulu yang saat ini berada di administrasi Jl. Bahari atau Jl. Tambang, Kelurahan Sesulu, Kecamatan Waru.

Terdapat beberapa makam pada kompleks tersebur yang memiliki peranan penting bagi Kerajaan Paser saat itu.

Dikisahkan bahwa orang pertama yang merintis wilayah Sesulu adalah Anden Oko.

ILUSTRASI - Seorang pemuda saat berjalan di areal Tempat pemakaman umum (TPU) terpadu di Kilometer 15 Balikpapan.
ILUSTRASI - Seorang pemuda saat berjalan di areal Tempat pemakaman umum (TPU) terpadu di Kilometer 15 Balikpapan. (TRIBUN KALTIM/RACHMAT SUJONO)

Namun setelah pengasingan yang dilakukan oleh Belanda ke Palembang didaerah Pulau Pinang kemudian digantikanlah oleh Aji Raden anak kandung dari Aden Oko.

Saat ini makam yang ada dilokasi tersebut adalah Aji Raden, istri beliau (Putri dari Kerajaan Mandar Sulawesi Barat), anak-anak Aji Raden, Ibu, Mertua Aji Raden dan beberapa pengikut Aji Raden.

6. Alat musik tradisional ratusan tahun di Kelurahan Sepan, Penajam Paser Utara.

Menyadur dari Kemdikbud.go.id, diperkirakan usianya lebih dari 100 tahun milik Muna.

Alat musik tradisional yang digunakan dalam upacara kerajaan, di Kelurahan Sepan, Kecamatan Penajam sekitar 1 jam perjalanan dari pusat kota.

Alat musik yang berusia hampir 2 abad lamanya merupakan warisan dari kakek buyut Mungang.

Siswa SDN 2 Alasmalang, Kecamatan Singojuruh, Banyuwangi, Jaawa Timur, belajar musik tradisional angklung gamelan di halaman sekolahnya, Kamis (8/2/2018).
Siswa SDN 2 Alasmalang, Kecamatan Singojuruh, Banyuwangi, Jaawa Timur, belajar musik tradisional angklung gamelan di halaman sekolahnya, Kamis (8/2/2018). (KOMPAS.COM/IRA RACHMAWATI)

Pada masa Kerajaan Paser, buyut dari Mungang menjadi mulung (pemimpin upacara) saat pesta panen dilaksanakan.

Ritual atau upacara yang disebut Belian biasanya membawakan Tari Arang Jewata sebagai ucapan terima kasih pagi para pemberi rezeki.

Alat musiknya terdiri dari Gamelan (Kalon Tangin), Gong (Agong), Gendang Kecil (Lumba) dan Gendang (Tino).

(Tribunkaltim.co/BudiSusilo)

Sumber: Tribun Kaltim
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved