Berau Panen Hotspot, Terbanyak di Kecamatan Pulau Derawan BMKG Berau: Masih Aman Tapi Waspada
BMKG Berau merilis sejumlah hotspot dan terbanyak berada di Kecamatan Pulau Derawan. Juga ada kabut asap yang diduga kiriman dari daerah lain
Namun pada ibu hamil, menghirup kabut asap yang mengandung karbon sisa pembakaran, bisa memberikan dampak kesehatan jangka panjang.
“Memang dampak paling umum itu terserang ISPA, tapi dampak kabut asap ini bisa menjadi semakin serius jika terus-terusan dihirup, terutama bagi ibu-ibu yang sedang mengandung. Di dalam asap itu ada beberapa senyawa yang mungkin tidak langsung membahayakan, tapi bisa mengancam kesehatan dalam jangka panjang, termasuk risiko bayi yang dikandungnya,” jelas Totoh.
Saat dalam kandungan, bayi yang belum lahir memiliki organ tubuh yang belum berfungsi secara maksimal.
Meski kabut asap ini tidak separah tahun 2015 lalu, namun Totoh tetap menyarankan masyarakat, terutama ibu hamil untuk mengenakan masker saat berpergian ke luar rumah, atau mengurangi aktivitas di luar rumah, mengonsumsi makanan yang berserat serta vitamin serta air putih yang cukup.
“Ada baiknya apabila mencegah sebelum terjadi sesuatu yang tidak diinginkan. Ibu hamil, jangan menyepelekan kabut asap yang menyelimuti kota. Minimal menjaga kesehatan, agar pada saat melahirkan nanti berjalan lancar tanpa ada gangguan kesehatan,” ujarnya.

• PPU Darurat Karhutla, Awal Agustus Sudah Tiga Kejadian, Jika Sengaja Membakar Bisa Terjerat Hukum
• Sudah Sepekan Wilayah Kabupaten Berau Diselimuti Kabut Asap, Titik Terparah di Teluk Bayur
Titik Terparah di Teluk Bayur
Sebagian besar wilayah Kabupaten Berau mulai diselimuti kabut asap dalam beberapa hari terakhir.
Kondisi ini bisa dilihat secara kasat mata.
Langit yang biasanya tampak biru, berubah menjadi abu-abu.
Kepala Badan Meteorologi dan Klimatologi (BMKG) Berau, Tekad Sumardi, membenarkan, wilayah Berau hingga Senin (12/8/2019) ini diselimuti oleh kabut asap.
“Kabut asap ini sudah terjadi sejak minggu lalu. Jarak pandang menurun karena kabut asap,” kata Tekad Sumardi kepada Tribunkaltim.co.
Sumardi mengungkapkan, saat ini jarak pandang sekitar 5 sampai 7 kilometer.
“Tapi jarak pandang ini belum menganggu aktivitas penerbangan. Dengan catatan, ketebalan kabut asap ini tidak meningkat,” jelasnya.
Meski demikian, Tekad Sumardi, mengatakan kabut asap ini dapat mempengaruhi kesehatan masyarakat, terutama yang beraktivitas di luar rumah.
“Memang tidak berpengaruh terhadap aktivitas penerbangan. Tapi sangat berpengaruh terhadap isu nasional, termasuk dampak kesehatan kepada masyarakat,” imbuhnya.