Lingkungan Hidup
Presiden Joko Widodo Datangi Kalimantan Serahkan Hutan Adat Disambut Kabut Asap tak Sehat
Kamis siang, jumlah titik panas yang terpantau di Kalimantan Barat mencapai 935 titik yang tersebar hampir di seluruh wilayah Kalimantan Barat.
TRIBUNKALTIM.CO, PONTIANAK - Kunjungan kerja Presiden Joko Widodo atau Jokowi di Kota Pontianak, Kalimantan Barat, disambut dengan kualitas udara tidak sehat dan kabut asap.
Hal ini berdasarkan pengamatan Kompas.com, Saat itu Jokowi tiba di Bandara Internasional Supadio Pontianak Kamis (5/9/2019), pukul 10.30 WIB.
Setelah tiba, Jokowi langsung menuju ke Bundaran Digulis Universitas Tanjungpura, dalam agenda penyerahan SK Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan tentang Pelepasan Kawasan Tanah Objek Reforma Agraria serta SK Hutan Adat.
Berdasarkan Informasi Konsentrasi Partikulat (PM10) yang dilansir dari laman Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Pontianak, kualitas udara melampaui nilai ambang batas (NAB), yakni 205.37 µgram/m3, yang artinya masuk kategori tidak sehat.
Sebagaimana diketahui, nilai ambang batas (NAB) adalah batas konsentrasi polusi udara yang diperbolehkan berada dalam udara ambien.
Nilai ambang PM10 = 150 µgram/m3.
Sementara itu, dari laman yang sama pada Kamis siang, jumlah titik panas yang terpantau di Kalimantan Barat mencapai 935 titik yang tersebar hampir di seluruh wilayah Kalimantan Barat.
Selain membagikan sertifikat tanah, Jokowi dijadwalkan meninjau Kampung Nelayan di Beting, dan Jembatan Landak II.
Berdasarkan pantauan Stasiun Meteorologi Kelas I Supadio-Pontianak Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Pontianak, Rabu (4/9/2019), terdapat sedikitnya 949 titik panas yang tersebut di hampir seluruh wilayah Kalbar.
"Titik panas itu hasil pengolahan data citra satelit LAPAN mulai 3 September 2019 pukul 07.00 WIB hingga 4 September 2019 pukul 07.00 WIB," kata Kepala Stasiun Meteorologi Pontianak, Erika Mardiyanti, melalui keterangan tertulisnya, Rabu sore.
Erika menyebutkan, dari 949 titik panas itu, paling banyak berada di Kabupaten Ketapang, yakni 433 titik panas.
Kemudian disusul Kabupaten Sintang sebanyak 123 titik panas, Sanggau sebanyak 102 titik panas.
Sekadau 87 titik panas, Kayong Utara 61 titik panas, Landak 49 titik panas, Melawi 41 titik panas, Kubu Raya 29 titik panas, Bengkayang 14 titik panas, dan Kapuas Hulu enam titik panas.
Sementara itu, di Kabupaten Sambas satu titik panas, dan Kabupaten Mempawah, serta Kota Pontianak dan Singkawang tidak ditemukan titik panas.
Di tempat terpisah, kebakaran Hutan dan Lahan atau Karhutla semakin menghantui Kabupaten Penajam Paser Utara, Provinsi Kalimantan Timur.
Padahal, Penajam Paser Utara telah ditetapkan sebagai ibu kota baru di Kalimantan oleh Presiden Jokowi.
Memasuki bulan September 2019, sedikitnya 3 kasus karhutla di Penajam paser Utara.
Dalam hal ini terjadi setiap hari sejak awal bulan.
Tanggal 1 September 2019, terjadi kebakaran lahan gambut di RT 16 Kelurahan Petung dengan luas 1,4 hektare.
Esoknya, 2 September 2019, terjadi lagi kebakaran lahan semi gambut di Jalan Pariwisata RT 07 Kelurahan Saloloang dengan luas area terbakar 0,5 hektare.
Tak lama setelah penanganan karhutla di Kelurahan Saloloang, Badan Penaggulangan Bencana Daerah atau BPBD Penajam Paser Utara kembali mendapat laporan kebakaran lahan.
Kali ini lahan kebun sawit dan kebun karet di RT 12, Desa Bukit Raya, Kecamatan Sepaku.
Awal mula kejadian kebakaran lahan di Desa Bukit Raya, sekira pukul 17.00 Wita, warga sekitar yang baru saja pulang dari kebun tiba-tiba melihat api dilokasi kejadian sudah membesar.
• Cegah Karhutla di Berau, Agus Tantomo Minta Satgas Tingkatkan Koordinasi dengan BMKG
• Cegah Karhutla Semakin Meluas, BPBD Berau Lepas Tim Patroli Terpadu, Ini Tugasnya Selama 30 Hari
• Dishut Sebut Kebakaran di Samarinda Belum Terkategori Karhutla, Dapat Instruksi Jaga Bukit Soeharto
• Perusahaan Pengelola Kawasan di Kutai Timur Harus Bentuk Tim Pengendali Karhutla
Setelah laporan masuk, Satgas BPBD Penajam Paser Utara, Polsek Sepaku, Koramil Sepaku, PT ITCI Hutani Manunggal, dan PMK Pos Sepaku langsung menuju ke lokasi untuk memastikan kondisi lapangan dan melakukan pemadaman manual.
"Akses yang sulit menuju lokasi kebakaran.
Sehingga mobil pemadam susah untuk mendekat ke titik api," Kata Kasubid Logistik dan Peralatan BPBD Penajam Paser Utara, Nurlaila pada Rabu (4/9/2019).
Api bisa dipadamkan sekira pukul 22.10 Wita, menggunakan tandon dan mesin portabel yang tiba di lokasi.
Sehingga dilakukan pendinginan sisa-sisa bara api.
Namun, masih terpantau titik api di area yang cukup jauh dari lokasi awal.
Pada tanggal 2 September 2019 tersebut, terhitung 3 hektare lahan yang hangus diamuk dijago merah.
Rinciannya 1 hektare kebun sawit, 1 hektare kebun karet, 0,5 hektare kebun sengon dan 0,5 hektare semak belukar.

Tak sampai disitu, malam berikutnya yakni tanggal 3 September 2019, masih terpantau titik api pada pemadaman hari pertama.
Dengan lokasi yang cukup jauh dan sulitnya akses menuju lokasi, ditambah waktu yang sudah larut malam.
"Luas area yang terbakar pada malam sebelumnya yakni lebih kurang 3 hektare, dan di estimasi bertambah menjadi 5 hektare.
Material yang terbakar sebagian besar adalah semakin belukar," jelasnya.
Musim panas yang melanda, membuat api dengan cepat menyebar.
Olehnya itu, kembali diingatkan kepada seluruh masyarakat agar berhati-hati dalam mengelola lahan, maupun membuang barang yang bisa memancing kobaran api.
"Petugas yang menangani kebakaran lahan tersebut, kembali ke pos masing-masing pukul 23.35 Wita.
Api yang mengarah ke rumah warga sudah dipadamkan, namun masih terpantau titik-titik api yang menyala, disisi arah sungai besar Sepaku dengan jarak pandang cukup jauh," terangnya.
Untuk menanggulangi karhutla, BPBD Penajam Paser Utara akan melakukan rapat koordinasi pengendalian hutan dan lahan di Kabupaten Penajam Paser Utara.
Rapat koordinasi tersebut, dilakukan bersama pihak terkait, yakni TNI/Polri, pemangku wilayah yakni Lurah dan Kepala Desa, Camat, Babinsa dan Bhabinkamtibmas seluruh wilayah di Kabupaten Penajam Paser Utara, serta organisasi perangkat daerah (OPD) terkait, diantaranya Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan (DKPP), Satpol PP dan lainnya.
Selain itu, menurut prediksi, musim kemarau masih akan terus berlangsung hingga bulan Oktober 2019.
"Prediksi musim tanpa hujan ini akan berlangsung hingga minggu ketiga bulan Oktober 2019," pungkasnya.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Kunjungan Jokowi ke Pontianak Disambut Kualitas Udara Tidak Sehat dan Kabut Asap."
(Tribunkaltim.co)