Erau 2019

Intip Ritual Merangin di Kesultanan Kutai, Undang Mahluk Gaib Hadir Pada Pesta Adat Erau Pekan Depan

Pesta Adat Erau yang jadi festival tahunan di Tenggarong, ibu kota Kabupaten Kutai Kartanegara, bakal digelar pekan depan.

Penulis: Rafan Arif Dwinanto |
Tribun Kaltim/Rahmad Taufik
Ribuan warga dan peserta dari 6 delegasi asing di Festival Erau 2018 mengikuti acara beseprah atau makan bareng dengan Putra Mahkota Kesultanan Kutai di sepanjang jalan depan Kedaton Kutai, Rabu (25/7/2018)_RAHMAT TAUFIQ 

TRIBUNKALTIM.CO - Intip Ritual Merangin, di Kesultanan Kutai, Undang Mahluk Gaib Hadir Pada Pesta Adat Erau

Pesta Adat Erau yang jadi festival tahunan di Tenggarong, ibu kota Kabupaten Kutai Kartanegara, bakal digelar pekan depan.

Tepatnya mulai 8 hingga 15 September ini.

Pesta Adat Erau selanjutnya akan dimeriahkan juga dengan Tenggarong International Folk Arts Festival atau TIFAF.

Layaknya, pesta adat pada umumnya, Pesta Adat Erau di Tenggarong juga padat agenda ritual oleh Kesultanan Kutai Kartanegara Ing Martadipura.

Sebelum Pesta Adat Erau dimulai, ada tradisi yang disebut Upacara Adat Merangin.

Dilansir dari akun Instagram Info Etam, Upacara Adat Merangin merupakan proses ritual penting dalam pelaksanaan pesta adat Erau di Kesultanan Kutai.

Upacara Adat Merangin adalah ritual pendahuluan yang wajib dilaksanakan menjelang Erau.

Tujuannya adalah mengundang makhluk gaib untuk ikut serta dalam kemeriahan Pesta Adat Erau.

Keikutsertaan mahluk gaib bertujuan agar Erau berjalan dengan selamat, aman dan lancar.

Upacara Adat Merangin ini digelar selama tiga malam berturut-turut.

Upacara adat ini lazim dilaksanakan di sebuah bangunan yang disebut Serapo Belian yang ada di halaman Keraton Kesultanan Kutai Kartanegara

Sebelum Upacara Adat Merangin dimulai, tujuh lelaki Belian duduk mengelilingi romba yang diletakkan di tengah bangunan.

Upacara Adat Merangin sebelum Pesta Adat Erau
Upacara Adat Merangin sebelum Pesta Adat Erau (Tangkapan Layar Instagram Info Etam)

Setelah itu, seorang pemimpin Belian membaca mantera-mantera sambil membakar menyan dan sesekali menghamburkan beras kuning, sambil tujuh lelaki.

Diiringi tabuhan gendang dan gong membuat suasana terkesan magis.

Tujuh lelaki Belian mulai berputar mengelilingi Romba yang telah diletakkan di tengah bangunan.

Di awal tujuh lelaki Belian tersebut berjalan perlahan, tetapi lama kelamaan berjalan semakin cepat.

Dan akhirnya berlari sambil berputar mengelilingi Romba yang terbuat dari bambu yang dibalut janur kuning.

Pada puncaknya, para Belian sesekali menaiki Romba yang berputar.

Sejarah Erau

Pesta Adat Erau merupakan satu dari sekian festival budaya tertua di Nusantara.

Pesta Adat Erau sudah berlangsung turun temurun di Kesultanan Kutai, setiap tahunnya.

Erau berasal dari Bahasa Melayu Kutai Eroh.

Memiliki arti keramaian, berpesta.

Atau karib disebut pesta rakyat.

Bagi Kesultanan Kutai Kartanegara Ing Martadipura, Erau merupakan agenda sakral.

Mulanya, Pesta Adat Erau digelar selama 40 hari 40 malam.

Di era modern, Pesta Adat Erau digelar selama sepekan nonstop.

Pesta Adat Erau sejatinya merupakan ungkap rasa syukur atas limpahan hasil bumi yang didapat rakyat Kutai.

Dalam kesempatan tersebut, Kesultanan Kutai menjamu rakyatnya dalam jamuan pesta dan sajian.

Acara beseprah merupakan rangkaian dari sejumlah kegiatan di Festival Erau di Tenggarong, Kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur.
Acara beseprah merupakan rangkaian dari sejumlah kegiatan di Festival Erau di Tenggarong, Kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur. (TRIBUN KALTIM/RAHMAD TAUFIK)

Menurut riwayat yang diyakini masyarakat Kutai secara turun temurun, Erau bermula sejak abad ke-12 Masehi.

Catatan sejarah menyebutkan Erau pertama kali berlangsung saat Aji Batara Agung Dewa Sakti berusia belia.

Ia dikemudian hari diangkat menjadi sultan pertama Kutai Kartanegara Ing Martadipura.

Seiring perjalanan waktu, Kesultanan Kutai kemudian bergabung dalam wilayah Republik Indonesia.

Sampai dengan tahun 1960, Kutai berstatus Daerah Istimewa dengan Sultan sebagai kepala daerah.
Setelahnya, status Kutai beralih menjadi kabupaten dan kepala pemerintahan dipegang oleh bupati.

Peralihan ini menjadi penanda berakhirnya era Kesultanan Kutai yang telah berdiri selama lebih dari 7 abad.

Meski demikian, Erau sebagai salah satu peninggalan budaya dari Kesultanan Kutai tetap bertahan.

Erau yang dilangsungkan menurut tata cara Kesultanan Kutai terakhir kali diadakan pada tahun 1965.
Kemudian, atas inisiatif pemerintah daerah dan izin dari pihak Kesultanan, tradisi ini mulai dihidupkan kembali pada tahun 1971.

Festival Erau 2018, Ribuan Warga Makan Lesehan Bareng Putra Mahkota dan Plt Bupati di Jalanan

Di Pembukaan Festival Erau, Gubernur Awang Faroek Doakan Rita Widyasari

6 Negara Tampilkan Tarian Pembukaan di Festival Erau 2018

Hanya saja, penyelenggaraannya tidak satu tahun sekali melainkan menjadi dua tahunan dan dengan beberapa persyaratan.

Sejak saat itulah pelaksanaan Erau menjadi ajang pelestarian budaya warisan Kesultanan Kutai dan berbagai etnis yang hidup di dalamnya.

Erau dilangsungkan bertepatan dengan hari jadi Kota Tenggarong, yaitu setiap tanggal 29 September.

Tetapi, sejak tahun 2010, pelaksanaan festival ini dimajukan menjadi Bulan Juli karena menyesuaikan dengan musim liburan sehingga lebih banyak wisatawan yang datang.

Festival ini dimeriahkan oleh beraneka kesenian, upacara adat dari Suku-suku Dayak, dan lomba olahraga ketangkasan tradisional.

Tahun 2013 menjadi penanda era baru dari pelestarian budaya warisan Kutai Kartanegara.

Tarian persembahan tamu, kontingen Hongaria meriahkan parade tarian EIFAF 2018 di Stadion Rondong Demang, Tenggarong Kukar Kalimantan Timur, Minggu (21/7/2018).
Tarian persembahan tamu, kontingen Hongaria meriahkan parade tarian EIFAF 2018 di Stadion Rondong Demang, Tenggarong Kukar Kalimantan Timur, Minggu (21/7/2018). (TRIBUN KALTIM/NEVRIANTO HARDI PRASETYO)

Untuk pertama kalinya, Erau disandingkan dengan perhelatan budaya tradisional dari berbagai negara. Dalam perhelatan bernama Erau International Folklore and Art Festival (EIFAF), kini menjadi TIFAF.

Berbagai kesenian dan tradisi di lingkup Kesultanan Kutai bersanding dengan warisan budaya dunia dari berbagai bangsa di penjuru dunia.

Ajang ini sekaligus memperkenalkan peninggalan kearifan lokal masyarakat Kutai kepada dunia.

Para delegasi dari berbagai negara diundang untuk ikut terlibat dalam berbagai ritual adat yang berlangsung selama pelaksanaan Erau. (*)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved