Darurat Kabut Asap
Bukit Batuah Balikpapan Berselimut Kabut Asap dan Ancaman Kesehatan Warga Menderita ISPA
Disebutkan oleh Walikota Balikpapan Rizal Effendi, kawasan Balikpapan Utara banyak kasus penderita ISPA. Daerah Bukit Batuah Balikpapan masuk area ini
Penulis: Ilo | Editor: Rafan Arif Dwinanto
TRIBUNKALTIM.CO, BALIKPAPAN - Kali ini kabut asap masih selimuti kawasan Kota Balikpapan, Kalimantan Timur.
Sudah hampir lima hari sejak Jumat, kini kabut asap pun masih mengental di belahan bumi Kota Balikpapan yang dekat dengan calon lokasi ibu kota baru Republik Indonesia di Penajam Paser Utara dan Kabupaten Kutai Kartanegara.
Hitungan hari, kabut asap yang memang benar-benar pekat sudah sekitar tiga hari, landa Kota Balikpapan, Kalimantan Timur.
Satu halnya, pengamatan Tribunkaltim.co, di daerah Kelurahan Batu Ampar, Kecamatan Balikpapan Utara, Kota Balikpapan Kalimantan Timur kawasan Bukit Batuah Balikpapan masih diselimuti kabut asap pada Selasa (17/9/2019).
Seorang warga yang tinggal di Bukit Batuah Balikpapan, Kecamatan Balikpapan Utara, Paijah (35), mengatakan, kabut asap sudah beberapa hari ini mendera, khawatir akan memberi efek negatif bagi kesehatan tubuh. Disebutkan oleh Walikota Balikpapan Rizal Effendi, kawasan Balikpapan Utara banyak kasus penderita ISPA.
Apalagi belakangan hari ini, anak Paijah yang berusia 2 tahun lebih pun sedang masuk masa pemulihan sakit batuk-batuk dan pilek, khawatir jika terus-terusan kabut asap tidak hilang akan mendatangkan lagi petaka penyakit.
"Anak saya, sebisa mungkin saya larang banyak bermain di luar rumah. Alamnya lagi tidak bersehabat, kasihan kalau anak-anak itu rentan," ujarnya kepada Tribunkaltim.co
Mengenai kabut asap, sejauh ini ada catatan yang dikantongi oleh Walikota Balikpapan Rizal Effendi.
Dalam penyampaian pidato Hari Perhubungan Nasional 2019 di Kota Balikpapan, kali ini Walikota Balikpapan Rizal Effendi ingkatkan akan kasus terjangkitnya derita pernapasan.
Di wilayah Kota Balikpapan sudah mencapai ribuan orang menderita pernapasan atau ISPA.
Catatan dari Dinas Kesehatan Kota Balikpapan, kata dia, data dari Januari sampai September 2019 sekitar 3000 penderita ISPA di Kota Balikpapan.
Kecamatan Balikpapan Timur, Balikpapan Utara, dan Balikpapan Barat yang diklaim masyarakatnya lebih banyak terjangkit ISPA.
"Ini kabut asap segera berakhir dan tidak menggangu transportasi yang ada," ungkap Walikota Balikpapan Rizal Effendi.
Setelah berikan pidato upacara Hari Perhubungan Nasional Tahun 2019 ditutup dengan pembacaan doa. Tidak ketinggalan juga dilakukan pemberian secara simbolis masker dari beberapa perusahaan.
Hampir seluruh sebagian di Kalimantan Timur merasakan kabut asap, seperti di Penajam Paser Utara, Kabupaten Penajam hingga Samarinda dan Berau tak luput dari kepungan kabut asap.
Sampai ke wilayah Kabupaten Kutai Barat dan Kabupaten Mahakam Ulu pun mengental kabut asap.
Satu di antaranya, pengakuan dari warga di Long Bagun Mahakam Ulu, Otong Nangkih, kabut asap juga merambah sampai Long Bagun, Mahakam Ulu, beberapa hari ini.
Kata dia, kondisi kabut asap tersebut, selimuti daerah Long Bagun yang membuat suasana Sungai Mahakam pun tertutup kabut.
Keberadaan Sungai Mahakam menjadi denyut nadi kehidupan Mahakam Ulu. Saban hari masyarakat mengandalkan Sungai Mahakam sebagai jalur transportasi.
"Ada kabut asap harus hati-hati, jarak pandang terbatas," ungkap Otong melalui sambungan pesan Facebook pada Selasa (17/9/2019) pagi.
Berkaca pada peristiwa kabut asap bencana karhutla di tahun 2015, ada hal yang menjadi banyak kerugian yang diterima masyarakat.
Mengutip dari buku, Di Balik Tragedi Asap: Catatan kebakaran hutan dan lahan Tahun 2015, dibahas, bencana karhutla dan kabut asap 2015 juga berdampak serius.
Yakni terhadap kesehatan karena masyarakat terpapar langsung oleh udara kotor yang mengandung partikel debu yang sangat tinggi.
BNPB mencatat jumlah korban meninggal akibat karhutla dan kabut asap sebanyak 24 orang.
Mereka yang meninggal dunia disebabkan oleh terbakar saat terjadi kebakaran dan terpapar asap yang
menyebakan ISPA.
Dari 24 orang yang meninggal, sebanyak 12 orang meninggal dunia di Sumatera dan Kalimantan, delapan di Gunung Lawu, dan empat orang di Ponorogo.

Sedangkan jumlah penderita ISPA mencapai lebih dari 600 ribu orang dan yang terpapar asap berjumlah sekitar
60 juta orang.
Menurut BPNB, data penderita ISPA tersebut adalah jumlah orang yang terdata di rumah sakit maupun Puskesmas.
Fakta di lapangan mungkin menunjukkan realitas yang lebih besar dari data tersebut sebab tidak sedikit dari mereka yang menderita ISPA tidak tercatat dan terakses oleh tenaga medis di lapangan.
Data menurut Kementerian Kesehatan (Kemenkes), menjelang akhir tahun 2015 terhadap penyakit-penyakit yang berkaitan dengan peristiwa karhutla dan kabut asap, terdiri dari ISPA sebanyak 10.133 kasus, pneumonia sebanyak 311 kasus, asma sebanyak 415 kasus, iritasi mata sebanyak 689 kasus, dan iritasi kulit sebanyak 1.850 kasus.
Pusat Data dan Informasi Kemenkes RI pada dokumen Masalah Kesehatan Akibat Kabut Asap Kebakaran Hutan dan Lahan Tahun 2015 tidak banyak mencatat secara detil mengenai jumlah korban dan kerugian-kerugian pasca-karhutla dan kabut asap tahun 2015 lalu.
Namun, di dokumen tersebut salah satu data yang cukup lengkap dan bisa menjadi rujukan, adalah data ISPU di enam provinsi yang terdampak asap pada September hingga Oktober 2015.
Lanjut Usia dan Anak-anak Perlu Perhatian Lebih
Sisi lainnya, Partai Solidaritas Indonesia (PSI) mendesak wali kota, bupati, dan gubernur terkait, serta Presiden Joko Widodo untuk segera menanggulangi kebakaran hutan dan lahan di Sumatera dan Kalimantan.
“Ini kerja bersama. Semua aparat pemerintahan terkait harus bahu-membahu dan berkoordinasi. Kebakaran hutan dan lahan ini sudah sangat memperihatinkan,“ kata Juru Bicara PSI bidang Lingkungan Hidup, Mikhail Gorbachev Dom, dalam keterangan pers yang diterima oleh Tribunkaltim.co pada Senin 16 September 2019.
Selain itu, Gorba (sapaan akrab Mikhail) meminta pemerintah agar juga fokus membantu masyarakat yang terkena bencana asap.
Ketersediaan masker dengan spesifikasi yang sesuai kebutuhan serta distribusinya ke daerah-daerah yang terdampak harus dipastikan.
“Kelompok rentan seperti masyarakat berpendapatan rendah, lanjut usia, dan anak-anak harus mendapat perhatian lebih,” kata Gorba.
Di sisi lain, penegakan hukum lingkungan tidak bisa ditawar-tawar lagi. Pembukaan lahan dengan cara membakar hutan harus lenyap dari Indonesia.
Gorba, menegaskan kebakaran hutan dan lahan di Indonesia adalah bencana yang dipicu siklus iklim 5 tahunan, mirip banjir besar.
Siklus ini terjadi karena ada pembukaan lahan dan pengeringan lahan gambut seperti saat ini.
Hal yang juga mempengaruhi adalah cara pembukaan lahan dengan membakar, yang bukan hanya dilakukan masyarakat tapi juga perusahaan besar.
“Kami sungguh berharap Moratorium Hutan Permanen yang diteken 5 Agustus 2019 menjadi langkah awal dalam perbaikan tata kelola hutan Indonesia. Melalui anggota DPRD yang tersebar di wilayah kabupaten/kota, PSI siap mengawal perbaikan tata kelola hutan, khususnya hutan gambut,” ujar Gorba.
Ia mengingatkan, mengatasi kebakaran hutan gambut tidak sama dengan mengatasi kebakaran hutan biasa.
Sumber kebakaran hutan gambut bisa berada jauh di bawah permukaan tanah dan, karena itu, sangat sulit dipadamkan.
Pada 2014, kebakaran hutan dan lahan sangat parah dan menjadi catatan Presiden Jokowi.
Karena itu, dibentuklah Badan Restorasi Gambut (BRG) pada 2016 untuk mencegah terulangnya kembali kebakaran.
“Namun mengairi gambut memang lebih sulit daripada mengeringkannya. BRG kalah cepat dengan kekeringan yang memicu hotspot, titik api di banyak lahan gambut,” tutur Gorba.
(Tribunkaltim.co/BudiSusilo)