Darurat Kabut Asap
Rintangan dan Tantangan Taklukan Karhutla di Penajam Paser Utara, 9 Hari Padamkan 110 Hektar
Penanganan karhutla tersebut, jumlah peralatan yang disediakan, diantaranya, untuk BPBD Penajam Paser Utara menyediakan 16 unit pompa air
Penulis: Aris Joni | Editor: Budi Susilo
TRIBUNKALTIM.CO, PENAJAM - Kali ini kebakaran Hutan dan Lahan atau karhutla di lahan gambut di RT 11 dan RT 12 Kelurahan Petung dan RT 03 Desa Giripurwa.
Ini lokasi di Kabupaten Penajam Paser Utara (PPU), Kalimantan Timur ternyata berada ditengah hutan yang aksesnya sulit dijangkau.
Kendaraan pemadam hanya mampu berada di pinggir lokasi lahan yang terbakar.
Sedangkan titik api dan asapnya berada ditengah-tengah lahan dan tidak dapat dimasuki kendaraan roda empat.
Jalan sempit, berpasir dan bergunung menjadi kendala tersendiri dalam hal akses mobilisasi peralatan menuju titik kebakaran.
Hal itu diungkapkan langsung, kasubbid Logistik dan Peralatan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Penajam Paser Utara, Nurlaila kepada Tribunkaltim.co, di lokasi kebakaran lahan gambut, Selasa (17/9/2019).
Dikatakan Nurlaila, kendala utama dalam proses penanganan karhutla ini adalah sulitnya akses masuk dan sumber air.
Apalagi mematikan asap di bagian tengah, petugas harus menyalurkan selang hingga sepanjang 500 meter karena tidak dapat dimasuki kendaraan.
"Hampir setengah kilo untuk menarik selang saja, sangking dalamnya," ujar Nurlaila.
Lanjut dia, sedangkan untuk sumber air hanya memanfaatkan saluran primer yang ada di sepanjang lokasi kebarakaran, namun tercukupi, hanya saja jarak air ke titik api yang masih terlalu jauh.
"Disini memang ada saluran primer di sekitar lokasi yang bisa kita manfaatkan," ungkapnya.
Diketahui, dalam penanganan karhutla tersebut, jumlah peralatan yang disediakan, diantaranya, untuk BPBD Penajam Paser Utara menyediakan 16 unit pompa air portable, selang pemadam dan tiga unit motor traill.
Kemudian dari Polres PPU menyediakan satu unit mobil rantis dan 10 unit motor raimas. Selanjutnya, dari Kodim 0913/PPU menyediakan satu unit truk TNI dan lima unit motor traill.
Lalu, dari Dinas Pertanian PPU menyediakan satu unit mobil pemadam.
Sedangkan PMK menyediakan dua unit mobil pemadam. Dan terakhir, Manggala Agni menyediakan tiga unit motor traill.
Sisi lainnya, sudah lima hari ini, sejak Jumat, Bandara Kalimarau, Berau, Kalimantan Timur tidak beroperasi lantaran jarak pandang kurang dari 1 kilometer.
Jarak pandang yang rendah membuat aktivitas penerbangan di Bandara Kalimaru, Berau ini menjadi lumpuh, akibat kabut asap dari karhutla.
Kondisi ini, menurut Kepala Seksi Teknik dan Operasional Bandara Kalimarau, Budi Sarwanto hampir sama seperti yang terjadi di tahun 2015 lalu.
Di mana aktivitas penerbangan yang lumpuh, membuat arus penumpang dari dan menuju Bandara Kalimarau yang biasanya rata-rata mencapai 600 penumpang per hari, dalam empat hari terakhir jadi tidak ada penumpang sama sekali.
“Ini sudah hari kelima, sama seperti kemarin, hari ini masih belum ada perubahan bahkan hari ini, kabut asap semakin pekat dari hari kemarin.
Jarak pandang di Kalimarau masih di bawah 800 meter sehingga operasional bandara belum bisa dijalankan,” kata Budi Sarwanto kepada Tribunkaltim.co, Selasa (17/9/2019).
Budi mengatakan, jarak pandang minimal untuk operasional di Bandara Kalimarau, minimal 3,5 kilometer.
Akibat kabut asap ini, praktis nyaris tidak ada kegiatan di bandara.
“Tapi kami tetap ngantor, avsec (aviation security atau keamanan bandara) tetap berjaga,” ujar Budi.
Diakuinya, selama lima hari ini tidak ada penerbangan, membuat masyarakat yang datang ke bandara merasa kecewa.
Namun pihaknya tidak dapat berbuat banyak, lantaran kabut asap ini merupakan bencana yang di luar prediksi.
Sebagian masyarakat yang bepergian dari Berau menggunakan jasa transportasi darat menuju Samarinda dan Balikpapan.
“Dari Berau, yang paling banyak tujuan ke Balikpapan. Kalau kondisi cuaca begini, jalan darat sekitar 17 jam ke Samarinda,” ungkapnya.
Budi mengatakan, pihaknya juga terus berkoordinasi dengan bandara lain di Kalimantan Timur.
Seperti Samarinda dan Balikpapan.
“Bandara yang masih beroperasi hanya di Balikpapan,” imbuhnya.
Budi berharap, Satgas Kebakaran Hutan dan Lahan mendapat kemudahan untuk memadamkan api yang membakar hutan dan lahan di sejumlah kecamatan.
“Karena kebakaran hutan dan lahan lumayan banyak, sehingga mereka kewalahan,” tandasnya.
Di terminal keberangkatan penumpang Bandara Kalimarau, sejumlah calon penumpang hanya pasrah, menunggu dan berharap, kabut asap segera berakhir.
Suryani, salah satu calon penumpang pesawat mengatakan, dirinya memang baru membeli tiket pesawat melalui aplikasi di telepon selulernya tiga hari lalu.
“Saya kira dalam dua atau tiga hari lagi, cuaca akan normal. Tapi hari in sepertinya bakalan lama kabut asapnya,” kata Suryani yang berencana menuju Surabaya melalui Balikpapan ini.
Suryani mengaku tidak khawatir jika penerbangan hari ini ditunda atau dibatalkan.
“Saya tidak buru-buru juga, tapi kalau jalan darat, aduh, tidak sanggup saya. 16 jam di jalan itu terlalu lama dan capek,” keluhnya.
Dirinya hanya berharap, bencana kabut asap ini segera berakhir dan aktivitas masyarakat kembali normal.
Seperti diberitakan sebelumnya, Dinas Pendidikan dan Dinas Kesehatan akhirnya menyepakati untuk meliburkan sekolah, mulai dari Paud, TK, SD, SMP dan SMA.
"Yang dikhawatirkan, jika anak-anak usia sekolah ini tetap masuk sekolah, akan berakibat gangguan kesehatan dalam jangka panjang.
Karena itu, hasil keputusan rapat, Dinas Kesehatan diinstruksikan untuk meliburkan anak-anak sekolah," kata Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Berau, Totoh Hermanto.
Dinas Kesehatan juga mengimbau, agar masyarakat mengurangi aktivitas di luar ruangan, serta mengimbau masyarakat agar mengenakan masker jika memang harus beraktivitas di luar rumah.
Totoh menjelaskan, selain intensitas kabut asap yang makin tebal, dalam beberapa hari terakhir, abu sisa kebakaran hutan dan lahan juga banyak berjatuhan.
Ini menandakan, banyak partikel bekas pembakaran yang bercampur di udara.
Karbon sisa pembakaran ini dapat membahayakan kesehatan, seperti menyebabkan ISPA, iritas saluran pernafasan hingga paru-paru.
Karena itu, bagi masyarakat yang menjalankan aktivitas di luar ruangan, sangat disarankan menggunakan masker.
Sementara itu, Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Berau, Murjani membenarkan, pihaknya akan memberikan instruksi kepada setiap sekolah untuk meliburkan kegiatan belajar-mengajar.
"Menginstruksikan kepada pihak sekolah agar meliburkan siswa, terhitung mulai 16 September 2019, hingga 19 September 2019," ungkapnya.
Murjani menambahkan, masa libur sekolah ini bisa diperpanjang, jika kabut asap dalam beberapa hari ke depan, tetap belum normal.
Sisi lainnya, dalam upacara hari Perhubungan Nasional tahun 2019 di halaman kantor Walikota Balikpapan, Jalan Jenderal Sudirman, Kota Balikpapan, Kalimantan Timur pada Selasa (17/9/2019) pagi.
Nah, Walikota Balikpapan Rizal Effendi memberikan pidato dalam upacara tersebut.
Saat itu, Walikota Balikpapan Rizal Effendi singgung soal penyakit pernapasan yang saat ini pun Kalimantan Timur didera, dikepung kabut asap dari kegiatan kebakaran hutan dan lahan atau kahutla.
Kondisi penderita penyakit pernapasan atau ISPA di Kota Balikpapan bisa dibilang cukup besar.
(Tribunkaltim.co/Aris Joni)