Darurat Kabut Asap

Diselimuti Kabut Asap, Dinas Kesehatan PPU Kirim Surat Edaran ke 11 Puskesmas, Begini Isinya

Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat pada Dinas Kesehatan (Dinkes) Penajam Paser Utara, Syarifah Asmawati menyatakan, sudah mengeluarkan surat edaran

Penulis: Heriani AM | Editor: Budi Susilo
Tribunkaltim.co/Fachmi Rachman
Miss Glam World 2019, Ratih Ayu Syafriza saat tinjau karhutla di Penajam Paser Utara, Provinsi Kalimantan Timur pada Selasa (17/9/2019) siang. Bertemu sapa dengan tim pemadam karhutla di Penajam Paser Utara. 

TRIBUNKALTIM.CO, PENAJAM - Fenomena asap seminggu belakangan juga menghantui Kabupaten Penajam Paser Utara (PPU), Kalimantan Timur

Walau saat ini, kabut asap pekat sudah menipis dipagi hari, tidak menutup kemungkinan, dimusim kemarau panjang seperti ini asap akan belum bisa hilang total.

Hal tersebut dipengaruhi oleh peristiwa kebakaran hutan dan lahan atau karhutla yang tidak bisa diprediksi, baik di Kabupaten Penajam Paser Utara maupun di Kabupaten tetangga.

Kendati intensitas kebakaran di Penajam Paser Utara sudah bisa dikendalikan, namun udara malam hingga pagi hari masih tercampur asap tipis.

Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat pada Dinas Kesehatan (Dinkes) Penajam Paser Utara, Syarifah Asmawati menyatakan, sudah mengeluarkan surat edaran sejak kemarin, Selasa (17/9/2019), kepada 11 Puskesmas di Kabupaten PPU untuk disampaikan kepada masyarakat.

"Dianjurkan untuk tidak keluar rumah kalau tidak ada keperluan berarti. Juga meminta pihak puskesmas untuk menyampaikan kepada masyarakat agar menggunakan masker ketika keluar rumah," katanya, Rabu (18/9/2019).

Selain itu, Dinas Kesehatan juga mengingatkan agar perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) masyarakat tetap diutamakan.

Serta banyak meminum air putih.

"Mengingat kondisi cuaca yang panas, dianjurkan untuk minum banyak air putih dan perbanyak konsumsi makanan dengan gizi seimbang," tambahnya.

Surat edaran tersebut merupakan intervensi yang dilakukan Dinas Kesehatan Penajam Paser Utara, agar masyarakat terbebas dari penyakit saluran pernapasan dan penyakit lainnya.

Menurut Syarifah, kondisi asap di PPU cukup terasa, utamanya mulai malam hari hingga pagi hari menjelang. Meski demikian, rekapan jumlah warga yang menderita penyakit infeksi saluran napas atas (ISPA) belum dikantonginya.

Sebelumnya, Dinas Kesehatan PPU sudah menyalurkan 5000 pack isi 50 buah masker kepada 11 Puskesmas di Penajam Paser Utara.

Pasokan yang dimiliki saat ini berjumlah 2500 pack yang siap didistribusikan jika ada permintaan tambahan dari Puskesmas.

Kali ini kebakaran Hutan dan Lahan atau karhutla di lahan gambut di RT 11 dan RT 12 Kelurahan Petung dan RT 03 Desa Giripurwa.

Ini lokasi di Kabupaten Penajam Paser Utara (PPU), Kalimantan Timur ternyata berada ditengah hutan yang aksesnya sulit dijangkau.

Kendaraan pemadam hanya mampu berada di pinggir lokasi lahan yang terbakar.

Sedangkan titik api dan asapnya berada ditengah-tengah lahan dan tidak dapat dimasuki kendaraan roda empat.

Jalan sempit, berpasir dan bergunung menjadi kendala tersendiri dalam hal akses mobilisasi peralatan menuju titik kebakaran.

Hal itu diungkapkan langsung, kasubbid Logistik dan Peralatan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Penajam Paser Utara, Nurlaila kepada Tribunkaltim.co, di lokasi kebakaran lahan gambut, Selasa (17/9/2019).

Dikatakan Nurlaila, kendala utama dalam proses penanganan karhutla ini adalah sulitnya akses masuk dan sumber air.

Apalagi mematikan asap di bagian tengah, petugas harus menyalurkan selang hingga sepanjang 500 meter karena tidak dapat dimasuki kendaraan.

"Hampir setengah kilo untuk menarik selang saja, sangking dalamnya," ujar Nurlaila.

Lanjut dia, sedangkan untuk sumber air hanya memanfaatkan saluran primer yang ada di sepanjang lokasi kebarakaran, namun tercukupi, hanya saja jarak air ke titik api yang masih terlalu jauh.

"Disini memang ada saluran primer di sekitar lokasi yang bisa kita manfaatkan," ungkapnya.

Diketahui, dalam penanganan karhutla tersebut, jumlah peralatan yang disediakan, diantaranya, untuk BPBD Penajam Paser Utara menyediakan 16 unit pompa air portable, selang pemadam dan tiga unit motor traill.

Kemudian dari Polres PPU menyediakan satu unit mobil rantis dan 10 unit motor raimas. Selanjutnya, dari Kodim 0913/PPU menyediakan satu unit truk TNI dan lima unit motor traill.

Lalu, dari Dinas Pertanian PPU menyediakan satu unit mobil pemadam.

Sedangkan PMK menyediakan dua unit mobil pemadam. Dan terakhir, Manggala Agni menyediakan tiga unit motor traill.

Sisi lainnya, sudah lima hari ini, sejak Jumat, Bandara Kalimarau, Berau, Kalimantan Timur tidak beroperasi lantaran jarak pandang kurang dari 1 kilometer.

Jarak pandang yang rendah membuat aktivitas penerbangan di Bandara Kalimaru, Berau ini menjadi lumpuh, akibat kabut asap dari karhutla.

Kondisi ini, menurut Kepala Seksi Teknik dan Operasional Bandara Kalimarau, Budi Sarwanto hampir sama seperti yang terjadi di tahun 2015 lalu.

Di mana aktivitas penerbangan yang lumpuh, membuat arus penumpang dari dan menuju Bandara Kalimarau yang biasanya rata-rata mencapai 600 penumpang per hari, dalam empat hari terakhir jadi tidak ada penumpang sama sekali.

“Ini sudah hari kelima, sama seperti kemarin, hari ini masih belum ada perubahan bahkan hari ini, kabut asap semakin pekat dari hari kemarin.

Jarak pandang di Kalimarau masih di bawah 800 meter sehingga operasional bandara belum bisa dijalankan,” kata Budi Sarwanto kepada Tribunkaltim.co, Selasa (17/9/2019).

Budi mengatakan, jarak pandang minimal untuk operasional di Bandara Kalimarau, minimal 3,5 kilometer.

Akibat kabut asap ini, praktis nyaris tidak ada kegiatan di bandara.

“Tapi kami tetap ngantor, avsec (aviation security atau keamanan bandara) tetap berjaga,” ujar Budi.

Diakuinya, selama lima hari ini tidak ada penerbangan, membuat masyarakat yang datang ke bandara merasa kecewa.

Namun pihaknya tidak dapat berbuat banyak, lantaran kabut asap ini merupakan bencana yang di luar prediksi.

Sebagian masyarakat yang bepergian dari Berau menggunakan jasa transportasi darat menuju Samarinda dan Balikpapan.

“Dari Berau, yang paling banyak tujuan ke Balikpapan. Kalau kondisi cuaca begini, jalan darat sekitar 17 jam ke Samarinda,” ungkapnya.

Budi mengatakan, pihaknya juga terus berkoordinasi dengan bandara lain di Kalimantan Timur.

Seperti Samarinda dan Balikpapan.

“Bandara yang masih beroperasi hanya di Balikpapan,” imbuhnya.

Budi berharap, Satgas Kebakaran Hutan dan Lahan mendapat kemudahan untuk memadamkan api yang membakar hutan dan lahan di sejumlah kecamatan.

“Karena kebakaran hutan dan lahan lumayan banyak, sehingga mereka kewalahan,” tandasnya.

(Tribunkaltim.co)

Sumber: Tribun Kaltim
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved