Darurat Kabut Asap

Dandim 0904/Tng Usulkan Penggunaan Dana Reboisasi untuk Pengadaan Peralatan Pemadam Karhutla

Posko kecamatan, lanjut Widya, berkantor di Kantor Kecamatan masing-masing, sedangkan Ibukota Kabupaten Paser menjadi pusat komando darurat karhutla.

Editor: Budi Susilo
TribunKaltim/Fachmi Rachman
Miss Glam World 2019, Ratih Ayu Syafriza saat meninjau lokasi karhutla di Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur pada Selasa, (17/9/2019). 

Selama itu pula, Kodim 0904/Tng dan Polres Paser sebagai bagian Tim Terpadu penanggulangan karhutla aktif melakukan upaya pemadaman bersama BPBD Paser, Damkar Satpol PP Paser dan Manggala Agni Daops. TNI dan Polri juga aktif melakukan sosialisasi bahaya karhutla ke masyarakat.

Namun titik Karhutla tak jarang berada di lokasi yang tidak bisa dilewati mobil pemadam, sehingga proses pemadamannya memerlukan tenaga yang cukup banyak. Dihadapkan keterbatasan peralatan dan jauh dari sumber air, personil yang bertugas di lapangan pun harus bekerja ekstra keras.

“Asap akibat Karhutla tidak baik bagi kesehatan dan mengganggu aktivitas sehari-hari masyarakat. Personil yang bertugas di lapangan siang malam memadamkan api, makanya kami berharap sinergi pemerintah daerah dalam penanganan Karhutla,” ucapnya.

Dalam Konferensi Pers ini, Roy juga merilis pengungkapan kasus Karhutla terhadap tersangka Haji As (58), warga Desa Busui RT 01 Kecamatan Batu Sopang. As dijerat UU 41/1999 tentang Kehutanan, terkait kebakaran lahan di RT 01 Desa Busui sekitar pukul 14.30 WITA, Selasa (17/9/2019).

Upaya penyelidikan terus dilakukan, sehingga Roy berharap masyarakat tidak lagi membuka lahan dengan cara dibakar.

“Kami (Muspida) sepakat melakukan penindakan terhadap pelaku Karhutla, sebab awal tahun 2019 kami sudah gencar melakukan sosialisasi Karhutla, makanya kita himbau warga tak lagi membuka lahan dengan cara dibakar,” tambahnya.

Sisi lainnya, kebakaran hutan dan lahan ( karhutla) kembali terjadi di berbagai wilayah di Indonesia. Terakhir, kebakaran hutan menyebabkan kondisi udara di lima kota dan kabupaten dinyatakan berbahaya, dampak juga ke Kalimantan Timur.

Akibatnya asap dari peristiwa itu sampai ke beberapa negara tetangga, seperti Brunei, Thailand, Vietnam, Filipina, dan Sri Langka. Hal itu sebagaimana diberitakan Kompas.com (14/9/2019).

Laporan terbaru dari Kompas.com, Kamis (19/9.2019) mengatakan, para korban asap yang mengungsi di posko kesehatan area Pekanbaru sudah sesak napas dan batuk pilek akibat kualitas udara yang sangat tidak sehat hingga berbahaya.

Lalu, bayi berusia 8 bulan bernama Yoselin asal Kabupaten Indragiri Hilir, Riau, menderita batuk dan muntah akibat kabut asap Riau.

Efek karhutla yang semakin tak terkendali ini pun mengunggah hati seorang aktivis lingkungan asal Perancis, Chanee Kalaweit.

Lewat sebuah video yang diunggah di akun Yotube, Channe, begitu ia biasa disapa, menyampaikan pendapatnya mengenai cara menanggulangi karhutla.

Dalam video tersebut Channe mengungkapkan kesedihannya terhadap bencana karhutla yang sangat berdampak besar bagi masyarakat Indonesia.

Channe merasa sedih dan frustasi karena peristiwa ini persis seperti tragedi karhutla di tahun 2015, di mana dampak karhutla membuatnya harus melihat sang buah hati menderita sakit batuk.

"Yang paling membuat saya sedih dan frustasi adalah situasi yang kita alami di tahun 2019 ini tidak bisa diantisipasi," ujar dia.

Halaman
1234
Sumber: Tribun Kaltim
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved