Kabut Asap Mewabah, Kualitas Udara di Kukar Kalimantan Timur Masih di Bawah Ambang Mutu
Ia menuturkan, pihaknya akan membentuk tim-tim kecil terdiri OPD terkait. Tim kecil ini akan tidur langsung di rumah-rumah warga di sana.
Penulis: Rahmad Taufik | Editor: Budi Susilo
DLH Kaltim melakukan pengukuran selama 1-2 jam, sedangkan DLHK Kukar selama 24 jam.
"Hasil keduanya hampir sama masih di bawah baku mutu, itu masih dalam kategori baik, pengukuran dilaksanakan pada 17-18 September kemarin," ujarnya. Menurutnya, cuaca Kukar saat ini masih baik, bahkan di wilayah Kota Bangun sempat turun hujan.
Ia berharap warga tetap mendengarkan arahan Dinkes karena kabut asap ini sifatnya terus bergerak tergantung kecepatan angin. Pihaknya juga terus berkoordinasi dengan Dinkes.
"Di Dinkes hari itu mengeluarkan apakah ini masuk darurat atau tidak, mereka menunggu hasil sampling dari kami. Sebelum hasil sampling keluar, Pak Sekda tetap mengeluarkan surat edaran ke sekolah, organisasi dan masyarakat terkait pencegahan Karhutla dulu," ucap Alfian.
Sisi lainnya, kebakaran hutan dan lahan ( karhutla) kembali terjadi di berbagai wilayah di Indonesia. Terakhir, kebakaran hutan menyebabkan kondisi udara di lima kota dan kabupaten dinyatakan berbahaya, dampak juga ke Kalimantan Timur.
Akibatnya asap dari peristiwa itu sampai ke beberapa negara tetangga, seperti Brunei, Thailand, Vietnam, Filipina, dan Sri Langka. Hal itu sebagaimana diberitakan Kompas.com (14/9/2019).
Laporan terbaru dari Kompas.com, Kamis (19/9.2019) mengatakan, para korban asap yang mengungsi di posko kesehatan area Pekanbaru sudah sesak napas dan batuk pilek akibat kualitas udara yang sangat tidak sehat hingga berbahaya.
Lalu, bayi berusia 8 bulan bernama Yoselin asal Kabupaten Indragiri Hilir, Riau, menderita batuk dan muntah akibat kabut asap Riau.
Efek karhutla yang semakin tak terkendali ini pun mengunggah hati seorang aktivis lingkungan asal Perancis, Chanee Kalaweit.
Lewat sebuah video yang diunggah di akun Yotube, Channe, begitu ia biasa disapa, menyampaikan pendapatnya mengenai cara menanggulangi karhutla.
Dalam video tersebut Channe mengungkapkan kesedihannya terhadap bencana karhutla yang sangat berdampak besar bagi masyarakat Indonesia.
Channe merasa sedih dan frustasi karena peristiwa ini persis seperti tragedi karhutla di tahun 2015, di mana dampak karhutla membuatnya harus melihat sang buah hati menderita sakit batuk.
"Yang paling membuat saya sedih dan frustasi adalah situasi yang kita alami di tahun 2019 ini tidak bisa diantisipasi," ujar dia.
Saat dihubungi Kompas.com, Kamis (19/9/2019), Channe bercerita jika dirinya kini tinggal di Kalimantan tengah, tepatnya di Kabupaten Barito Utara. Meski jauh dari titik api, Channe mengatakan dampak asap juga dirasakannya di Kalimantan tengah.
"Jarak pandang disini sekitar 154 meter dengan asap yang tebal tetapi semua ini merupakan asap kiriman dari daerah Palangkaraya atau Sampit karena wilayah saya tinggal hampir tidak ada gambut," ucapnya.