Sejarah Hari Ini

SEJARAH HARI INI: Hari Bahasa Isyarat Internasional 23 September, Yuk Belajar Bahasa Isyarat!

Sejarah Hari Ini, bertepatan dengan Hari Bahasa Isyarat Internasional yang jatuh setiap 23 September.

Editor: Doan Pardede
Freepik.com
SEJARAH HARI INI: Hari Bahasa Isyarat Internasional 23 September, Yuk Belajar Bahasa Isyarat! 

TRIBUNKALTIM.CO - Sejarah Hari Ini, bertepatan dengan Hari Bahasa Isyarat Internasional yang jatuh setiap 23 September.

Apa itu Hari Bahasa Isyarat Internasional?

Peringatan Hari Bahasa Isyarat Internasional baru saja ditetapkan oleh PBB pada 23 September 2017 lalu.

Curhat Aura Kasih Ngobrol Bareng Ibu Mertua, Gunakan Google Translate hingga Bahasa Isyarat

SEJARAH HARI INI: 21 September Hari Perdamaian Internasional Digaungkan, Perubahan Iklim Disoroti

SEJARAH HARI INI: 74 Tahun Lalu, Hariyono Tertembak Setelah Robek Bendera Belanda di Hotel Yamato

Sejarah Hari Ini, Pembelian Terburuk Real Madrid Bernama Luka Modric, Kini Paling Dipuja

Hari Bahasa Isyarat Internasional ditetapkan pada tanggal tersebut karena bertepatan dengan kongres pertama tuli dunia yang jatuh pada 23 September tahun 1951 di Italia, dan merupakan hasil diskusi dari World Federation of the Deaf dan PBB.

Peringatan ini bertujuan agar para difabel khusunya orang tuli mendapatkan hak yang sama seperti warga lainnya salah satunya hak mendapatkan informasi.

Di Indonesia, beberapa stasiun televisi telah melengkapi siaran berita dengan bahasa isyarat yang bisa dilihat oleh orang-orang tuli.

Namun, meskipun hari ini diperingati sebagai Hari Bahasa Insyarat Internasional, pada kenyataannya belum ada bahasa isyarat internasional yang sukses diterapkan.

Bahasa isyarat unik dalam jenisnya di setiap negara.

Bahasa isyarat bisa saja berbeda di negara-negara yang berbahasa sama.

Contohnya, Amerika Serikat dan Inggris meskipun memiliki bahasa tertulis yang sama, mereka memiliki bahasa isyarat yang sama sekali berbeda (American Sign Language dan British Sign Language).

Hal yang sebaliknya juga berlaku. Ada negara-negara yang memiliki bahasa tertulis yang berbeda (contoh: Inggris dengan Spanyol), tetapi menggunakan bahasa isyarat yang sama.

Untuk Indonesia, ada bahasa isyarat yaitu Bahasa Isyarat Indonesia atau BISINDO yang pengembangannya didukung oleh salah satu lembaga donatur dari Jepang yang melibatkan Chinese University of Hong Kong dan Universitas Indonesia.

Untuk Sistem Isyarat Bahasa Indonesia (SIBI) merupakan sistem isyarat (bukan bahasa isyarat) yang dibuat oleh orang-orang dengar tanpa melibatkan orang tuli dalam pendidikan pendidikan luar biasa.

Sistem Isyarat Bahasa Indonesia
Sistem Isyarat Bahasa Indonesia ( )

Kampanye Bahasa Isyarat

Melansir Kompas.com, dalam sebuah wawancara bersama Panji Surya Putra Sahetapy atau Surya, seorang aktivis tuli sekaligus putra dari artis senior Dewi Yull dan Ray Sahetapy, ia menjelaskan tujuan menggunakan bahasa isyarat.

Seringkali, orang tertipu menganggapnya sebagai orang dengar karena Surya piawai berkomunikasi dengan membaca bibir walaupun ia tak dapat mendengar secara total.

Meskipun berbicara lancar dan menyerap kalimat lawan bahasanya dengan membaca bibir, Surya tetap menyelingi omongannya dengan gerakan tangan dan mimik ekspresif yang merupakan bahasa kaum tuli.

Sejak tahun 2014, Surya terlibat mengajar bahasa isyarat untuk masyarakat umum dan mengedukasi tentang dunia bahasa isyarat.

Edukasi itu juga termasuk bagaimana membedakan terminologi tuna rungu dan tuli.

“Selama ini, masyarakat memakai kata tunarungu dan menganggap kata tuli itu sebagai bahasa kasar. Buat kami, tunarungu justru kasar. Tuli merupakan terminologi sosial budaya, merepresentasikan bahwa kami adalah pengguna bahasa isyarat. Tidak ada malu,” kata Surya.

Kata tunarungu justru berasal dari persepsi medis. Tuna berarti rusak sehingga tuna rungu bermakna rusak pendengaran.

“Harus diperbaiki supaya bisa mendengar. Kami tidak butuh. Nggak bisa dengar enggak masalah. Masih ada cara lain seperti bahasa isyarat, terapi wicara, baca bibir. Masih bisa cara lain. Kami mengedukasi supaya semakin banyak masyarakat yang tahu. Orang berfikir bahasa isyarat hanya untuk orang tuli saja. Padahal tidak,” tambah Surya.

Dunia Fauna Berduka, Koko si Gorila Cerdas yang Bisa Berbahasa Isyarat Meninggal Dunia

Mendadak Viral Aksi Juru Bahasa Isyarat Debat Pilpres 2019, Terungkap Ada Kisah Sedih Sonya Maramis

Sejarah Hari Ini, Kemenangan Armada Laut Indonesia Atas Jepang, dan Dualisme Hari Maritim Nasional

SEJARAH HARI INI: WS Rendra Wafat 6 Agustus 2009, Terungkap Kata-kata Terakhir Si Burung Merak

Dengan belajar bahasa isyarat, masyarakat tak hanya bisa berkomunikasi dengan orang tuli.

Bahasa isyarat ternyata mampu membuat otak lebih aktif.

Bahasa isyarat tidak hanya melibatkan kelincahan tangan, tetapi juga gerakan ekspresi di wajah.

Semakin banyak bahasa isyarat yang digunakan maka semakin ekspresif seseorang.

Ibarat senam muka, ekspresi intens ketika berbahasa isyarat itulah yang menjadi kunci awet muda dan membentuk wajah yang selalu tersenyum seperti yang dimiliki Surya.

(*)

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved