Mulai Turun Hujan Deras di Balikpapan, Walikota Rizal Effendi Berjanji Jaga Drainase Tetap Lancar
Walikota Balikpapan Rizal Effendi mengatakan jika permasalahan banjir itu memang terjadi di pembangunan kota, ada turun hujan deras di Balikpapan.
Penulis: Jino Prayudi Kartono | Editor: Budi Susilo
Sehingga hujan sebentar saja air sering meluap di area tersebut.
"Kalau hujan deras sebentar saja langsung banjir," kata Rifki penjual Salome yang berjualan dekat taman tersebut. Ia pun pernah harus berjualan di trotoar depan rumah warga yang tinggi.
Soalnya air menutupi jalan dan jalanan tersebut tidak bisa dilewati.
"Habis hujan sering sampah berhamburan keluar dari parit. Terus pas surut seringkali mengeluarkan bau enggak enak," ujarnya.
Dari pengamatan Tribun Kaltim.co ketika berada di area tersebut tercium bau sampah yang menyengat. Air parit berwarna hitam keruh dengan sampah yang menumpuk.
Bahkan pasir sisa endapan air hujan masih tersisa di jalanan dekat taman. Kondisi tersebut diduga saat hujan deras mengguyur kota Balikpapan pagi tadi.
Pagi hari ini turun hujan deras di Balikpapan, Provinsi Kalimantan Timur pada Selasa (24/9/2019), ibaratnya menyudahi musim kemarau.
Pengamatan Tribunkaltim.co, momen hari ini turun hujan deras di Balikpapan ini terjadi di daerah Pesona Bukti Batuah Balikpapan, Kelurahan Batu Ampar, Kecamatan Balikpapan Utara, Kota Balikpapan, Kalimantan Timur.
Guyuran hujan yang membasahi tanah Balikpapan mendapat respon warga yang bermukim di daerah ini.
Satu di antaranya, Wiwin (35), begitu hari ini turun hujan deras di Balikpapan, pria yang sehari-hari bekerja sebagai security di sebuah hotel berbintang ini langsung bertindak.
Kala itu Wiwin langsung menyiapkan drum besar plastik yang sudah disimpan di dalam rumahnya.
Ternyata drum itu digunakan untuk menampung curahan turun hujan deras di Balikpapan, Kalimantan Timur.
Selama ini, hampir sebulan di daerah permukiman Wiwin mengalami musim kemarau, sama sekali tidak merasakan siraman turun hujan deras di Balikpapan.
Kontan dengan kondisi kemarau membuat dirinya kesulitan mendapatkan air bersih, aliran air PDAM tidak mengalir sampai ke rumah-rumah.
Terpaksa saban hari harus mengandalkan air bersih yang dibeli secara eceran, membeli ke para tukang jualan air tandon dengan tarif Rp 80 ribu per tandon.