Pelayanan PDAM Danum Taka dalam Kondisi Kurang Maksimal, Sistem Bergilir Masih Berlaku
Proyek normalisasi instalasi pengolahan air bersih atau water treatment plant (WTP) baru Lawe-Lawe Kecamatan Penajam, masih berjalan.
Penulis: Heriani AM | Editor: Budi Susilo
TRIBUNKALTIM.CO, BALIKPAPAN - Hujan yang mengguyur wilayah Kabupaten Penajam Paser Utara (PPU), utamanya di Kecamatan Penajam cukup membantu debit air perusahaan daerah air minum atau PDAM Danum Taka.
Hal ini disampikan oleh Direktur PDAM Danum Taka, Abdul Rasyid pada Kamis (26/9/2019).
"Laporan yang saya terima, hujan deras tadi malam cukup membantu untuk menaikkan debit air. Tapi angka hingga 5 liter per detik tidak sampai kesana," katanya kepada Tribunkaltim.co
Hujan dengan durasi cukup lama tersebut, menurut Abdul Rasyid hanya membasahi permukaan saja.
Meski begitu, tetap membantu peningkatan sumber air meski tidak signifikan.
Proyek normalisasi instalasi pengolahan air bersih atau water treatment plant (WTP) baru Lawe-Lawe Kecamatan Penajam, masih berjalan di bawah tanggung jawab Dinas PUPR PPU.
Mengakibatkan air baku cukup kotor.
Pelayanan PDAM Danum Taka, diakui Rasyid memang dalam kondisi kurang maksimal.
Sistem bergilir masih terus diberlakukan sepanjang WTP baru 200 liter per detik belum difungsikan dan masih menggunakan eksisting WTP 75 liter per detik saja.
Sistem bergilir disetiap cakupan wilayah, memiliki jeda 6 hingga 8 jam perharinya.
"Manajemennya akan kami perbaiki, supaya sistem itu bisa kita perkecil durasinya," imbuhnya.
Sumber air baku PDAM Danum Taka di wilayah Kelurahan Penajam hingga Kelurahan Petung, Kecamatan Penajam, hanya mengandalkan Sungai Lawe-Lawe.
Untuk memulai perbaikan manajemen sistem buka tutup keran, harus menunggu pasokan air baku stabil dulu.
Saat pasokan air baku stabil, WTP 200 liter per detik sudah mulai beroperasi dan terkoneksi dengan jaringan pipa 120 kilometer yang masih dalam tahap pembangunan, Rasyid optimis sistem buka tutup akan berkurang, paling sedikit dikurangi 5 jam saja.
Untuk mengatasi permasalahan air yang tidak mengalir dikeran masyarakat, PDAM Danum Taka atas arahan Bupati PPU, akan menyalurkan air secara gratis kepada masyarakat.
Dikhususkan kepada masyarakat yang masuk cakupan layanan PDAM.
Tapi tidak menutup kemungkinan, daerah-daerah yang juga mengalami kekeringan dan membutuhkan air, bisa mendapat pasokan juga. Rasyid mempersilahkan oknum tersebut untuk menghubungi PDAM.
"Kalau hidran airnya tidak cukup, karena memang hanya ada 10, kita minta masyarakat secara mandiri menyediakan sendiri di depan rumahnya dan mobil tangki kita jalan secara paralel," ungkapnya.
Satu hidran air berkapasitas 1500 ton, diperkirakan cukup untuk 70 hingga 100 kartu keluarga (KK). Pemberian bantuan sosial rencananya akan dimulai hari senin pekan depan.
"Tapi tergantung permintaan masyarakat melalui kelurahan/desa. Nanti kita menyurat ke kelurahan, daerah mana saja yang membutuhkan, kita akan bantu," pungkasnya.
Pemerintah Kabupaten Penajam Paser Utara (PPU) pada Kamis (26/9/2019) di Aula Pertemuan Lantai I, Kantor Bupati Penajam Paser Utara, lakukan lokakarya ekspos rencana aksi daerah penyediaan air minum dan penyehatan lingkungan (RAD-AMPL) 2019-2023.
Sekretaris Badan Perencanaan, Penelitian dan Pengembangan atau Bapelitbang Penajam Paser Utara, Hadi Saputro menjelaskan.
Inti dari kegiatan lokakarya adalah mengekspos dokumen yang sudah disusun oleh tim dari Bapelitbang dan tenaga ahli.
Dokumen tersebut terkait penyusunan RAD-AMPL jangka menengah lima tahun yakni 2019 hingga 2023.
"Kita ingin Penajam Paser Utara 100 persen memiliki akses air bersih dan sanitasi baik serta zero kawasan kumuh," katanya kepada Tribunkaltim.co pada Kamis (26/9/2019).
Perwujudan 100 persen akses air bersih, sanitasi baik dan zero kawasan kumuh, merupakan tanggung jawab pemerintah daerah.
Yang berkelobarasi dengan pemerintah kelurahan desa maupun masyarakat.
Olehnya itu, RAD-AMPL yang diselenggarakan berbasis masyarakat.
"Supaya mereka dapat merasa memiliki. Kita belajar dari pengalaman-pengalaman sebelumnya dimana kebijakan selalu topik down.
Makanya kita mencoba mengambil usulan dengan masyarakat, agar penyempurnaan dokumen RAD-AMPL betul-betul dengan andil mereka.
Mulai dari perencanaan sampai dengan pelaksanaan," terangnya.
Khusus penyediaan air minum, Pemkab PPU juga melakukan aksi daerah melalui Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM).
Pihak Dinas PUPR Penajam Paser Utara masih melakukan pipanisasi, ke wilayah yang belum tersambung pipa jaringan air bersih.
Hadi menyinggung soal water treatment plant (WTP) baru Lawe-lawe Kecamatan Penajam yang masih dalam tahap penyambungan pipa.
Kapasitas WTP itu mumpuni, mencapai 200 perdetik.
Namun pipa distribusi belum menjangkau beberapa wilayah.
"Alokasi anggaran, sesuai Perda penyertaan modal ke PDAM, sudah ada dalam jangka waktu lima tahun senilai Rp75 miliar," tambahnya.
Sedangkan instalasi pengolahan air minum pada waduk di Kecamatan Waru, kata Hadi menunggu pengembangan.
Memang belum maksimal, karena masyarakat sebagian besar masih menggunakan sumur air dalam atau bawah tanah alih-alih PDAM.
Padahal, sumber air disana cukup melimpah.
"Seperti halnya di Babulu, Sepaku dan Sotek," imbuhnya.
Sisi lainnya, Warga Gunung Traktor RT 31 dan RT 50, Kota Balikpapan, Provinsi Kalimantan Timur terlihat bahagia.
Hal itu diakibatkan datangnya distribusi air bersih dari pihak PDAM.
Truk dengan tangki berukuran 5 meter kubik ini parkir di pinggir jalan.
Kali ini Walikota Balikpapan Rizal Effendi beserta staf dari PDAM Kota Balikpapan pun menyambangi area tersebut.
Berjalan kaki berjarak ratusan meter dari jalanan rombongan pun melihat kondisi pendistribusian air.
Selang yang dipakai pun cukup panjang. Lebih dari 100 meter selang terpasang dari truk menuju pemukiman warga.
Air pun tersalurkan melalui selang berdiameter cukup besar. Air pun segera diisi ke beberapa tandon dan drum air yang dimiliki oleh warga.
Salah satu warga bernama Fitri mengatakan air area kampungnya ini sudah menyalurkan air selama satu bulan ini.
Kejadian ini pernah terjadi tiga tahun sebelumnya di tahun 2015.
Ia mengatakan untuk bisa mencukupi kebutuhan mandi, memasak dan kebutuhan sanitasi lainnya ia pun harus menunggu jatah dari PDAM selama seminggu sekali.
"Seminggu ini saya jatah sekitar dua drum. Ya mau enggak mau harus dihemat," kata Fitri.
Menurutnya harga air dari PDAM cukup murah dibandingkan membeli air dari pihak swasta.
Dari penuturannya satu meter kubik air dibayar sekitar 18 ribu.
Sementara di PDAM sendiri mematok harga Rp 10 ribu per meter kubiknya.
"Kalau beli di luar mahal. Mau tidak mau harus nunggu jatah bergilir dari PDAM," ucapnya.
Ratusan warga di kedua RT tersebut mendapatkan pasokan air bersih.
PDAM selama beberapa hari kedepan menjelajahi beberapa daerah yang terkena dampak mati air.
Daerah berbukit di kota Balikpapan menjadi prioritas utama.
"Kita tunggu laporan dari warga. Lalu sudah ada laporan berapa warga yang membutuhkan kita langsung antar," kata Dirut PDAM kota Balikpapan Haidir Effendi.