Pengadian dr. Soeko Marsetiyo Berakhir di Tolikara, Tewas Saat Kerusuhan di Kota Wamena
Pengandian dr. Soeko Marsetiyo (53 tahun) yang telah bertugas di Kabupaten Tolikara, Papua selama lima tahun harus berakhir.
TRIBUNKALTIM.CO,JAYAPURA-Pengandian dr. Soeko Marsetiyo (53 tahun) yang telah bertugas di Kabupaten Tolikara, Papua selama lima tahun harus berakhir.
Berakhir bukan karena pindah tugas atau pensiun, namun dokter ini menjadi salah satu korban tewas dalam kerusuhan di Kota Wamena, Kabupaten Jayawijaya.
Padahal selama mengabdi di Tolikara, Soeko rela meninggalkan keluarganya yang berada di Yogyakarta untuk melayani masyarakat di pedalaman Papua.
• Sudah Ditemukan 32 Korban Tewas Kericuhan Wamena, Rata-rata Ditemukan di Puing Rumah
• Warga Ingin Tinggalkan Kota Wamena, Ini Sederet Fakta Kerusuhan Wamena
Sekretaris Dinas Kesehatan Papua dr. Silwanus Sumule, Sp.OG(K) mengakui bila saat ini tidak mudah mencari seorang dokter yang bersedia ditugaskan di wilayah terpencil,
walau pada saat disumpah menjadi seorang dokter mereka harus mau bertugas dimanapun dan dalam kondisi apapun.
Namun, hal ini berbeda ketika dr. Soeko datang ke Papua sekitar tahun 2014.
"Saya tidak terlalu tahu dia sebelumnya bertugas di mana, tetapi ketika dia datang di Papua dia langsung bertugas di Tolikara dan memang dia meminta pelayanannya di daerah yang terisolir," tuturnya saat dihubungi Kompas.com melalui sambungan telepon, Kamis (26/9/2019).
Silwanus menilai, dengan usia yang tidak muda lagi, seorang dokter biasanya sudah ingib merasakan kehidupan yang nyaman.
Tetapi, hal tersebut tidak berlaku bagi dr. Soeko yang terus bersikeras untuk tetap mengabdi di pedalaman Papua.
• Sejumlah Fasilitas PLN Dibakar, Sebagian Kota Wamena Gelap Gulita Pascakerusuhan
• 9 Warga Sumatera Barat Tewas di Wamena, Gubernur Sumbar: Tetap Tenang
"Itu luar biasa, beliau mau mengabdi di daerah yang sulit di usianya sekarang 53 tahun. Biasanya orang sudah meminta di kota, dia masih meminta untuk bertahan di daerah yang terisolir," kata Silwanus.
Dunia kedokteran berduka
Tewasnya dr. Soeko pada 23 September 2019 setelah sebelumnya sempat mendapat penanganan medis di RSUD Wamena, merupakan duka bagi seluruh insan kesehatan di Papua.
Silwanus memastikan seluruh insan kesehatan di Papua akan memberikan penghormatan terakhir kepada dr. Soeko sebelum jenazahnya akan dikembalikan ke pihak keluarga.
"Ini betul-betul menjadi duka untuk dunia kedokteran, lepas dari semua persoalan yang ada, dalam pelayanan kesehatan kita tidak bicara politik, itu norma di dunia kesehatan untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat kita tanpa memandang anda dari golongan mana, yang utama itu keselamatan pasien," ujarnya.
Skenarionya, sambung Silwanus, jenazah dr. Soeko ketika tiba di Jayapura akan dibawa dulu ke RS Bhayangkara untuk identifikasi.