Di Kabupaten Ini, Polisi Tak Kenakan Tameng, Helm untuk Amankan Unjuk Rasa, Cukup Pakai Peci

Aparat kepolisian dari Polres Berau mengamankan jalannya aksi unjuk rasa di Berau oleh puluhan mahasiswa di Kantor DPRD Berau

Editor: Rafan Arif Dwinanto
tribunkaltim.co/Geafry Necolsen
Aksi unjuk rasa di depan kantor DPRD Berau berlangsung tertib. Dalam aksi ini, jumlah aparat keamanan jauh lebih banyak dari peserta aksi unjuk rasa. 

TRIBUNKALTIM.CO, TANJUNG REDEB – Aparat kepolisian dari Polres Berau mengamankan jalannya aksi unjuk rasa di Berau oleh puluhan mahasiswa di Kantor DPRD Berau.

Pengamatan Tribunkaltim.Co, tidak ada peralatan siap tempur yang digunakan oleh aparat kepolisian Polres Berau.

Tidak ada polisi yang membawa senjata api, alat pelindung diri seperti tameng, helm dan pentungan pun tidak dikenakan.

Meme Kocak Unjuk Rasa Mahasiswa di DPRD Balikpapan, Turunkan Harga Shampo Sampai Pelihara Janda

Aliansi Salatiga Bergerak Gelar Unjuk Rasa, Ketua DPRD Siap Lanjutkan Tuntutan Mahasiswa

Ada Unjuk Rasa Tolak Revisi UU KPK dan RKUHP di DPRD Balikpapan, Pedagang Ini Merasa Diuntungkan

Bahkan polisi menjaga mahasiswa yang berdemo dengan tangan kosong.

Jangankan helm pengaman kepala, polisi malah mengenakan peci tipis berwarna putih.

Di barisan depan, Polres Berau menempatkan 15 orang Polisi Wanita (Polwan), 31 polisi pria serta 16 personel Satpol PP.

Itu baru lapis pertama saja, di lapis kedua masih ada puluhan personel polisi dan TNI yang berjaga.

Sementara jumlah mahasiswa yang melakukan aksi hanya sekitar 50 hingga 60 orang saja.

Kaur Humas Polres Berau, Lisinius Pinem mengatakan, alasan mengapa aparat kepolisian tidak mengenakan peralatan lengkap saat seperti mengamankan aksi unjuk rasa di Berau, seperti sebelum-sebelumnya.

Menurutnya, selama ini aksi mahasiswa di Kabupaten Berau selalu berjalan tertib.

Tidak pernah bentrok dengan aparat kepolisian yang berjaga. Apalagi menurut pengamatan Tribunkaltim.Co, jumlah aparat kepolisian lebih banyak dari jumlah peserta aksi.

Selain itu, pihaknya juga mendapat instruksi dari Kapolres Berau, AKBP Pramuja Sigit, agar tidak melakukan tindakan represif.

Bahkan anggota polisi yang berjaga dilarang membawa senjata api.

Meski begitu, aparat kepolisian tetap berjaga dengan membawa mobil water canon.

Selama ini, jumlah mahasiswa yang melakukan kasi memang tidak pernah banyak.

Menanggapi hal ini, Koordinator aski unjuk rasa, Rizki mengatakan, sebagian besar mahasiswa di Kabupaten Berau bekerja pada siang hari.

Rizki juga tidak membantah jika aksi kali ini, jumlah mahasiswa dan peserta aksi lebih sedikit jika dibandingkan pekan lalu.

“Banyak teman-teman kami yang bekerja di siang hari. Sehingga partisipasinya kurang,” ujar Rizki.

Menurutnya, banyak rekan-rekan mereka yang tidak dapat izin dari perusahaannya untuk mengikuti aksi unjuk rasa di Berau, mendukung gerakan mahasiswa seperti di luar daerah.

Dalam orasinya Rizki menyampaikan beberapa tuntutan.

Di antaranya meminta dukungan dari DPRD Berau, agar ikut mendukung aksi mahasiswa agar presiden menerbitkan Perpu UU KPK, dan RKUHP.

Selain itu, mahasiswa juga menuntut agar pemerintah menindak tegas para pelaku pembakaran hutan dan lahan.

Sehingga menimbulkan bencana kabut asap.

Aspirasi yang disampaikan mahasiswa ini sama dengan aspirasi yang disampaikan kepada Pemkab Berau pekan lalu.

Saat itu, mahasiswa memang berencana melanjutkan aksi ke DPRD Berau.

Tapi hari itu, anggota DPRD Berau sedang berada di luar daerah. (*)

Sumber: Tribun Kaltim
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved